IG-NO-MIN-I-OUSLY! [74]

2.9K 520 42
                                    

Halo! Mood-ku sedang bagus hari ini. Um, seingatku kemarin aku sudah menulis sampai—eh, Albert, mengajakku kencan pertama kali? Iya, maksudku, oke, tapi ... ah sudahlah.

Sampai hari ini aku masih menganggap itu kencan pertama kami. Seperti yang bisa kauduga, semuanya berlangsung sangat cepat ... dan aneh.

Kami mengobrol soal banyak hal waktu itu. Albert bahkan tidak menyapaku dulu waktu aku berjalan dengan ragu ke arah kedai susu itu. Dia melihatku, tersenyum, menantiku duduk, dan langsung menjatuhkan bom pertanyaan kepadaku. Segala macam pertanyaan. Dia mulai dengan menanyakan nama lengkapku (klasik). Hal-hal yang sangat dasar seperti makanan kesukaan dan sepele seperti kehidupan sosialku (yang nyaris nihil, aku juga tidak tahu kenapa aku bahkan punya aplikasi chat yang kugunakan dengannya itu) hingga ke pendapatku soal alam semesta dan kebenaran.

Ya, pendapatku soal alam semesta dan kebenaran. Dia bahkan tidak menjeda. Aku harus mengakui padanya bahwa aku belum tahu apa yang harus diberi pendapat, dan dia mulai menjelaskan semuanya kepadaku—tentang dinamika alam semesta ini. Tentang cabang matematika chaos theory. Tentang relativitas umum dan fisika kuantum. Tentang mutasi. Hereditas. Entah karena caranya menjelaskan atau apa, aku malah mendapati diri menyimaknya dengan antusias.

Dia juga tidak lupa bertanya kepadaku. Mungkin karena itu. Dia bertanya kepadaku setiap beberapa kalimat penjelasannya, apakah aku terlalu cepat? Apa masih kurang jelas? Atau dengan pertanyaan semi-retorik seperti waktu dia membahas soal fisika kuantum: apabila aku memotongmu jadi dua. Dan lagi. Dan lagi. Terus, hingga aku mencapai satuan terkecilmu ... sebut saja satu elektron. Apa menurutmu gravitasi masih berlaku?

Tentu saja, dengan sangat cerdasnya, aku menjawab dengan memang sebenarnya gravitasi itu apa?

Hebatnya lagi, bahkan begitu jam surealis masuk dan semua jadi mengerikan seperti biasa, Albert tidak tampak khawatir sama sekali. Kami tetap mengobrol dengan normal. Dan berhubung kami sudah memesan susu dari sejak sebelum jam surealis, kami malah tidak perlu berhadapan dengan siapa pun kecuali satu sama lain. Kami tetap mengobrolkan berbagai hal—bahkan sesekali mengetawai penampakan-penampakan surealis yang menghampiriku seperti biasa—dan praktis tidak ada interaksi dengan orang lain selama satu jam itu.

Oh iya, aku juga bersyukur pohon tidak punya perasaan dan sapi suka diperah susunya ... dan sepertinya koki di kedai sedang senang. Susu cokelatku tetap enak di jam ini.

Saat jam surealis selesailah baru aku menyadari ada yang tidak biasa. Semua pemandangan kembali menjadi normal, semua inderaku kembali melihat kenyataan yang ditutup-tutupi ... dan aku masih duduk di seberang Albert.

"Wow," kataku. Dia sedang bertanya tentang kebenaran waktu itu.

"Hmm?"

"Tidak apa-apa," sergahku cepat. "Anu ... ini pertama kalinya."

"Pertama kalinya apa?"

Aku melewati jam surealis dengan orang lain? Ah, jelas saja, dia 'kan, yang pertama bisa menembus jamku. Hmm. "Aku melewati jam surealis tanpa merasa terganggu."

Albert tertawa lepas. "Apa biasanya semenyebalkan itu?"

"Bayangkan sendiri," kataku sambil cemberut. "Maksudku, kau tidak tahu apakah kau akan tidak sengaja menyenggol seseorang, membuat seseorang marah, mempermalukan dirimu sendiri, atau sejenisnya. Dan sekarang aku sedang di luar rumah ... tapi aku bisa duduk tenang dari sejak jamnya mulai hingga selesai."

Bahkan sempat menertawai wujud-wujud aneh yang muncul. Kami juga sempat membahas beberapa wujud yang datang dan kenapa mereka tampak seperti itu. Kenapa ada orang yang tampak terbakar? Kenapa pasangan di sana dikerubuti belalang kuning? Kenapa wanita di seberang sana kepalanya menjadi teropong? Kenapa semua tanda baca menghilang?

LapseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang