🦋 PART 49 🦋

8K 438 4
                                    

Mentari kembali terbit dari ufuk timur, sinarnya yang cerah mampu mengusir awan mendung yang bertebaran di langit. Kiara dengan masker menutupi sebagian mukanya berjalan di area pemakaman ini, membawa sebuket bunga mawar di tangan kanannya.

Cewek itu berhenti di salah satu makam yang mulai ditumbuhi rerumputan hijau.

Aza Shaqila.

Nama yang tertera di batu nisan itu.

Kiara mengusap batu tersebut dengan jemari lentiknya, buket bunganya ia letakkan di bawah batu nisan. Kiara mencopot maskernya, lalu di sana dirinya mulai bicara.

"Hai, Aqila. Apa kabar lo?" sapa Kiara dengan suara riang. Seolah dirinya sedang berbicara dengan Aqila, bukan makamnya.

"Hihi, maaf, ya, baru dateng sekarang. Gue ... sibuk banget soalnya." Kiara tersenyum. Bayang-bayang wajah Aqila masih jelas terpatri dalam memorinya. Aqila adalah satu-satunya sahabat yang ia punya di SMA.

"Gue cuma bisa bawa bunga, itupun datengnya telat. Gue ga bisa hadirin pemakaman lo, masih nge-drama dulu waktu itu sama kakak gue." Kiara anteng mengobrol, seakan di sana ada wujud Aqila. "Ya lo tau sendirilah gimana sikap kakak gue. Jahat banget. Tapi sekarang udah ngga, deh, keknya. Soalnya gue pura-pura sinting."

"Yang soal kesalahan Kak Elgar..." Kiara menggantungkan ucapannya. "... gue minta maaf, ya. Gara-gara dia, lo terpaksa bundir, dan seorang nenek harus kehilangan cucunya."

Setelahnya, lengang.

Sekitar sepuluh menit.

Lalu, Kiara bangkit, riak di matanya kemudian berubah. Yang tadinya sendu, kini menjadi tatapan datar bahkan terkesan dingin. Ia berkata lagi, "Aqila, kalo emang lo dendam ke kakak gue itu ga masalah. Tapi gara-gara sumpah-serapah lo dalam mimpi itu, gue yang dapet karmanya."

Kiara tahu itu cuma mimpi. Saat dimana Aqila bersumpah bahwa dirinya harus mengalami apa yang Aqila alami juga. Kiara benci itu. Padahal pada saat Saga mau membawa Aqila pergi, Kiara berusaha menyelamatkannya. Namun apa daya? Ada Elgar yang mencegahnya.

"Lo jahat kalo nyumpahin sahabat lo sendiri Qil. Padahal gue sayang banget sama lo, tapi lo malah nyumpahin gue. Gara-gara mimpi itu, kesucian gue bener-bener direnggut. Andai mulut lo dijaga, pasti cowok-cowok brengsek itu ga akan pernah nodain gue!" Kiara menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan.

Andai Kiara tahu saja, padahal sebenarnya, sumpah-serapah Aqila memang benar diucapkan saat cewek itu belum melakukan bunuh diri.

"Maafin gue, Qil. Tapi lo ga akan dapet keadilan apapun. Karena dengan terenggutnya kesucian gue, itu udah lebih dari cukup dari apa yang lo harap." Kiara mengambil satu langkah mundur, lantas ia melenggang pergi dari sana setelah memasang lagi maskernya.

Tujuan Kiara selanjutnya adalah markas gangster Lemoy's. Dengan menaiki taksi, cewek itu sampai di tempat tersebut. Namun, Kiara tak langsung keluar dari kendaraan beroda empat itu. Karena di luar markas Lemoy's, ada beberapa cowok yang nongkrong di atas motornya.

"Woi, beliin si Elgar makanan sono. Nih duitnya!" Zhico datang ke antara mereka, menyuruh salah satunya membeli makanan.

Kiara mengamati gerak-gerik cowok-cowok di sana. Satu per satu pergi karena memiliki tugas masing-masing. Entah apa itu, karena Kiara tak bisa mendengar percakapan mereka dari dalam taksi ini.

Ketika di luar markas sepi, Kiara pun keluar dari taksi. Dari dalam tas selempangnya, ia ambil sebuah amplop cokelat dan lekas menaruhnya di depan pintu markas Lemoy's secara diam-diam. Setelahnya, cepat-cepat ia berjalan masuk kembali ke taksi.

"Sudah, Mbak?" tanya si sopir mendapat anggukan dari Kiara. Taksi pun melaju, meninggalkan jalanan di depan markas Lemoy's.

Arvin yang baru datang dengan motornya urung masuk ke markas ketika melihat seonggok amplop cokelat di ambang pintu. Dia merunduk, meraih amplop tersebut dengan alis bertaut.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang