-38-

28K 3.3K 36
                                    

Hari ini up lagi, tiap hari up demi readers tercinta(●♡∀♡).
And makasih buat yang udah Votmen luv u ♡







Sudah 1 Minggu 6 hari, waktu Riana dihabiskan bersama lelaki tampan, Aldreano.

Aneh karena entah kenapa lelaki itu mau repot-repot mengajak nya jalan setiap hari, meskipun kadang mereka hanya bersama selama 1 jam, waktu singkat itu hanya mereka habiskan di supermarket atau taman.

Tapi tak jarang juga mereka menghabiskan lama nya waktu untuk bepergian ke tempat wisata yang menarik bagi mereka.

Laki-laki itu membuat Riana kembali membangun kepercayaan kepada orang lain, setelah sekian lama ia hanya berpura-pura menerima seseorang di hidup nya.

Al itu baik, sering tertawa, pendengar yang baik, terkadang juga memberikan ia sedikit ucapan nasihat atau ucapan penyemangat.

Perlakuan kecil nya yang membuat siapa pun tak bisa menahan senyum, selalu muncul saat mereka bertemu.

Seperti, mengikat rambut Riana yang berantakan karena hembusan angin, membelikan barang-barang, makanan, minuman dengan uang laki-laki itu pula, membuka kan pintu untuk nya, memakai kan helm jika mereka menggunakan motor, meminjam kan jaket untuk nya, menghalangi sinar matahari yang mengenai matanya dengan tangan lelaki itu, dan masih banyak lagi.

Al adalah cowok green flag yang sesungguhnya.

Dan mustahil seseorang tidak jatuh hati pada nya.

Namun saat ini Riana masih belum percaya itu, mereka bertemu masih kurang lebih dua bulan, dan dengan waktu yang singkat itu, tak mungkin ia jatuh cinta pada laki-laki itu.

Biarlah mereka tetap seperti ini berteman dengan sedikit cibiran menyenangkan di dalam nya.

Dan sampai lah hari ini, hari terakhir, mereka ingin pergi ke pantai, diawali ke pantai dan mereka juga ingin mengakhiri momen 2 Minggu ini di pantai, dengan baju yang sama pula.

"Udah siap?" Tanya Al.

"Udah," jawab Riana setelah selesai mengunci pintu rumahnya.

Semenjak hari itu, orang tua nya tak pulang lagi, bahkan pekerja di rumah nya pun diberhentikan, ya walaupun uang tetap mengalir di rekening nya.

Namun tak dipungkiri ia sedikit kesepian di rumah besar itu, tak ada lagi Mama nya yang sering ia ajak bercanda, saat ini ia hanya memiliki Rea dan Aldreano, hanya mereka.

Al berjalan lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Riana, hari ini mereka memakai mobil, intinya semua nya harus sama seperti hari pertama dalam 2 Minggu menyenangkan ini.

Tapi ada yang sedikit berbeda, tentu saja perlakuan seorang Aldreano kepada Riana.




Saat sudah sampai, kembali Riana membuka sepatu nya terlebih dahulu, ia tak mau sepatunya akan di penuhi pasir yang ada di pantai itu nanti nya.

Al bersandar di mobil miliknya itu sambil bersedekap dada memandangi setiap pergerakan Riana.

"Kenapa?" Tanya Riana lalu keluar dari mobil itu.

Al menggeleng lalu pergi.

"Dih nggak jelas!" Ujar Riana memukul pelan punggung laki-laki itu sehingga sang empunya badan mengaduh kesakitan.

"Shh... Lo jadi cewek itu nggak boleh kasar-kasar, ini tingkah laku Lo malah kayak monyet ragunan," umpat Al mengusap-usap pelan punggung nya yang baru saja menjadi samsak Riana.

"Dih serius Al? Itu tadi pelan loh, anak bayi digituin juga nggak bakalan nangis, masak badan Lo bongsor kayak gini langsung kesakitan," cibir Riana, pertengkaran kecil selalu menghiasi pertemuan mereka.

"Au ah, intinya Lo itu cewek kasar," balas Al menatap sinis Riana sambil bersedekap dada.

"Apaan! Lo jadi cowok kok pundungan?" Tanya Riana menangkup wajah Al lalu diarahkan ke hadapan nya, namun tak lama lagi Al membuang muka lagi.

"Dihhh, udah jauh-jauh kesini Lo nya malah ngambek, au ah gue ikutan ngambek," ujar Riana lalu langsung duduk di pasir pantai itu tanpa beralaskan apapun.

Al menatap kebawah, lah kok malah ikutan ngambek? Al memutar bola matanya malas, cewek emang nggak pernah mau ngalah.

Mau tak mau Al ikut duduk.

"Bukan nya dibujuk, malah ikutan ngambek, cewek cewek," sindir Al menatap langit seolah sedang berbicara dengan udara yang sedang berhembus.

Riana hanya melirik sekilas, pemandangan yang ada di depan nya sangat cantik, rugi sekali jika ia harus meladeni ucapan lelaki aneh itu lalu membiar kan pemandangan itu berlalu begitu saja. Ouh tidak akan!

"Kalau di pikir-pikir idup gue drama banget ya?" Ujar Riana tiba-tiba.

"Maksudnya?" Tanya Al.

"Iya, semenjak gue kecelakaan banyak banget kejadian yang menurut gue kayak drama-drama gitu, aneh," ucap Riana sambil bergidik geli.

Dulu tidak separah sekarang, meskipun ekonomi keluarga nya sulit, tapi banyak orang masih mau menerima keberadaan nya, tidak ada yang namanya kata bully, dulu orang tua nya memang tidak peduli pada nya tapi mereka masih selalu ada disisi nya, sedangkan orang tua nya sekarang? Mereka pergi begitu saja meninggalkan ia sendirian di ruangan hampa tanpa warna itu.

"Kecelakaan?" Tanya Al membuat Riana langsung menoleh.

"Mampus salah ngomong," ujar Riana di dalam hatinya.

"I-iya, 2 bulan yang lalu gue kecelakaan, makanya itu gue kehilangan sebagian dari memori gue, yang gue ingat cuman memori inti aja," jelas Riana lalu menggigit bibirnya.

"Itu alasan gue masuk akal nggak sih?!" Batin Riana berteriak.

Sedangkan Al sudah tidak fokus lagi saat Riana mengatakan 'iya'.

"Pantes Lo lupa gue," ucap Al pelan.

"Ha?" tanya Riana karena suara Al yang sangat pelan.

"Nggak apa-apa," jawab Al sembari menggeleng.

Tak mungkin ia diingat, mungkin Riana hanya melihat nya sekilas dan tentu saja itu bukan ingatan penting bagi Riana, lain dengan nya yang sudah benar-benar tertarik dengan Riana walau ia baru pertama kali bertemu dengan gadis itu, dengan umur nya yang masih belia pula.

Hampir 15 menit mereka berkecamuk dengan pikiran masing-masing, hanya suara tawa pengunjung yang lain terdengar itupun tidak terlalu keras, apalagi entah kenapa suasana pantai kini sangat sepi.

"Al? Lo mau mati sekarang atau tunggu udah tua?" Tanya Riana, sangat-sangat random.

Al menyerngit bingung dengan pertanyaan itu, ia menoleh menatap gadis itu, lalu baru ia sadari netra gadis yang di samping nya itu kini sudah dipenuhi cairan bening yang siap tumpah kapan saja jika pemilik nya mengedipkan mata.

"Pertanyaan Lo random banget asli," jawab Al malas.

"Kenapa sih? Kan cuman pertanyaan, kalau gue sih mati kapan aja gue siap." ujar Riana terkekeh sambil mengedip-ngedip kan matanya.

Al ikut terkekeh.

"Hidup emang sebecanda itu, dan mati bukan jalan terakhir yang bisa nyelesaiin masalah kita dengan baik, tapi kalau bisa—"

"Gue....mau kita mati sama-sama,"

"Tapi Na, sebelum kita nggak ngeliat dunia ini lagi, mari kita ciptakan kenangan yang indah di dunia yang jahat ini."




Tbc.

Abang nya sedikit sesat ya guys!

Si Culun Glow Up [TERBIT]Where stories live. Discover now