🦋 PART 17 🦋

7.2K 454 21
                                    

vote atuh vote, pelit amat cuman vote doang. masa tega bikin eike ngemis cmn perkara vote? tega bener.😔💅🏻

________



Bayangan yang pertama kali ditangkap oleh retina mata Kiara adalah sosok Jehan tengah berdiri mematung di samping ranjang ini. Wajahnya rumit tanpa ekspresi, menatap lamat-lamat Kiara yang pucat pasi.

"Lo ngerepotin banget tau ga?" Kalimat pertama yang tercetus dari bibir Jehan.

Itu menyakiti lubuk hati Kiara.

Air mata seketika meleleh, tapi Kiara tak berniat mengusapnya. Maaf, maaf kalau Kiara merepotkan. Nyatanya ia juga tidak mau seperti ini.

"Maaf," lirih Kiara. Hanya itu, tapi untuk mengatakannya, Kiara harus mengumpulkan ketabahan hatinya terlebih dahulu.

"Ga butuh." Jehan bersidekap, melengos ke arah lain. "Lo udah sembuh kan? Buruan pulang. Gara-gara pingsan, lo jadi bolos sekolah."

Di keadaan begini, Jehan bahkan masih berpikir tentang sekolah. Wow, sosok kakak laki-laki yang terlalu perhatian atau... ah sudahlah. Terlalu sulit untuk Kiara deskripsikan.

"Ya udah," kata Kiara. "ayo pulang."

Jehan memandangnya lagi. Tumben Kiara tak melawan perkataannya dengan argumen?

Seorang dokter masuk secara tiba-tiba, mengalihkan atensi kakak beradik tersebut. Sang dokter berkata, "Kondisi pasien belum stabil. Ada banyak luka dan lebam di sekujur tubuhnya. Ditambah imunnya yang lemah, serta kurang gizi. Maka sebaiknya, pasien menetap di sini selama beberapa waktu."

Jehan tak berkata apapun. Matanya melirik Kiara yang mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Baiklah, kalau anda setuju, datangi bagian administrasi untuk mengurus biaya pengobatan," ucap sang dokter. "saya permisi."

"Jadi gimana, Bang? Ara tetep di sini kan?" Kiara bertanya sepeninggal dokter, binar di matanya penuh harap.

Tak ada sahutan dari Jehan karena dering hape laki-laki itu tiba-tiba terdengar, segera diangkat oleh si pemilik ketika melihat peneleponnya adalah teman kuliahnya. Jehan berbicara sepatah dua patah kata dengan temannya itu dan sesekali terkekeh-kekeh kecil.

Kiara yang mengawasinya merasa sedikit sedih atas sikap abang sulungnya. Kepada adiknya bersikap dingin, tapi giliran ke orang lain sangat akrab. Dia pikir Kiara tidak sakit hati?

Sekali lagi, tetes air mata Kiara mengalir tanpa diminta. Namun kali ini, cepat-cepat cewek itu menyekanya agar Jehan tak melihat. Ketika Jehan selesai telponan, laki-laki itu berbalik ke arah Kiara lagi.

Katanya, "Ya udah lo di sini aja, gue mau ke kampus. Biar gue chat Elgar buat jagain."

Entah harus senang atau sedih setelah mendengarnya, tapi Kiara mengiyakan saja ucapan sang abang. Jehan pun betul-betul mengirimkan chat singkat pada Elgar menyuruh adik keduanya itu menunggui Kiara di rumah sakit ini. Setelahnya, Jehan berderap pergi dari kamar inap Kiara.

Sebelum benar-benar pergi dari rumah sakit, Jehan sempat melipir ke bagian administrasi untuk membayar biaya berobat Kiara.

Sementara Elgar di sekolah mengumpat kala membaca chat yang dikirim abang sulungnya. Baginya Kiara sama sekali tidak penting. Mau Kiara sakit, dibully, atau apapun itu. Jika berhubungan dengan Kiara, Elgar tak pernah mau peduli.

"Kenapa dah lo, El?" Heran melihat kondisi muka Elgar yang kusut, Arvin berinisiatif menanyakan.

Elgar memberikan lirikannya sekilas. "Si Kiara masuk RS. Sialnya gue yang disuruh jagain sama Bang Jehan."

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora