-41-

24.6K 2.9K 75
                                    

Biasanya aku up jam 2 sore, karena ini udah waktunya jadi aku up lagi
(◍•ᴗ•◍)






Riana terbangun karena rasa dingin yang menusuk kulitnya.

Lalu terkejut setengah mati saat dia sudah berada di tengah-tengah kolam renang, duduk di kursi kayu, tangan dan kaki nya diikat.

Ia menengadah menatap 5 orang dia atas nya.

Rea yang ditahan 2 pria berbadan kekar tadi, Alice yang menyunggingkan senyum pada nya, dan satu perempuan lagi.

Riana menggeleng, di mimpi nya ada tiga orang perempuan, tapi Riana tak percaya salah satu nya ada Rea.

Tak mungkin, Riana menggeleng lagi.

"Why?" Tanya Alice terkekeh sinis.

"Udah inget? Siapa temen Lo ini sebenarnya? Kaget?" Ejek Alice, sedangkan perempuan yang disampingnya hanya menonton saja.

"Maksud Lo apa?!" Teriak Riana, sedikit kewalahan karena air yang seperti nya mulai menjalar untuk menelan nya.

Alice berjongkok, memandang dengan rendah wajah Riana.

"Gue, Bella, dan Rea, pembully yang sesungguhnya, disini tempat Lo untuk terakhir kalinya kita bully, jadi untuk mengawali nya lagi, kita bawa lo kesini lagi," ujar Alice lalu mengedipkan mata nya.

"Alice lepasin Riana! biar gue aja gantiin dia! Riana udah terlalu menderita, jadi gue mohon jangan ganggu dia lagi, gue mohon Lis," ujar Rea yang meronta-ronta agar terlepas dari pegangan pria-pria kekar itu.

Alice dan Riana sama-sama memandang ke arah Rea.

Satu tersenyum sinis, satu nya tersenyum getir.

Dan tentu saja Riana lah yang tersenyum getir, air matanya mengalir, ternyata orang yang ia percaya selama ini adalah salah satu pencipta ingatan buruk nya.

"Lo jahat Re," lirih Riana, bahkan gadis itu tak pernah bercerita tentang ini pada nya, gadis itu juga selalu berpura-pura seolah-olah tidak tau, rapi sekali permainan.

Riana tau ia tak punya ingatan apapun, tapi tak menyangka dia memang sebodoh ini.

Lagi dan lagi semesta mempermainkan nya, fakta yang kesekian kalinya ia terima tapi masih dengan sesak yang sama.

Dengan siapa lagi dia harus percaya?

Dunia ini jahat sekali dengan nya.

Apakah ia diciptakan hanya untuk merasakan kesialan-kesialan tak berujung ini?

Riana menutup matanya mendengar teriakan Rea semakin kuat, memohon-mohon kala ia di titah kan agar dibawa ke gudang di dekat kolam itu.

"GUE MOHON LIS KALI INI AJA, JANGAN RIANA, GUE AJA, INI SALAH GUE!" Suara parau Rea menggambarkan seberapa takutnya jika Riana harus mengalami hal yang sama lagi.

Namun tak ada balasan, Rea menangis semakin kuat, namun tak urung tangan nya meraih ponsel Alice yang tergeletak di meja yang ada disitu lalu berusaha mempertahankan agar ponsel itu tidak mati, ia memasukkan nya ke lingkaran rok nya.

Tubuh Riana bergetar hebat, sama saat ia melihat biru nya kolam renang hari itu.

"Gimana Na? Sakit nggak? Jadi orang itu jangan terlalu naif Na, semua nya nggak Lo peduliin, Lo jadi masuk ke perangkap gue lagi," ucap Alice enteng.

Riana yang sudah tak tahan lagi masih berusaha mengeluarkan suara lagi.

"Salah gue apa?" Lirih Riana kepalanya ingin pecah, memori-memori aneh tiba-tiba memenuhi otaknya.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now