14||About Lion Potter pt.2

1.5K 225 8
                                    

Haii guys, I'm back yayy( ˆ͈̑꒳ˆ͈̑ )੭♡
Mohon maaf bila ada typo.
Happy reading❛˓◞˂̵
.
.
.

Setelah menunggu hampir 2  jam, Profesor Snape keluar dari ruangan Hospital Wings dengan wajah sedikit panik.

"Uncle Sev, bagaimana keadaan Ree?"  tanya Draco, wajahnya memerah karena khawatir.

"Bisa kau hubungi orang tuamu? Minta mereka kemari. Ada hal yang perlu dibicarakan." jawab Profesor Snape. Tatapan matanya nampak tak fokus.

"Apa tidak bisa kepadaku saja Uncle?"

"Ini penting Draco, harus dengan mereka."

"Ayo Drake, kita kembali ke asrama dan tulis surat." ajak Blaise.

Draco mengangguk, keempat sekawan itu berlari menuju asrama Slytherin. Mengabaikan maner yang ada, keempatnya berlari sekencang mungkin. Sedangkan Severus, kembali masuk ke Hospital Wings.

***

Keesokan harinya, kedatangan Lord dan Lady Malfoy menjadi perbincangan hangat para siswa Hogwarts, Sepasang suami istri Malfoy itu berjalan setengah berlari menuju Hospital Wings. Perasaan mereka tak karuan, kejadian 3 tahun yang lalu kembali terjadi.

Lucius dan Narcissa sudah sampai di ruang perawatan intensif di Hospital Wings. Untuk Draco dan teman-temannya, mereka kembali ke Asrama.

"Lord Malfoy and Lady Malfoy." ucap Madam Pomfrey.

"Madam Pomfrey...bagaimana keadaan putraku?" tanya Narcissa, matanya memerah.

"Luke...Cissy..."

"Severus! bagaiamana keadaan Baby Green?" tanya Narcissa.

"Kita perlu ramuan penawar dari Draught Of Living tingkat tinggi, apakah kalian masih memilikinya? stok ku sudah habis." ucap Severus menghela napas gusar.

"Tapi kau tahu? bahan yang satu itu agak sulit ditemukan, Hah... kenapa sihir keluarga 'itu' masih menempel di Hadrian?" lanjutnya. Hening melingkupi Keempat orang dewasa itu.

"Saya bisa membantu."

Ditengah keheningan itu suara langkah kaki menuju kearah mereka, ternyata itu Lion Potter.

"Apa yang bisa kau lakukan, Heir Potter? jika itu hanya sebuah lelucon. Saya pastikan hanya nama anda yang tersisa." Desis Lucius dengan ancaman, dia sudah tidak memikirkan ego nya yang setinggi langit itu, demi putra bungsunya apapun ia lakukan.

"Saya bisa menyembuhkan Young Malfoy, But... it's not free." seringai licik terpatri dibibirnya.

'Licik juga' batin Severus, Lucius, dan Narcissa.

"Ya apapun itu, aku tidak peduli. Jadi apa yang kau berikan?" Ucap Lucius tajam.

"Aku akan menagihnya segera setelah Young Malfoy sembuh, Besok saya akan kembali." Lion berbalik dan berjalan pergi meninggalkan empat orang.

***

"Oh my boy, ada apa? apakah ada yang mengganggumu?" sapaan dari Dumbledore menyambut Lion saat ia memasuki kantor kepala sekolah.

"Kepala sekolah... bisakah saya meminta bantuan Anda?" tanya Lion dengan wajah datar, ia sedang menahan amarah.

"Tentu my boy, bantuan seperti apa yang kau inginkan?" kaca mata bulat sabit Dumbledore berkilat antusias. Ini pertama kalinya Lion Potter, pionnya yang paling berharga, selama ini Lion Potter tidak pernah meminta bantuannya.

"Saya meminta izin akses perapian Anda untuk pulang kerumah, ada sesuatu yang penting yang perlu saya ambil." ucap Lion, Hell ia tidak ingin berlama-lama dengan penyihir tua ini.

"Tentu, dan sesuatu yang penting apa itu?"

"Itu privasi, Anda tahu privasi kan Kepala sekolah." Lion mengucapkan kalimatnya dengan nada sarkas. Dumbledore tersenyum kaku, tidak mengira akan diserang pionnya.

"Ah... baiklah my boy, kapan kau ingin pulang?" tanya Dumbledore.

"Kalau bisa sekarang Kepala sekolah, ini sangat mendesak." Lion mulai kebabisan kesabaran.

"Baiklah silahkan pergi," ucap Dumbledore, pria tua itu menuntun Lion menuju perapian didalam ruang istirahatnya.

"Potter Manor!" teriak Lion dengan tegas sembari melempar bubuk Floo. Api hijau segera menyelimuti Lion dan membawa tubuhnya ke Potter Manor.

***

James Potter sedang mengurusi berkas kasus yang akan disidangkan minggu depan (ngomong-ngomong pekerjaan James berganti menjadi pengacara di Kementrian Sihir).

"Ayah!"

"Aigoo kamchagiya!" James memegang dadanya, kemudian berbalik dan mendapati putra sulungnya menatap datar dirinya. "Kenapa Boy, sampai pulang mendadak? aku tahu kau tidak akan pulang bukan karena rindu aku kan?"

"Tentu saja tidak, ada yang lebih penting Ayah!" Lion mendekat ke James.

"Aku menemukan adikku, dia ada di Hogwarts!" Lion menubruk tubuh besar Ayahnya, dia menangis.

"Kau tidak berbohongkan Lion?"

"Tidak! aku tidak berbohong Ayah! tapi adikku hiks.. dia tidak baik baik saja hiks..."

"H-hah?! bagaimana bisa?" suara James bergetar, anaknya yang hilang ditemukan, tapi sedang tidak baik-baik saja.

"Kutukan keluarga Ayah, kutukan anak kedua. Dia tertidur karena kutukan itu." jawab Lion, ia sudah sedikit tenang.

"Apa!? Kalau begitu ayo kita ke Hogwarts, dan selamatkan dia!" pekik James sembari mencari penawar kutukan itu didalam ruang rahasia diruang kerjanya.

"Ayah tunggu! ada yang ingin kujelaskan sebelum kita ke Hogwarts!" ucap Lion menghentikan kegiatan James.

"Apa itu, kita tidak bisa menunggu! berapa lama dia tertidur Lion?" wajah James memerah menahan marah.

"Sekitar 32 jam, tentang dia, namanya Hadrian dia ada bersama dengan keluarga Malfoy..." ucap Lion sambil menunduk.

"Apa! Malfoy? really!?"seru James terkejut #bukanmain.

"Ya, dia bahkan tidak terlihat seperti Potter, lebih ke Malfoy dan Black. Tapi yang membuatku yakin jika dia adikku selain karena kutukan anak kedua  itu adalah mata hijaunya yang cantik meski cuma sebelah." James tertegun ketika mendengar penjelasan dari Lion.

"Syukurlah bila dia masih hidup, tapi mengapa harus bersama Malfoy? Mereka pasti tidak akan mengizinkan kita bertemu dengannya." James menghela napas lelah saat mengingat perilaku para Malfoy kepadanya.

"Ah~ itu bisa diurus Ayah! Aku sudah meminta kompensasi dari mereka atas ramuan itu." Lion menyeringai dengan wajah yang sembab, membuatnya terlihat lucu.

"Hahahah... Kadang aku bertanya-tanya dari mana datangnya sifat licikmu itu, dan aku baru menyadarinya sekarang bahwa itu dariku. Hahahha..." James tertawa melihat putra sulungnya yang lucu, ternyata kelicikan itu berasal darinya. James tidak mengelak jika ia dicap licik oleh Lighters, licik adalah sifat dasar seorang pureblood, kelicikan sangat dibutuhkan dalam bertahan hidup dilingkungan bangsawan penyihir.

Lion ikut terkekeh, dirinya mengakuinya. Lagipula ia pernah bilang jika dia Light? baginya sihir adalah sihir, Murni tanpa pengelompokan Hitam atau Putih.

"Nah Ayah kita perlu ramuan penawar itu, bisa Ayah ambil, Adik sangat membutuhkannya!" seru Lion.

"Tentu." James pergi mengambil ramuan penawar itu dibalik rak bukunya. Dan Lion hanya menunggu diruang kerja.

.
.
.

Terima kasih untuk para pembaca yang sudah menyemati saya untuk tetap melanjutkan book ini₍ᐢ..ᐢ₎♡̷
Terima kasih juga sudah setia menunggu saya Update cerita ini.

paypayヽ(´▽')/
18 February 2023

The GreenWhere stories live. Discover now