TO START WITH [76]

8.7K 924 136
                                    

Namaku Dali, dan aku harus memperingatkanmu soal satu hal: aku menulis ini tanpa jam yang jelas atau konsisten, jadi pada suatu titik, aku akan menulis di antara jam 2 dan jam 3, yang berarti kemungkinan besar kau akan benar-benar bingung soal apa yang kaubaca.

Oke, aku cuma perlu memberi peringatan soal itu. Kali ini aku menulis jam setengah empat sore, jadi jam surealisku sudah lewat. Tapi aku tidak bisa berjanji bahwa aku tidak akan menulis saat sedang jam surealis. Aku tidak mau menjanjikan yang muluk-muluk.

Sebentar, aku lupa kenapa aku menulis ini.

Ah, ya. Albert.

Sebenarnya kisahnya agak panjang. Aku juga bingung mau mulai dari mana. (Sejujurnya aku sangat ingin menulis 'hmm' di sini karena itu yang sedang kukatakan sekarang, tetapi aku tidak tahu apa gunanya. Maksudku, ini tulisan. Kau tidak perlu tahu apabila aku sedang meng-'hmm' saat berpikir, 'kan?)

Sepertinya kusederhanakan saja segalanya. Oke. Namaku Dali. Benar-benar cuma satu kata itu saja, tanpa ada sambungan nama belakang atau sejenisnya. Umurku lima belas tahun. Aku cewek. Paling tidak alat kelaminku bilang begitu. Oke, identitas jenderku juga, tapi aku sedang berusaha membiasakan diri untuk paham bahwa jender belum tentu sesuai dengan jenis kelamin.

Bingung. Sebentar.

Namaku Dali, aku lima belas tahun, aku cewek ... ah, ya.

Kurasa aku gila.

Aku tidak tahu cara lain untuk meletakkannya karena aku cukup yakin bahwa apa yang sedang kulalui ini adalah sebuah gangguan mental, dan saat aku bilang 'gangguan', maksudku ini benar-benar mengganggu. Hidupku nyaris jadi amburadul gara-gara ini. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

Jika kita bicara soal gangguanku, sebenarnya namaku akan terkesan sangat ironis. Orang tuaku sangat suka pada Salvador Dali, seorang pelukis nyentrik aliran surealis dari Spanyol yang memulai banyak revolusi di bidang itu. Lalu mereka sepakat bahwa jika mereka punya anak, mereka akan menamai anak mereka berdasarkan nama orang itu.

Jika aku terlahir laki-laki, mereka akan menamaiku Salvador dan nama panggilanku Alva atau Ado. Ternyata, aku lahir perempuan. Dan mereka merasa bahwa nama Dali cukup feminin untuk menjadi nama tunggal bagiku. Sebenarnya mereka sempat nyaris menamaiku Gala, nama istri Salvador, tetapi toh nama marga Gala setelah menikah dengan Salvador juga adalah Dali. Jadi namaku sekarang adalah Dali, hanya Dali, tanpa embel-embel lain. Dan menurutku itu agak aneh.

Jangan salah, aku tidak punya prasangka apa-apa terhadap mereka yang namanya cuma satu kata, tetapi aku benar-benar bingung bagaimana harus menjelaskan soal namaku yang unik ini kepada orang lain setiap mereka bertanya. "Kenapa namamu cuma satu kata?" tanya mereka. "Apa nama keluargamu?"

"Jujur," jawabku setiap mereka bertanya, "aku juga tidak tahu. Tanya pada orang tuaku. Bukan aku yang memilih nama waktu aku lahir."

Aku jadi teringat bahwa aku sering berpikir sendiri mengenai apa yang mungkin terjadi andaikan aku bisa memilih namaku sendiri. Aku selalu penasaran dengan nama Valeria dan Anita. Tapi pada titik ini, rasanya sudah tidak cocok lagi.

Aku tidak tahu kenapa orang tuaku sangat suka pada Salvador Dali, karena mereka juga bukan orang-orang beraliran surealis yang membawa surealisme masuk ke hidup mereka. Mereka tidak nyentrik seperti Dali. Lalu Dali juga suka memamerkan istrinya pada orang, bahkan mendorong istrinya untuk berselingkuh untuk memuaskan nafsunya. Orang tuaku jelas tidak begitu. Sumpah, aku tidak tahu orang tuaku kenapa.

Beberapa orang yang berkenalan denganku menangkap asal-muasal namaku dan bertanya apakah aku suka melukis. Jawabannya jelas tidak. Jangankan melukis, membuat garis lurus dengan penggaris saja aku masih sering bengkok. Entah bagaimana bisa jadi begitu. Aku mungkin memang sepayah itu.

LapseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang