Part 13

6.4K 170 1
                                    

Flashback

Author POV

Ivanna berjalan dengan gontai menelusuri trotoar jalan,pandangannya nanar menatap kendaraan yang ramai berlalu lalang disebelahnya. Air mata tak henti meleleh di wajahnya.

Hatinya teramat sakit ketika dia mendengar sebuah kenyataan yang menyesakkan dadanya dari bibir lelaki yang selama 5 Tahun ini dia cintai. Ivanna marah, dia kecewa namun hatinya menghianatinya, hatinya masih dengan setia memuja adit. Mentasbihkan lelaki itu sebagai awal dan akhir untuknya, konyol memang namun itulah kenyataannya

Ivanna berhenti dan berjongkok ditengah jalan. Dia terisak, bahunya bergetar, dia hanya ingin menangis saat ini. beruntungnya kegelapan malam membungkusnya sehingga dia tidak begitu mencolok ketika dia memutuskan untuk menangis disepanjang jalan. Kemudian sebuah tangan mengusap lembut punggungnya dan Ivanna mendongakkan wajah berurai air matanya.

"Danzel??" Ivanna dengan cepat menghapus air matanya dan berdiri didepan danzel

"Aku mengikutimu sejak dari mall tadi, tapi karna aku melihatmu menangis jadi aku memilih untuk tidak menegurmu sampai aku lihat kamu begitu sedih dan aku memberanikan diri untuk menegurmu" ucap denzel panjang lebar "kamu kenapa klo saya boleh tau?" Tanya danzel kemudian

"Aku...aku..emb..bisa kamu antar aku pulang?" Ucap ivanna sambil menyelipkan anak rambut kebelakang telinganya. Danzel tersenyum dan mengangguk.

Danzel menggandeng tangan Ivanna menuju motornya, Ivanna kaget melihat tangannya dalam genggaman tangan danzel.

"Ayo naik" ucap danzel sambil menyalakan mesin motornya

Ivanna mengangguk dan naik dibelakang danzel, ivanna langsung melingkarkan tangannya dipinggang danzel, yang membuat danzel seketika menatap kearah tangan Ivanna, kemudian tersenyum. Danzel segera melajukan motornya dan ivanna langsung merebahkan wajahnya kepunggung danzel, lagi-lagi danzel tersenyum melihat kelakuan ivanna. Selama perjalanan ivanna hanya menangis dan denzel membiarkannya tanpa membuka obrolan dengan ivanna.

Sampai didepan rumah ivanna, ivanna segera turun dari motor danzel dan menatap sendu lelaki itu

"Trimakasih udah mau nganterin aku, dan maaf aku gak bi.."

Denzel meetakkan jari telunjuknya dibibir ivanna dan membuat gadis itu terdiam

"Gakpapa...yaudah kamu masuk udah malem" ucap denzel lembut

Ivanna mengangguk dan segera berlalu dari hadapan danzel, danzel tersenyum menatap ivanna dan segera menyalakan mesin motornya menjauhi halaman rumah ivanna

Dari kejauhan adit bersedih menatap orang yang dia cintai pulang diantar oleh rivalnya. Ya adit sudah menganggap danzel rivalnya sejak Ivanna mulai menyukai lelaki itu. Adit menyalahkan dirinya sendiri karna telah membiarkan gadisnya menangis sepanjang jalan, untunglah ada danzel yang melihatnya dan mengantarkannya. Namun hati Adit tak rela melihat ivanna dibonceng lelaki lain, apalagi tadi adit melihat ivanna memeluk denzel dengan begitu erat, hatinya sakit namun kemudian adit tersadar bahwa apa yang dia lakukan tadi kepada ivanna lebih menyakitkan.

******

Ivanna memutuskan untuk pindah ke Jakarta kerumah ayahnya, ibu ivanna telah meninggal setahun yang lalu jadi ayahnya tinggal sendirian disana, dan neneknya tidak mau diajak ke Jakarta jadi dengan berat hati Ivanna meninggalkan neneknya.

Ivanna ingin menyembuhkan lukanya, luka yang tidak terlihat namun terasa begitu perih dan seakan-akan mencabik-cabik hatinya. Tinggal dikota ini membuatnya selalu mengenang adit. Dimanapun dan kapanpun hanya Adit yang selalu terlintas dibenaknya. Mungkin dengan pergi lukanya akan perlahan sembuh.

Ivanna tidak berniat melupakannya, ivanna hanya ingin menyembuhkan lukanya.

Dijakarta ivanna diterima bekerja disebuah bank swasta sebagai seorang teller, beruntung baginya melihat ivanna yang hanya memiliki ijazah sebatas SMA.

Ivanna bekerja dengan segenap kemampuannya, dia tidak mau dicela rekan-rekannya jika pekerjaannya tidak benar nantinya, dia berfikir mungkin temannya akan menghinanya yang hanya tamatan SMA jika dia membuat kesalahan.

Tidak lama bagi ivanna memiliki seorang teman, dia telah akrab dengan marissa, rekannya sekaligus seniornya. Marissa yang usianya terpaut 4 tahun dari ivanna sudah menganngap ivanna seperti adiknya sendiri sejak ivanna masuk kekantor.

5 bulan sudah ivanna berada di ibukota negara, kota yang padat dan todak pernah tidur. Mungkin karna kesibukannya ivanna perlahan sudah menyembuhkan hatinya. Dikantor barunya ada seorang pria yang diam-diam selalu mengawasi ivanna, namun ivanna tak pernah meresponnya, namun todak dengan marissa, wanita itu selalu menggoda ivanna, seperti siang ini ketika semua karyawan sedang keluar dan hanya menyisakan mereka bertiga. Ivanna, marissa dan bimo. Marissa mendekati ivanna yang masih asik dengan pc nya.

"Gak kekantin ann?" Tanya marissa sambil duduk disebelah ivanna

"Entar aja deh mbak, tinggal dikit lagi..." jawab ivanna sambil menoleh marissa sejenak kemudian pandangannya teralih kembali ke layar pc nya. "Mbak marissa duluan aja, ntar aku susul" sambung ivanna sambil tanggannya sibuk mengetik

"Okey...aku duluan" ucap marissa sambil melirik jahil kearah bimo yang juga tengah sibuk dengan layar pc nya.

Marissa melangkah kearah bimo dan berhenti didepannya.

"Ehm...gak makan siang?" Tanya marissa setelah bimo mendongak menatapnya

"Gak, aku bawa bekal" ucap bimo sambil menunjukkan kotak makanannya

Marissa menunduk kearah bimo dan berbisik pelan

"Tuh ivanna juga lagi sibuk, kayaknya gak sempat makan siang deh, coba aja bagi makanan kamu, siapa tau akhirnya dia melihatmu okey" bisik marissa sambil tersenyum gelim sementara pandangan bimo teralihkan menoleh kearah ivanna "fighting!!!" Ucap marissa menyemangati bimo kemudian melangkah keluar dengan senyum puasnya.

Bimo memegang kotak makanannya dan mendekati ivanna

"Em...kita makan siang bareng yuk" ucap bimo sambil menyodorkan kotak makan siang ke ivanna

"Heh???" Ivanna bingung

"Aku bawa bekal kebanyakan, dan aku lihat kamu gak bisa kekantin jadi bagaimana klo kita makan siang bersama?" jelas bimo

Ivanna menoleh heran bimo kemudian menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Bimo tersenyum manis melihat senyuman ivanna, dengan semangat bimo duduk disebelah ivanna dan membuka kotak makan siangnya. Begitupun ivanna, dia langsung membuka sebuah kotak makanan pemberian bimo dan senyumnya langsung tersungging melihat nasi dan empal goreng beserta sambal goreng yang terlihat mengiurkan

"Maaf...cuman itu menunya, maklumlah lajang jadi masaknya yang simpel-simpel" ucap bimo

Ivanna langsung menyendok nasi beserta empal dan sambal kemudian mengunyahnya dan tersenyum

"Enak...ini beneran kamu yang masak?" Tanya ivanna sambil mengunyah makannanya

"Iya, syukurlah klo kamu suka...dihabiskan ya" jawab bimo sambil tersenyum puas

Ivanna mengangguk dan dengan lahap menghabiskan makanan pemberian bimo. Mereka berbincang-bincang sambil makan. Tanpa disadarinya bahwa bimo menyukainya.

--------

Part gantung, gaje, absurd
Maaf... mood lagi ilang
Makannya tadi publish padahal pert belom kelar

Bwi,18april2017
Anggiebauti

Endless Love (Complete)Where stories live. Discover now