02

665 23 2
                                    

02 - Sah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

02 - Sah

"AZAM!!!"

Azam yang tersadar dengan panggilan itu langsung berdiri.

"Astaghfirullah." Berkali-kali Azam mengucap istighfar. Sungguh kejadian itu di luar kendalinya. Semua itu adalah ketidaksengajaan.

"Apa-apaan ini?" tanya Kyai Sholeh.

Azam mendongak menatap wajah kyainya yang sudah merah menahan amarah. "Pa-Pak Kyai, ini tidak seperti yang Pak Kyai pikirkan," papar Azam. Entah kenapa ia mendadak sulit berbicara. Lidahnya seakan kaku untuk digerakkan.

"Kamu tidak tahu apa yang saya pikirkan, Azam!"

Azam terdiam. Kyai Sholeh benar, ia memang tidak tau apa yang ada di dalam pikiran Kyainya. Bagaimana menjelaskannya? Azam berani bersumpah ia tidak mungkin melakukan hal semacam itu.

"Tadi hanya sebuah kecelakaan. Saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Tolong percaya sama saya. Saya berani bersumpah, Pak Kiyai."

"Jangan bermain-main dengan sumpah, Azam." Kiyai Sholeh menggeleng tanda kecewa dengan perbuatan Azam. "Saya kecewa sama kamu."

Azam masih terdiam. Baru kali ini ia dimarahi Kyai Sholeh. Ia terus menunduk, tidak mau menatap wajah Kiyainya. Ia juga sangat malu pada beberapa santri yang hadir di ruangan itu. Tapi ia benar-benar tidak melakukannya. Bagaimana Azam mengatakannya?

"Jadi, apa yang kalian berdua lakukan, Atlanta?" Kyai Sholeh mengabaikan Azam dengan bertanya pada Atlanta. Azam berharap perempuan itu akan jujur dan menyelamatkan reputasinya. Satu-satunya peluang Azam adalah perempuan itu.

'Kesempatan bagus', batin Atlanta. Ia berencana memanfaatkan kesempatan ini.

Tanpa diduga, Atlanta menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis.

"Di-dia maksa masuk, Pak Kyai. Padahal saya udah larang dia masuk," Atlanta menunjuk Azam membuat semua orang menatap ke arah orang yang ditunjuk perempuan itu.

Azam gelagapan. Ia melambaikan tangannya dengan cepat. Menolak pernyataan yang baru saja Atlanta lontarkan. "Bohong! Saya tidak melakukan itu! Saya berani bersumpah! Pak Kyai tolong percaya sama saya, saya cuma bantu dia pasang lampu." Azam melirik Atlanta. Rahangnya mengeras tanda is marah. Matanya menyorot tajam seperti elang yang siap memakan mangsanya. "Dasar perempuan medusa! Tarik kata-kata kamu! Saya nggak pernah ngelakuin apa yang kamu bilang. Bukannya tadi kamu yang nyuruh saya pasang lampu? Kamu jangan bohong! JAWAB!"

"Cukup!" pekik Kyai Sholeh membuat Azam menoleh.

"Pak Kyai percaya sama saya. Saya-"

"Cukup, Azam. Saya benar - benar kecewa sama kamu!" Kyai Sholeh berbalik lalu memanggil salah satu santrinya. "Panggil penghulu biar saya yang jadi wali wanita ini!"

Azam terkejut mendengarnya. Kalau ada penghulu dan wali, berarti Azam harus menikahi Atlanta. Azam menggeleng. Ia tidak mau menikahi perempuan yang bahkan tidak dikenalinya.

"Ta-tapi-"

"Lelaki harus berani bertanggung jawab, Azam." Kyai Sholeh menepuk pundak Azam.

Lagi pula Azam tidak mempunyai apapun untuk digunakan sebagai mahar. Semua ini terjadi diluar prediksinya dan Azam tetap menyalahkan Atlanta atas apa yang menimpanya sore ini. Hidupnya pasti akan berubah setelah ini. Ia menanggung kehidupan seseorang di pundaknya. Azam harus bertanggung jawab atas perempuan yang tidak jelas asal usulnya ini.

Sementara Atlanta tersenyum di balik telapak tangannya. Ia berhasil. Kemenangan berada di pihaknya kali ini.

*****

"Sah!!" seru para saksi yang hadir.

Pada akhirnya, Azam dan Atlanta yang tidak saling mengenal itu resmi menjadi pasangan suami istri. Azam tidak bisa menolak lagi karena apa yang diucapkannya itu tidak pernah didengar. Ia pasrah ketika kata qobiltu itu keluar dari mulutnya untuk seseorang seperti Atlanta yang bahkan ia tidak mengenalnya sama sekali.

Mimpinya untuk menjadi menantu kyainya harus ia kubur dalam-dalam. Baginya pernikahan itu hanya dilakukan sekali seumur hidup. Tidak ada perceraian dalam kamusnya. Azam berdoa semoga pernikahan ini membawa berkah untuknya dan masa depannya. Ia juga berjanji untuk mengubah penampilan Atlanta yang menurutnya tidak pantas dilihat itu.

Keduanya masih tinggal di pesantren karena Kyai Sholeh masih berbaik hati memberikan mereka sebuah rumah minimalis dan Azam diizinkan mencari nafkah dengan mengajar di pesantren dan menggantikannya mengisi ceramah di setiap masjid.

Azam dan Atlanta sampai di rumah itu. Letaknya tidak jauh dari asrama. Kesan Atlanta saat pertama kali masuk ke rumah itu adalah kecil, jelek dan sempit. Ia membuka bajunya dan melemparnya ke sembarang arah menyisakan tanktop dan hotpantsnya. Melihat itu Azam langsung mengambil baju Atlanta dan melemparkannya ke wajahnya membuat Atlanta menjerit.

"Lo tuh apa-apaan sih! Nggak sopan tau nggak! Lo nggak diajarin etika apa?!" marah Atlanta.

Azam tersenyum miring. "Nggak sopan? Kamu yang lebih nggak sopan! Melempar baju sembarangan itu sopan menurut kamu, hah?!"

Atlanta menutup telinganya dan berdesis. "Duh! Udah deh nggak usah banyak omong! Lagian lo tuh bukan siapa-siapa," ucap Atlanta menekan kalimat terakhirnya.

Mendengar itu urat-urat di leher Azam mencuat keluar. Ini menandakan kalau ia sedang marah. Perlahan Azam melangkahkan kakinya mendekati perempuan yang statusnya telah menjadi istrinya itu. Menatap tajam tepat ke arah iris abu Atlanta.

"L-lo mau ngapain?" Atlanta refleks melangkah mundur ketika Azam semakin dekat dengannya. Wajahnya terlihat agak lain kali ini. Berbeda ketika Atlanta menatapnya pertama kali.

Azam tersenyum miring. "Oh, saya bukan siapa-siapa kamu?" Suara Azam begitu pelan namun terdengar menyeramkan di telinga Atlanta. "Saya kasih tahu kamu sekarang, ya. Saya suami kamu, Atlanta. Suami sah kamu." Azam sengaja menekan kata sah pada kalimatnya.

"I-iya tau. Ja-jangan deket-deket." Atlanta menelan salivanya susah payah. Azam memang terlihat lain kali ini.

Azam tidak mendengarkan ucapan Atlanta. Ia terus mendekatkan tubuhnya pada tubuh istrinya sampai punggung Atlanta menubruk tembok di belakangnya.

Tak!

"Takut, huh?"

"Takut, huh?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Makasih udah suka sama ceritanya😊
Kalo ada typo atau kesalahan penulisan mohon tegurannya ya🙏🙏
Jangan lupa vote dan commentnya. Mau share juga boleh asal jangan di plagiat.

Model vs UstadzWhere stories live. Discover now