18

514 19 1
                                    

18 - Gara-gara martabak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18 - Gara-gara martabak

Azam dan Atlanta berhasil membereskan semuanya tanpa diketahui siapapun. Bahkan bercak darah di kasur pun berhasil mereka bersihkan. Tidak ada yang curiga. Asma yang tadi malam sempat memergoki Azam pun biasa saja pagi harinya. Keduanya berkali-kali mengucap syukur karena tidak ketahuan setelah telah melanggar tradisi.

Azam dan Atlanta kini tengah membereskan baju mereka setelah satu minggu tinggal di tempat asal Azam. Isma dan Asma pun membantu sambil sesekali bercanda. Seperti saat Azam mengeluarkan tebakannya.

"Mas punya tebakan," ucapnya sambil melirik kedua adiknya.

Isma dan Asma melirik antusias.

"Kenapa matahari bisa tenggelam?"

Isma dan Asma tampak berpikir sementara Atlanta tersenyum karena ia sendiri telah mengetahui jawaban dari tebakan itu.

"Karena ... Apa ya?" Asma memegang dagunya.

"Karena terbit, lah," jawab Isma yang dibalas gelengan oleh Azam.

"Apa sih? Orang bener kok."

"Salah."

"Karena mau malam?" Kini Asma yang menjawab.

"Bukan." Azam tetap menggeleng.

"Kasih tahu aja, Mas." Atlanta menengahi.

Azam menggeleng. "Saya pengen mereka usaha."

"Apa ya...."

Isma dan Asma masih berpikir. Sementara Azam mulai tertawa. Ia sangat senang mengerjai kedua adiknya itu.

"Nyerah aja, Mas," ucap Asma.

"Isma juga udah capek mikir. Salah mulu dari tadi."

Azam menahan tawanya sejenak. "Matahari tenggelam karena nggak bisa berenang tahu."

Azam tertawa diikuti Asma sementara Isma menatap Azam kesal.

"Nggak masuk akal tahu."

Atlanta hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakak beradik yang kini berada di hadapannya.

"Ada satu lagi." Azam kembali memulai aksinya.

"Nggak, ah. Mas Azam ngibul. Nanti nggak masuk skal lagi kayak tadi." Asma menyahut berapi-api.

"Yang ini beneran."

Model vs UstadzWhere stories live. Discover now