-25-

30.4K 3.4K 12
                                    

Riana terdiam setelah mendengar cerita konyol dari Meri beberapa waktu yang lalu.

"Lo tau nggak, alasan orang pada nggak suka sama Lo? It—"

"Kalok gue tau, gue nggak nanya," Sahut Riana.

"Dengerin dulu bangsat," balas Meri dengan senyum lebar nya.

"Lo itu alasan kenapa orang tua lo meninggal, disaat lo udah tau bakalan kecelakaan lo malah mentingin diri lo sendiri, bahkan ada yang bilang disaat orang tua lo udah kecelakaan, lo malah asik main bareng temen lo, jadi nggak di pungkiri kenapa banyak yang nggak suka sama lo, dan kabar nya Lo juga udah beberapa kali pindah sekolah. Lagipula siapa yang mau nerima anak pembawa sial kayak Lo, Ouh iya, katanya disekolah Lo yang lama, Lo jadi pem-bully ya? Ouch kamseupay banget sih Lo," cerocos Meri, dengan nada yang menjengkelkan di telinga Riana.

"Nggak usah ngaco, sekarang gue masih punya ortu," balas Riana benar-benar tak percaya, tak percaya dengan kehidupan si 'Riana' yang memusingkan.

"Ouh ya? Sekarang lo udah punya ortu? Gue kira Lo di panti asuhan atau luntang-lantung di jalanan, kayak gosip yang beredar," ujar Meri tertawa tanpa beban.

Sedangkan Riana hanya terdiam tanpa ekspresi. Itu membuat Meri heran, kemana perginya Riana dulu, Riana yang akan berteriak seperti orang gila saat orang mengungkit keluarga nya.

"Kok Lo b aja?" Tanya Meri bingung.

"Terus gue harus ngapain?" Riana balik bertanya.

"Lah?" Meri masih bingung, apa semua memori di otak Riana benar-benar hilang?

Riana menggeleng, tanpa berujar sepatah kata lagi Riana pergi meninggalkan Meri.

Tak di pungkiri Raena sedikit terkejut dengan fakta ini, ia pikir menjalani hidup sebagai Riana akan lebih mudah, namun nyatanya tidak, ia akan hidup seperti orang bodoh yang tidak tau jati dirinya.


"Gila aja, nih gue hidup bawaan nya apes mulu ya, nggak idup yang dulu, nggak idup yang sekarang, masalah mulu yang datang," gerutu Riana yang mencoba berjalan menuju rumahnya. Ia tau jarak sekolah dengan rumah nya sangat jauh, namun ia ingin menjernihkan pikiran nya dulu.

Berpikir juga siapa tau di jalan ia menemukan sesuatu yang menyenangkan hatinya, seperti bocil waktu itu.

"Gue tanya aja nggak sih? Lagi pula apa masalah nya, si Riana juga pasti udah tau," pertanyaan itu tentu ditujukan untuk dirinya.

Ia mengedikkan bahu nya, apa pedulinya, toh dari awal orang tua nya yang sekarang memang bukan orang tua kandung nya, ia tidak peduli selagi uang masih mengalir ke rekening nya.

"Tapi gue penasaran juga buset, terus ini ortu si Riana meninggoy nya gimana coba, kenapa malah si Riana yang dituduh? Terus kenapa dulu si Riana dibilang pembully? Orang biasanya juga dia kok yang dibully, mental yupi kayak dia mah ya kali jadi pembully,"  julid Raena.

Biar lah kali ini ia ingin menjadi Raena dulu.

"Lo kenapa sih?" Tanya seseorang disamping nya.

"Anj—" hampir saja Riana mengumpat.

"Perasaan Lo dimana-mana ya?" Lanjut Riana dengan mata melotot.

"Kenapa Lo ngomong seolah-olah Lo bukan Riana?" Tanya Al mengabaikan pertanyaan Riana tadi.

"Kepo bener Lo kayak monyet Dora," balas Riana malas.

"Lo nguntit gue ya?" Ujar Riana dengan tatapan selidik.

"Dih geer bener mbak, orang gue mau balik," jawab Al sewot, pasalnya pertanyaan nya tadi tak mendapat jawaban. Ia mempercepat langkahnya meninggal kan Riana.

Melihat itu Riana berlari kecil mengejar langkah lebar Al. Cowok dengan tangan yang ada di saku celananya itu masih saja berjalan dengan kecepatan maksimal.

"Udah deh Lo ngepens sama gue kan? Sampe ngikutin gue segala," ujar Riana dengan percaya diri.

Al menangkup wajah Riana lalu mengarahkan ke arah depan.

"Nih liat, ni jalan nggak cuman kearah komplek rumah Lo, noh liat becabang , jadi nggak usah ke PD-an," balas Al masih saja menyahuti ucapan gadis pendek yang ada disampingnya.

Riana mengangguk saja pura-pura percaya.

Tibalah mereka di pertigaan jalan, Al ke kanan, sedangkan Riana ke kiri.

"Heh! Kok Lo kesana?" Tanya Riana.

Al menghentikan langkahnya, apalagi maunya perempuan menyebalkan ini. Ia memutar badan nya 180°.

"Terus gue harus kemana coba?" Tanya Al sudah mulai malas meladeni.

"Ya kesini lah, rumah gue kan kearah sini," jawab Riana dengan wajah serius.

Al menggaruk alis nya yang tak gatal menggunakan jari telunjuk nya lalu bertolak pinggang.

"Emang yang mau kerumah Lo siapa sih?" Al hanya ingin cepat pulang, sudah cukup lelah dengan pelajaran yang membombardir kepalanya, menyesal juga kenapa ia harus menghampiri gadis menyebalkan ini.

"Lo beneran bukan mau kerumah gue?" Tanya Riana menahan malu.

"Dah, dah, up to you sist!" Ujar Al lalu berbalik pergi.

Riana menggigit bibir nya, memalukan.

Oke! Nanti ia akan belajar mengurangi kepercayaan diri nya.

"Bajingan, padahal gue udah percaya diri banget tadi," gumam Riana lalu berniat untuk kembali melangkah.

Namun saat ia berbalik, suara Al menghentikan langkahnya lagi.

"Oh iya, besok ujian bulanan, jangan lupa belajar!" Teriak Al dari kejauhan.

Damn! Apa maunya paduka Raja Aldreano iniiii





Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now