13

462 19 0
                                    

13 - Kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

13 - Kembali

"ATLANTA!!!"

Tidak. Azam tidak sanggup jika harus seperti ini. Atlanta tidak mungkin pergi ke Jerman dan meninggalkannya. Atlanta sudah berjanji akan menunggunya datang. Iya, Atlanta tidak mungkin--

"Mas Azam."

Azam mematung. Seseorang tiba-tiba memanggilnya dari belakang. Suaranya sangat familiar di telinga Azam. Ia menoleh dengan perlahan. Dan apa yang dilihatnya begitu mengejutkan hatinya. Ia mengusap air matanya yang sudah mengalir entah sejak kapan.

"Atlanta." Azam masih diam di tempatnya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Namun sepersekian detik berikutnya Azam berlari dan langsung memeluk Atlanta erat.

Perlahan Atlanta membalas pelukan Azam. Ia tersenyum. Atlanta sangat merindukan Azamnya.

"Tolong ... jangan pergi," lirih
Azam. "Jangan pergi, Atlan. Saya nggak mau ditinggal lagi."

Ekhem

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ekhem.

Suara dehaman seseorang membuat Azam dan Atlanta mengurai pelukannya. Azam menatap orang di samping Atlanta dengan sengit.

"H-hai," sapa orang itu canggung.

"Kamu--"

"Charlie," ucap Atlanta memahami kebingungan Azam.

Azam menoleh pada Atlanta. Tentu ia mengenal wajah Charlie.

"Kamu, kan--"

Lagi-lagi ucapan Azam terpotong.

"Dia Charlie yang ngaku-ngaku jadi fotografer waktu itu. Dan sebenarnya Charlie ini adalah mata-mata papa. Bukan fotografer. Aku juga baru tahu pas aku ketemu papa waktu itu," papar Atlanta.

Charlie masih tersenyum walaupun ia tahu Azam tidak menyukainya.

"Kamu tenang aja, Azam. Aku nggak pernah kok sentuh Atlanta selama aku sama dia. Aku cuma disuruh buat jagain dia. Nggak lebih. Sekarang ayo aku antar kalian ke apartemen."

Azam masih menatap Charlie tak suka. Namun elusan di tangannya membuatnya menghela nafas panjang. Sekarang bukan waktunya untuk posesif.

Ketiganya lalu pergi meninggalkan bandara menuju apartemen Atlanta. Sampai di sana Charlie langsung pergi entah kemana sedangkan Azam dan Atlanta langsung masuk ke kamar.

Azam duduk di kasur. Ia lalu menarik Atlanta agar duduk di sampingnya.

Tak!

"Aww!" ringis Atlanta saat keningnya di sentil Azam.

"Kamu emang dari dulu belum berubah ya," ucap Azam.

Ia lalu mengedarkan pandangannya. Baju dan barang-barang Atlanta berserakan di mana-mana membuatnya geleng-geleng kepala.

"Ntar juga aku beresin. Nggak usah sentil-sentil dong. Sakit, nih."

"Palingan saya juga nih yang beresin."

"Hehe." Kekehan terdengar dari mulut mungil Atlanta.

Lalu hening. Keduanya sama-sama diam. Hanya suara detik jarum jam yang terdengar di ruangan itu.

"Mas."

"Atlan."

Keduanya berbicara secara bersamaan. Cukup lama mereka bertatapan lalu akhirnya Atlanta yang memutus kontak mata itu terlebih dahulu. Ia menatap lantai kosong di bawahnya.

"Kamu duluan aja, Mas."

Azam berkali-kali menghela nafasnya. Terlihat sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan apa yang akan disampaikannya pada Atlanta. Ia lalu mengeluarkan benda kotak berwarna merah dan menyodorkan isinya pada perempuan bermanik abu itu.

"Perasaan kamu sama saya masih sama, kan?" tanya Azam.

Atlanta melirik Azam dan cincin itu bergantian. Ia ingin sekali menerima cincin itu lagi. Tapi egonya malah menyuruhnya untuk tetap terdiam.

"Atlan ..." Kini posisi Azam beralih. Ia berlutut di hadapan Atlanta, berharap Atlanta mau menerimanya kembali.

"Mas ..., Aku pikir kamu ke sini bakalan nyuruh aku buat tanda tangan surat cerai kita."

Azam menggeleng. "Nggak mungkin, Atlan. Tolong jangan sebutin lagi kata itu. Karena kita nggak akan pernah berpisah sampai kapanpun. Saya minta maaf, Atlan. Saya sadar belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Tapi saya janji akan memperbaiki semuanya. Demi kamu." Azam terdiam sejenak sambil menatap wajah Atlanta lekat. "Saya cinta kamu. Ana uhibbuki, Atlanta. Saya benar-benar mencintai kamu."

Air mata Atlanta luruh. Ia tidak bisa membendungnya lagi. Atlanta tidak percaya kata-kata yang diucapkan Azam membuatnya terharu.

"Kamu mau, kan, kembali sama saya?"

Sambil terisak Atlanta mengangguk. Ia tersenyum. Atlanta sangat bahagia saat ini. Azam pun ikut tersenyum. Ia mengambil tangan kanan Atlanta dan memasangkan cincin itu di jari manisnya. Lalu Azam mencium punggung tangan Atlanta cukup lama.

Azam memeluk Atlanta. Ia juga bahagia karena dirinya dan Atlanta kini kembali bersama.

Azam mengurai pelukannya lalu menangkup pipi Atlanta dan mencium keningnya lembut, melepas rindu yang selama ini ia pendam.

"Oh, iya. Saya ada pertanyaan buat kamu."

Atlanta menghapus air matanya lalu menatap Azam. Menunggu suaminya itu melanjutkan kata-katanya.

"Kamu nggak jadi berangkat ke Jerman karena saya, kan? Kamu, kan, harus nunggu saya dateng ke sini." tanya Azam dengan percaya dirinya.

"Jadi kamu kira aku berangkat ke Jerman?"

Azam mengangguk. "Saya lihat berita tadi pagi."

Atlanta tertawa. Dan itu mampu membuat dahi Azam berkerut bingung.

"Bukan aku yang berangkat, Mas. Tapi papa. Papa pulang ke Jerman karena ngurusin kerjaannya di sana. Kamu ge-er banget sih."

Cup.

Tawa Atlanta terhenti. Ia terkejut. Azam tiba-tiba mencium bibirnya sekilas. Kini Azam yang tersenyum. Senyum yang menandakan bahwa ia telah menang.

"Rasanya masih sama." Azam mengusap bibir Atlanta dengan ibu jari kanannya. "Itu hukuman karena kamu ngetawain saya tadi."

*****Makasih udah suka sama ceritanya😊Kalo ada typo atau kesalahan penulisan mohon tegurannya ya🙏🙏Jangan lupa vote dan commentnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****
Makasih udah suka sama ceritanya😊
Kalo ada typo atau kesalahan penulisan mohon tegurannya ya🙏🙏
Jangan lupa vote dan commentnya. Mau share juga boleh asal jangan di plagiat.

Model vs UstadzWhere stories live. Discover now