MELODIOUS FART [52]

3.7K 634 46
                                    

Aku baru sempat menulis lagi, maaf. Mamaku agak bawel soal beberapa makanan di kulkas tadi dan ... oke, lupakan.

Sebentar. Oke.

Aku sudah menceritakan padamu soal jam surealisku, dan bagaimana rasanya jadi seseorang dengan kutukan itu, jadi kurasa sekarang aku akan lanjut ke bagian pentingnya: hari di mana aku menemukan seseorang yang bisa bernyanyi dengan kentutnya.

Serius. Dia bernyanyi dengan kentutnya.

Saat itu adalah satu dari sekian hari tersialku, karena jamku sudah nyaris menunjuk jam setengah tiga sore dan aku masih belum sampai rumah. Aku sudah berusaha berjuang keras agar bisa naik bus dan duduk tanpa ada hambatan berarti, dan percaya padaku, ini sangat-sangat-sangat sulit dilakukan saat sedang jam surealis, karena aku harus memastikan apakah makhluk raksasa atau kecil yang nyaris kusenggol itu benar sesuai dengan ukuran orang aslinya. Salah-salah, aku bisa dipermalukan. Lebih parah lagi, aku bisa dihajar.

Jadi waktu aku mendapatkan tempat duduk dan mulai menggoyangkan kaki dengan gelisah, paling tidak aku tahu satu hambatanku sudah lewat. Tapi naik bus dan duduk baru kurang dari separuh perjuanganku. Masih ada lagi berusaha mengabaikan yang dikatakan oleh semua orang kepadaku karena bisa jadi mereka cuma sedang berpikir tentangku. Masih ada lagi berusaha mengabaikan sentuhan mereka padaku karena bisa jadi itu pandangan mereka tentangku. Maksudku, selama jam surealis, aku tidak bisa benar-benar tahu apa yang nyata. Nyata bagi orang lain, paling tidak, karena aku pernah coba membiarkan seekor serangga dari orang lain hinggap di tanganku dan aku benar-benar bisa merasakan kakinya yang tajam, jadi sepertinya jam surealisku membuat semua hal aneh ini nyata bagiku.

Biasanya, saat jam surealis dan aku harus keluar begini, aku akan mengenakan earset-ku dan berpura-pura menyetel lagu—pura-pura, karena jika aku sungguhan menyetel lagu, aku malah akan mendengar suara bawah sadar para personil bandnya. Tidak jarang, aku tidak suka apa yang kudengar. Paling tidak itu sebelum aku tahu apa yang terjadi. Ini juga yang membuatku tidak mau lagi menyetel lagu Plug In Baby oleh Muse, bahkan saat tidak jam surealis. (Omong-omong, mendengar lagu itu saat jam surealis juga membuatku berjanji untuk tidak akan pernah mencoba jamur halusinogenik.)

Bus kota saat itu pasti sedang penuh sesak oleh pikiran-pikiran tidak menyenangkan, karena aku melihat banyak sekali bentuk-bentuk marah dan mengerikan. Entah karena banyaknya orang, atau karena jam lewat tengah hari yang mungkin membuat orang lapar atau semacamnya, aku tidak bisa yakin akan satu hal yang membuat semua orang begitu sebal. Aku memasang earset-ku dan mulai berusaha mengabaikan semuanya.

"Da-Dali," kata sebuah suara di dekat telingaku. Jantungku loncat, tetapi aku mengabaikannya. Aku tidak tahu apakah ini karena kutukanku, tetapi terkadang wujud-wujud surealis itu memanggilku saat sedang jam ini. Padahal orangnya tidak ingin kudatangi. Hei, aku sudah bilang bahwa jam ini membuatku menyebalkan, 'kan?

Lucunya, aku jarang mendengar wujud surealis yang gagap begitu. Biasanya mereka memang sulit bicara, terutama karena tidak semua wujud itu punya mulut, tetapi mereka sangat jarang gagap. Separah-parahnya, aku pernah salah mendengar sewujud yang berusaha menceritakan soal masalah pribadinya dan di telingaku malah menjadi cerita erotis yang tidak erotis sama sekali. Aku juga tidak tahu kenapa bisa begitu. Aku trauma berbicara dengan pemilik wujud itu selama tiga hari berikutnya.

"Da-Dali," panggil suara itu lagi, sekarang semakin dekat dengan telingaku. Bahkan earset-ku tidak bisa menutupi suaranya. Aku memejamkan mata—tolong, tolong.

Aku tidak mengenal suara itu. Jika aku kenal, mungkin paling tidak aku bisa menebak apa maunya, tapi masalahnya, aku tidak kenal. Ini orang yang asing sama sekali bagiku.

LapseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang