17 || Batu?

1.2K 171 4
                                    

Yuhuuuuuu~
Happy reading guyss
kalau typo mohon maaf yaa
( ˆ͈̑꒳ˆ͈̑ )੭♡
.
.
.

"Kau tidak ingin membukanya Ree? Aku yakin jika itu pasti tidak berguna." celetuk Draco yang menyenderkan tubuhnya dikepala kasur besar nan mewah khusus Prince Slytherin.

"Jangan seperti itu Dray, si Lion itu tidak akan memberiku sesuatu yang tidak berguna. Jika iya dia akan tahu akibatnya." sahut Hadrian menyeringai. Tangan mungilnya menelusuri sudut-sudut kotak merah berbentuk hati pemberian Lion, dengan perlahan ia membuka kotak itu.

"Si Lion tidak berniat melamarku kan?!" pekik Hadrian terkejut melihat isi kotak itu. Sekujur badannya merinding membayangkan dia menghabiskan masa tuanya dengan Lion yang prik.

"Hah? Apa? bagaimana bisa! minta dikasih paham tuh bocah!" desis Draco, mata abunya berkilat tajam seandainya tatapan mata bisa membunuh orang pasti ia akan membunuh si Singa jadi-jadian itu.

"He-hey! jangan Dray!" Hadrian memeluk Draco untuk mencegahnya pergi.

'Si*l, tidak yang tua tidak yang muda, Potter-Potter itu selalu membuat ribut dengan perilaku mereka yang terkesan ambigu!' batin Hadrian frustasi, Draco masih memiliki niat menghajar Lion.

"Dray stop! jangan buang energi mu untuk si Lion itu!" seru Hadrian masih memeluk erat Draco, jujur ia pegal jika menahan Draco yang tengah mengamuk.

"Lihat sepertinya batu merah kecil ini berguna!" lanjut Hadrian dengan riang.

"Batu?" tanya Draco memastikan, alisnya berkerut raut wajahnya pun masih marah.

"Iya batu, memangnya kau mengira itu apa?" Hadrian menatap polos ke Draco, berharap kakaknya ini akan luluh dan sudah tidak marah.

"Aku kira itu cincin, aku marah sekali jika Singa jadi-jadian itu berani memberimu cincin!" Draco berseru lantang seolah mengeluarkan isi hatinya yang telah terpendam sekian lama.

"Memangnya jika itu benar cincin, kenapa?" tanya Hadrian, meski ia pintar dalam segala bidang pelajaran di sekolah. Pengetahuannya tentang etiket bangsawan adalah nol besar, ia terlalu malas untuk belajar. Cukup dengan ia melihat bagaimana kedua orang tuanya dan kakaknya yang berperilaku sesuai etiket dan ia akan meng-copy nya. (jangan bolos kalo sekolah ya, jangan tidur juga kalo pelajaran berlangsung)

"Hah.... sebagai bangsawan saling memberi perhiasan memang lumrah, jika itu sudah satu paket. Namun sangat dilarang untuk saling memberi cincin karena itu sebuah simbol pengikat antara kedua pihak yang saling memberi cincin, Jadi jangan pernah menerima cincin mau sebagus apapun dan siapa yang memberimu Jangan pernah menerimanya. Oke?" Draco menjelaskan dengan pelan dan sabar. Tahu adiknya ini nol besar dalam pengetahuan etiket bangsawan.

"Memangnya kau mau seumur hidup tinggal satu rumah dengan Potter itu? Kau tidak ingin menikah dengan gadis cantik ha?" Draco menyeringai menyebalkan. Matanya mengerling nakal saat melihat wajah adiknya merah padam.

"Dray!"

"Oho jadi pilihanmu yang mana manis?" sekali lagi Dracp menggoda adiknya.

"Huh pokoknya aku marah!" pekik Hadrian sambil membenamkan wajahnya di bantal milik Draco.

"Dih, marah kok bilang-bilang."

***

Saat ini para ular sedang bersantai di ruang rekreasi asrama, karena hari ini minggu para siswa dibebaskan dari sekolah.

"Baby Yan, kudengar si Potter itu memberimu batu? memangnya dia jadi kismin ya karena yang kutahu kekayaan keluarga darah murni itu bisa bertahan selama berabad abad." Pansy membuka pembicaraan kembali karena sudah kehabisan topik pembicaraan.

"Batu itu bukan sembarang batu Pans, dan berhenti memanggilku Baby! aku bukan bayi!" ucap Hadrian ketus sambil memincingkan matanya menatap sinis ke Pansy.

"Ututututu Baby Yan mwarwah..."

"Tapi kenapa dia membungkusnya seperti kotak cincin?" tajya Theo mengingat bentuk kotak yang biasanya berfungsi untuk kotak cincin lamaran malah dibuat bungkus batu .

"Kurasa kotak itu milik ibunya." sahut Draco mengalihkan pandangannya dari buku dipangkuannya.

"Eewww tidak modal sekali, benar-benar bangkrut ya?" Theo menggeleng dramatis.

"Dray aku mau ke kamar ya?" ucap Hadrian menatap melas ke Draco.

"Kamar siapa? mau ngapain?" tanya Draco menatap tajam Hadrian, mencoba untuk tidak luluh akan tatapan adiknya.

"Kamarku lah, mau nulis surat ke Mama," jawab Hadrian sewot, kakaknya ini tidak percayaan banget sih sama adiknya, curigaan terus.

"Bukankah bisa disini?"

"Yak Privasi jigeum! Kau tahu privasi kan Dray!" ketus Hadrian kesal. Dengan kaki dihentak hentakkan ke lantai Hadrian pergi ke kamarnya.

Teman-temannya menjerit gemas ketika melihat Hadrian yang merajuk.

***

Lewat sebuah kaca komunikasi, dua pria berbeda usia tengah berbincang ria.

"Tentu Grandpa aku akan mengirimnya secepat mungkin," suara halus itu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pria bermata merah.

"Baiklah, ucapkan terima kasih untuk bocah itu." titah pria bermata merah itu. "Ah~ katakan padanya juga ia lolos, dan suruh untuk menemuiku di dekat hutan kematian dua hari lagi pukul 3 sore." lanjut pria itu. Sedangkan yang lebih muda hanya menggangguk patuh.

"Jaga kesehatanmu little baby, Grandpa tidak akan pernah menyukai jika kamu sakit." ucap pria bermata merah itu dengan lembut.

"Okey Grandpa! aku tutup ya" tak lama mengucapkan kalimat itu kaca yang semula menampilkan orang lain kini telah berubah menjadi wajahnya sendiri.

***

"Baby Ree, tentang batu yang diberi oleh si Potter itu memagnya batu apa?" tanya Draco pemasaran.

"Batu bertuah Dray," jawab Hadrian santai.

"A-APAA?!" Draco berteriak kaget saat mendengar jawaban adiknya. Hey siapa yang tidak tahu tentang Batu Bertuah? memilikinya akan membuatmu hidup abadi. Dan kabarnya jumlah batu bertuah hanya sisa dua biji, salah satunya dipegang oleh penciptanya yaitu Nicholas Flames, dan satunya lagi tidak diketshui keberadaannya.

"Bagaimana bisa? apa si Potter itu tidak tahu manfaat punya Batu bertuah?" Draco heran, ternyata Potter sudah berada ditingkat bod*h yang tak bisa ditolong, kasian sekali.

"Tentu saja bisa, buktinya batu ini ada ditanganku." ucap Hadrian, diam-diam tertawa karena melihat ekspresi kakaknya yang lucu.

"Tapi bagaimana Ree yakin itu asli?"

"Lion bilang batu ini dijadikan umpan oleh Dumblebee, Lion digiring ke lantai 3 untuk mengalami kejadian yang mengerikan hanya untuk mengambil batu bertuah ini. Sayangnya Dumblebee tidak cukup pintar untuk menghadapi Lion, Lion terlebih dahulu mengambilnya dari cermin Erised(tulisannya gini?) sebelum cermin itu dipindahkan ke lantai tiga. Dia juga sudah bertanya ke pengrajin alat sihir." jelas Hadrian panjang x lebar.

"Dumbledore..." desisan Draco penuh penekanan. Ia tidak pernah suka seseorang mendorong seseorang lainnya untuk hal hal yang membahayakan orang lain.

"Our Father will hear about this!" seru Draco, lihat saja dia akan membuat laporan ke Dewan Pengawas Sekolah.

.
.
.
.


Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin ya teman-teman
Maaf karena jarang update dan buat kalian nunggu lama🙏🙏

Sabtu, 22 April 2023

The GreenWhere stories live. Discover now