Raena Quelinn

212K 14.3K 687
                                    


Stopp-!!
Karena gue penasaran, jadi gue mau nanya.
Darimana dapet nih cerita?

Follow:@bctan_overlay
@mg_eiarain
@drrnn_atmajaa




"Mbak Pakett!!" Teriak seorang kurir di depan rumah yang dibangun dengan gaya yang biasa.

"Iya Banggg sabarrr," Teriak gadis yang berlari kencang dari arah dapur, Raena namanya.

"Ini Mbak," Ucap Kurir itu memberi paketnya, lalu bersiap ingin meninggalkan pekarangan rumah itu.

"Loh Bang? nggak perlu difoto?" Tanya Raena bingung.

"Nggak usah mbak, saya percaya sama mbak, karena saya udah sering nganter paket kesini," Jawab kurir tersebut dengan wajah datar.

Raena tersenyum cengengesan.
"Udah terlalu sering emang pak?hehehe," Celetuk nya lagi.

"Tau ah, yaudah saya pergi dulu," Ujar si kurir lalu melanjutkan pekerjaan nya sebagai kurir pengantar paket, ke rumah-rumah selanjutnya, atau mungkin ke rumah kalian juga?

"Bye-bye kurir kesayangan!!" Teriak Raena lagi, suka sekali dia menjahili kurir yang satu itu.

Senyuman nya lenyap kala mendengar suara perempuan paruh baya dari belakang.

"Belanja terusss!! Apa aja sih yang kamu beli terus? nggak sayang apa itu duit di belanjain mulu? udah beban boros lagi!" Sentak Ibunda nya, ya orang yang baru saja mencibirnya barusan adalah ibu nya, ibu kandungnya sendiri.

Raena terdiam tanpa membalikkan tubuhnya ke belakang ia juga tau siapa pemilik suara itu, ibu yang tak pernah menganggap nya sebagai seorang anak.

Ia juga remaja yang gampang terpancing emosi, rasanya ia ingin membanting paket yang sekarang ada dipelukannya itu, namun tidak, isinya adalah sepatu yang sudah ia idam-idamkan dari dulu, sayang sekali jika ia banting.

Raena menarik nafasnya perlahan, lalu membalikkan badannya menatap sang ibunda.

"Bunda kenapa? kalau Raena belanja, kenapa jadi Bunda yang sewot?" Tanya Raena, gitu-gitu masih dia anggap sebagai Bunda loh, ia tidak mau jadi anak durhaka.

"Kamu kira nyari duit itu gampang? Ha? makanya dengan seenaknya kamu belanja-belanja tiap hari?!" Seru Ibunda Raena.

"Emang nggak gampang kok,"

"Raena tiap hari harus peras otak Raena buat ngasih jawaban dari berbagai kelas Bun, Raena juga rela numpuk-in tugas Raena, sampe malem ngerjainnya baru selesai, demi ngerjain tugas-tugas punya orang yang udah bayar aku Bun! Aku rela ngerjain itu semua, biar aku punya uang beli keperluan aku, beli kemauan aku yang nggak akan pernah terpenuhi kalau minta dari kalian," Terang Raena dengan mata berkaca-kaca, bahkan suara nya melirih di akhir kalimat, karena suaranya yang mulai bergetar.

"Bunda ngomong seakan-akan aku selalu minta dari kalian, bahkan bunda cap aku sebagai beban, yang bahkan aku nggak tau aku membebani kalian di bagian apa?Raena cuman numpang tinggal di rumah ini, Raena cuman makan malam di rumah ini, Raena nggak pernah sarapan, Raena juga selalu makan siang di kantin sekolah, Raena juga di rumah juga jarang, karena Raena harus ngambil dan ngantar tugas-tugas mereka tiap hari,

Raena bukan keluyuran kayak yang dipikiran Bunda, Raena juga kadang capek Bun, pengen kayak temen-temen, apa-apa tinggal minta, sedangkan Raena? harus meras otak dulu, itu pun harus ditabung-tabung dulu, paket yang ditangan Raena ini juga bukan dengan secara instan buat dapetin ini.

Bunda selalu menilai Raena tanpa tau faktanya, kadang kalau Raena stress, Raena pengen punya penyemangat, tapi apa? Nggak ada Bun, bahkan bunda aku sendiri juga nggak mau nyemangatin aku,

Di sini kita cari uang sama-sama, jadi bahasa Bunda yang tiap hari aku dengar itu nyakitin banget bagi Raena," ujar Raena panjang lebar, meletakkan sepatu yang baru saja ia terima ke atas meja yang ada di dekatnya, lalu berlari kencang keluar rumah dengan perasaan marah, kecewa, sedih, putus asa, semuanya bercampur aduk.

Bertahun-tahun dia hidup, tidak pernah bunda nya itu sekali saja mengapresiasi bakat atau pencapaian nya. Itu mungkin hal mustahil yang selalu diharapkan Raena.

Karena pikiran yang melayang, Raena bahkan tuli dengan suara klakson mobil yang memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya kecuali Raena.

BRAKK!!

Dengan hitungan detik, tubuh Raena sudah terpental, dan kepalanya sukses mengeluarkan darah akibat terbentur pinggiran jalan dengan kuat.

Penglihatan Raena mulai menggelap, tapi samar-samar ia masih melihat banyak orang yang mulai mengerubungi nya.

Raena menutup matanya perlahan, mungkin kisah hidup berjalan sampai disini saja, tidak akan ada lagi gangguan kecemasan yang selalu menyiksanya, tidak ada lagi tugas-tugas yang selalu menantinya, tidak ada lagi si beban yang di sebut Bunda nya.

Semua berakhir disini.

"Ketidak Mungkinan yang selalu di harapkan,"-Raena

-To Be Continue-







Kalau mau follow my akun Ig
WP: @bctan_overlay
Utama: @mg_eiarain

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang