Menggapai Setitik Cahaya (e)

3K 181 2
                                    

Namanya Fakhri Setyadi.

Lelaki itu adalah teman Nana semasa kecil. Mereka bertetangga. Sebelum 6 tahun lalu orang tua Nana memutuskan untuk pindah ke sebuah rumah yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Semasa kecil mereka dekat, bermain bersama. Meskipun orang tua Fakhri adalah muslim yang taat, tapi mereka pun sangat menyayangi Nana.

Fakhri anak tunggal. Nana dan Lissa sudah seperti adik baginya.

Di usianya yang ke-17, setelah menyelesaikan sekolah Menengah Atas-nya, Fakhri memutuskan untuk belajar bahasa Arab dan menghafal Al-Qur'an di sebuah Ma'had.

Dan itu membuat Nana hanya dapat bertemu dengannya di saat menjelang idul fitri. Saat Fakhri kembali ke rumah untuk merayakan hari besar umat muslim bersama keluarganya.

Nana tumbuh menjadi gadis cantik yang menyenangkan. Ketika menginjak bangku SMA, tidak jarang rumahnya menjadi kunjungan rutin para teman lelakinya di saat malam.

Pun demikian, Nana selalu berusaha menghindar.

Fakhri sendiri awalnya tidak begitu memperhatikan Nana dan teman lelakinya.

Hingga ia melihat Nana yang sedang mengobrol dan bercanda bersama teman lelakinya di teras rumah gadis itu. Nana dan lelaki yang belakangan diketahui bernama Steven terlihat sangat akrab.

Dikemudian hari, diakui oleh Nana, bahwa Steven termasuk dalam kategori baginya untuk dijadikan kekasih.

Meskipun Fakhri tidak suka mendengarnya, namun ia berusaha tersenyum. Mendengar dengan baik segala yang diceritakan Nana, dan hatinya terbakar.

Sejak kejadian saat itu, Fakhri berusaha menjauhi Nana. Agar dapat lebih mudah mengenali perasaannya.

Nana sama sekali tidak menyadari perubahan sikap Fakhri, karena ia sendiri tengah disibukkan dengan perasaan sukanya pada Steven.

Ketika Nana dan keluarganya memutuskan untuk pindah rumah, Fakhri selalu merasakan kekosongan yang menyelimuti dadanya.

Pun demikian, padahal mereka masih sering ngobrol di dunia maya, dan Fakhri selalu merindukan gadis itu untuk mampu dilihatnya kembali.

Ketika akhirnya Fakhripun mendapatkan beasiswa untuk kuliah dengan jurusan ahlul hadist di Madinah, Nana hanya mengetahui sedikit kabar dari pria itu.

Nana mulai belajar mengenal Islam 3 tahun silam, itupun karena Fakhri..

Catatan-catatan yang diposting pada jejaring sosial miliknya, adalah segala tentang adab Islam, keindahannya, dan syariat-syariat yang semakin hari semakin membuat Nana penasaran.

Disekali waktu, Nana akan bertanya dan terus bertanya pada Fakhri.

Meskipun Fakhri hanya menjawabnya dengan singkat, dan bahkan ia hanya akan memposting sebuah catatan yang berkaitan tentang pertanyaan Nana tanpa perlu menjawab pesan yang dikirimkannya.

Waktu berlalu berbulan-bulan hingga akhirnya Nana paham, bahwa lelaki dan wanita yang bukan mahrom, adalah tidak dianjurkan untuk terlalu banyak terlibat dalam obrolan yang tidak penting.

Bermulaan dari rasa kagumnya akan ilmu yang dimiliki oleh Fakhri tentang Islam, Nana diam-diam memendam rasa.

Mengabaikan rasa malunya, ia pun menulis sebuah pesan yang kemudian dikirimkannya pada akun jejaring sosial milik Fakhri.

"Aku ingin kau jadi kekasihku!"

Tidak ada balasan.

Sehari, dua hari, berlalu dengan lambat bagi Nana. Ia selalu membuka akun jejaring sosialnya hampir setengah jam sekali. Berharap ada balasan dari lelaki yang dikaguminya itu.

Namun nihil.

Fakhri tak pernah membalas pesannya.

"Kenapa nggak dibalas sih?" Tanya Nana dikemudian hari saat melihat warna hijau di ruang obrolannya dengan Fakhri.

"Apanya?" Lelaki itu balas bertanya dengan polos.

"3 hari lalu aku kirim inbox. Sudah dibaca?"

"Sudah."

"Lalu?" Tanya Nana mulai gusar.

Tidak ada balasan. Yang ada hanya warna hijau itu berubah menjadi abu-abu. Dan Fakhri off!

Nana hampir-hampir menangis gara-gara Fakhri yang selalu mengabaikannya.

Lelaki itu bahkan tidak pernah menjawab pertanyaan-pertanyaannya seputar Islam.

Ia hanya akan memposting catatan yang berkaitan dengan pertanyaan Nana, tanpa pernah membalas pesan Nana. Bahkan dia akan offline saat Nana mulai online!

Beralih..

Nana beralih dan tak pernah bertanya lagi pada lelaki itu. Ia akan mencari jawabannya sendiri dari artikel-artikel yang didapatinya dari blog beberapa ustadz ataupun terkadang mendownload kajiannya langsung.

Hingga 2 tahun lalu Fakhri mengiriminya pesan yang membuat dadanya diremas-remas akan sebuah penantian yang tak pasti.

Kalimat itu.. Kalimat yang mengubah diri Nana menjadi lebih baik.

Untuk dipersiapkannya saat menyambut lelaki itu datang menghampirinya.

Menawarkan cinta yang halal.

Dan jika saat itu tiba, Nana akan langsung mengangguk tanpa perlu berfikir ulang.

Karena penantiannya adalah sudah cukup dipakainya untuk mempertimbangkan masa depannya bersama pria sesholih Fakhri Setyadi.

Pria yang dikenalnya sedari kecil.

Pria yang ketika dewasa menjadi sosok yang dikaguminya.

Pria yang telah mencuri hatinya.

Pria yang membuatnya kini menanti tanpa kepastian.

Pun demikian, Nana selalu yakin, jika saatnya tiba, semuanya akan dipermudah.

Dan Nana akan sabar menanti hingga saat itu tiba.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang