🦋 PART 15 🦋

8.3K 425 20
                                    

"Kiara Angelica?"

Ketika absen guru sampai kepada nama Kiara, satu kelas sontak hening. Orang yang disebut namanya juga tidak ada menyahut karena bangkunya pun kosong melompong.

"Kiara ke mana?" Pandangan Bu Maudy beredar ke penjuru kelas, mencari keberadaan sosok Kiara yang tak tampak di pelupuk matanya.

"Alpa, Bu!" Aline tahu-tahu menyahut. Kemudian terkikik pelan bersama temannya.

Bu Maudy sempat menggelengkan kepalanya sebelum benar-benar menuliskan alpa pada absen Kiara. Pelajaran pagi itu pun dimulai, berbeda dari kelas senior yang ribut karena jam kosong.

"Masih pagi udah jamkos aja," celetuk Leana menggulir layar hapenya. Manik hitamnya yang dibingkai kacamata fokus pada foto-foto outfit di hape.

"Syukur dong. Enakan juga jamkos." Thalia membalas. Ia sibuk menggambar karena gabut.

Dysis yang dari tadi cuma menopang dagu kini bersuara, "Ya udahlah kantin aja yuk!"

Sekejap mereka benar-benar tiba di kantin. Alangkah senangnya Dysis ketika melihat anak Lemoy's ada di tempat ini. Segera dia berlarian kecil dan berhambur memeluk pacarnya dari belakang meninggalkan kedua temannya.

"Sayang!" seru Dysis gembira.

Anak Lemoy's sedikit kaget dengan kedatangan cewek itu yang kemudian disusul kedua teman lainnya.

Elgar menoleh ke arah Dysis sembari mengambil satu tangan cewek itu untuk ia cium. Tanyanya, "Sayang? Ngapain di kantin jam segini? Bolos?"

Sebelum menjawab, Dysis lebih dulu mengambil tempat duduk tepat di sebelah Elgar. "Iya, dong. Lagian jamkos juga, mending nongki di kantin. Eh ternyata ada kamu. Jadi makin seneng deh."

Elgar mengusap pipi Dysis dan beralih mencubitnya gemas. "Lucuk."

"Unch, Sayang!" Dysis terkekeh gemulai.

"Cie Zhico pengen juga, yaa?" Seperti biasa, Thalia menceletuk, mengalihkan atensi mereka.

Zhico mendesis, "Pengen. Sama lo. Jadian yuk."

"Ih apaan sih," tanggap Thalia tak minat. Padahal niatnya tadi hanya sekadar menggoda Zhico, tapi cowok itu malah membalasnya dengan kata-kata macam begitu.

"Lah gimana sih, tadi nanyain Zhico pengen apa kagak. Giliran ditawarin malah gamau." Itu adalah Saga yang menyahut. "Dasar cewek."

"Ya bukan begitulah maksud gue. Niat gue tuh mau manas-manasin Zhico doang," kelit Thalia tak terima.

"Tapi gue serius, Thal. Kalo kita nantinya nikah, gue bakal ngasih lo anak-anak yang lucu dan kiyowo. Lo ga akan nyesel pokonya." Zhico menopang pipinya dengan kedua tangan, memandang Thalia dengan tatapan berbeda bikin Thalia rasa merinding.

"Serem banget." Thalia ngumpet di pundak Leana yang kini ketawa melihat ekspresi sahabatnya.

"Godain terus, Zhi. Demen banget dia nistain lo soalnya," sambar Leana.

Thalia menepak pelan pundak Leana dengan komuk cemberut. "Jangan gitu dong. Nanti Zhico beneran jadi serem."

Posisi Thalia kembali seperti semula. Gerakan tangannya dibawa memperbaiki helai-helai poninya yang sempat berantakan. "Eh, Zhico. Gue lebih milih lo yang jail daripada yang kek gini. Dih apaan serem banget. Berasa dikejar berondong sinting."

"Dih songong amat mentang-mentang kakel. Sebenernya gue juga akting doang barusan." Zhico berseloroh, berhenti bertopang pipi. Sekarang dia malah terpingkal, puas mengerjai Thalia yang tadinya merasa ngeri.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now