🦋 PART 46 🦋

7.3K 392 16
                                    

Akibat dari baku hantam kemarin, sebagian besar anggota Demon masuk rumah sakit. Ternyata, menyerang Lemoy’s di kandangnya bukanlah ide yang bagus. Karena mereka dapat dengan leluasa menggunakan senjata apapun untuk membabi-buta mereka.

"Gimana keadaan anak-anak?" tanya Alga setibanya di depan pintu ruang rawat.

Taufan menggeleng. "Ga tau tuh. Liat aja sendiri."

Sebagai info, Alga, Agas dan Taufan tidak masuk rumah sakit karena mereka menyadari Lemoy’s akan semakin ganas. Jadinya, mereka ngibrit dari medan perkelahian walau sudah diteriaki sebagai pecundang oleh bocah-bocah Lemoy’s.

"Lo urus mereka. Gue mau cabut dulu, lanjut nyari Razor," tukas Agas, ia menepuk pundak Taufan beberapa kali.

Kepergian Agas diikuti oleh Alga. Kedua cowok itu melangkah beriringan ke luar dari area rumah sakit, membiarkan Taufan dan anggota Demon yang lain mengurus teman mereka yang babak belur parah.

Sementara gangster Lemoy’s, mereka tengah merayakan kemenangan setelah berhasil mengalahkan bocah-bocah Demon kemarin. Lemoy’s tidak bisa dibilang gangster gentle atau gangster baik-baik. Karena sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang ambisius dengan kemenangan. Sampai bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkannya.

"Tapi gue penasaran njir siapa yang udah nyulik Razor. Heran, deh, marak banget kasus penculikan," celetuk Zhico tak habis pikir. Suara cowok itu sedikit banyak terkalahkan oleh dentuman musik dj yang dinyalakan anggota Lemoy’s lain.

"Udah koma, diculik, bikin panik, mancing keributan. Komplit dah, beban banget si Razor," sambung Zhico kemudian.

"Anehnya, kenapa anak buahnya tuh orang langsung berasumsi kalo Elgar dan Lemoy’s yang nyulik ketuanya. Heran gue," timpal Rivan.

Arvin dengan santai membolak-balik halaman buku komik. Sahutnya, "Simpel aja, sih. Elgar kan emang musuh bebuyutannya Razor. Kalo bukan ke Elgar, ke siapa lagi mereka ngasih tudingan?"

Elgar santai menyesap rokoknya dalam-dalam. "Mereka pikir sepenting apa mereka? Sampe gue harus cape-cape nyulik si beban itu."

Saga yang sudah tepar karena kebanyakan kobam tak menyahut. Ia meracau tak jelas, sesekali menunjuk wajah teman-temannya sambil terkekeh.

Sedangkan itu, di rumah sederhana kepunyaan Nanda alias papa Kiara, Jehan baru selesai mandi. Aroma maskulin menguar, memenuhi penjuru kamar. Laki-laki itu mengenakan baju, lantas ke luar dari kamar untuk berangkat kuliah.

Keadaan rumah sepi, papa telah berangkat mengunjungi Kiara. Dia sendirian di rumah, merasa hampa dan kosong tanpa kehadiran saudara-saudaranya.

"Padahal dulu gue ga kek gini, deh." Jehan mengambil tempat duduk di kursi, meletakkan tangannya di permukaan meja. Ia tercenung.

"Dulu gue suka kalo ga ada orang di rumah. Mau ga ada Elgar, Kiara atau papa, gue biasa aja. Tapi sekarang ... kenapa gue kangen kebersamaan kita, ya?"

Itu adalah perasaan aneh bagi Jehan. Memang benar, dulu ia sama sekali tak peduli dengan keluarganya. Namun kini, ia merasa sangat kesepian. Jehan merindukan kebersamaan dengan keluarganya, ia ingin semuanya kembali lengkap seperti dulu.

Ketika Jehan membuka tudung saji, tak ada apapun di sana. Kosong, tidak tersedia makanan sama sekali. Jehan menghela nafas panjang. Terpaksalah ia harus makan lagi di luar. Dan itu membuat uang simpanannya semakin menipis.

***

Kelelahan setelah mencari Razor, Alga memutuskan untuk tidur siang saja. Dia tidur telentang di sofa dengan lengan yang terangkat menutupi matanya. Ditemani kipas angin kecepatan sedang, ia pun tertidur pulas.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang