🦋 PART 38 🦋

7.3K 447 16
                                    

Dalam dua hari, keramik kolam renang telah selesai dipasang. Kolamnya pun mulai diisi dengan air jernih, dan nantinya akan siap digunakan oleh siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler renang.

Antrian panjang mengular di koridor yang menuju ruang osis. Mereka adalah siswa-siswi yang antusias mengikuti ekstrakurikuler renang. Namun, sebagian mereka adalah yang ‘terpaksa’ mengikuti. Karena aslinya mereka tidak ingin mendaftar.

Dysis keluar dari ruang osis. Gerah di wajah dan lehernya dikipasi dengan kipas portabel. Bibirnya berkali-kali meloloskan decakan akibat malas menjalani tugasnya sebagai anggota OSIS.

"Eh, Mel, lo urus dah tuh bocah-bocah yang mau daftar. Gue mau ke kantin," titah Dysis seenaknya. Dia justru melenggang santai, melewati siswa-siswi yang mengantri. Sedangkan Caramel hanya bisa menggerutu dalam hati karena perilaku Dysis yang semena-mena.

Di kantin, Dysis mengeluarkan hapenya setelah mengambil minuman dingin dari kulkas. Ia kirimkan chat ke nomor WhatsApp Thalia, tapi tetap check list satu seperti sebelum-sebelumnya.

Hm, aneh, pikir Dysis.

Bagaimana mungkin Thalia tidak pernah mengabarinya sejak dua hari yang lalu? Terakhir kali mereka berjumpa adalah di koridor sewaktu pulang sekolah. Dysis benar-benar merasa curiga. Kok bisa dua temannya hilang tanpa jejak?

"Thal, ayo angkat!" Khawatir dan penasaran akan kondisi Thalia, Dysis pun meneleponnya.

Namun sayang beribu sayang. Panggilannya tak kunjung dijawab. Ia mengulangi hal itu beberapa kali, tapi hasilnya sama, Thalia tak mengangkat panggilan darinya.

Dysis menyerah. Ia keluar dari kantin masih dengan minuman kaleng di tangannya. Sesekali ia teguk itu minuman, sambil melihat hapenya yang menunjukkan laman Instagram Thalia.

"Dysis?"

Kepala Dysis terdongak begitu suara bariton menyebut namanya.

"Om Purnama?" Dysis bergumam. Langkahnya dibawa mendekat ke seorang pria yang barusan menyebutnya. Pria itu adalah ayah Thalia.

"Om, Thalia ke mana? Kok dia gak ada ngasih kabar ke aku?" tanya Dysis cepat.

Purnama lantas mengernyitkan kening. "Loh, Dy, padahal om baru aja mau nanya ke kamu. Ini dia udah dua hari ngga pulang-pulang. Om khawatir sama dia."

Dysis terperangah. Kepalanya digelengkan. "Aku ngga tau, om. Aku udah telpon dan chat dia berkali-kali, tapi ga ada jawaban."

Atas penuturan Dysis, Purnama mengusap gusar wajahnya. Erangan frustasi lolos dari bibirnya. "Gimana ini? Ke mana Thalia? Kenapa dia juga ga ngabarin om?"

Dysis tampak berpikir. "Ya udah, om. Mending kita liat cctv sekolah ini aja. Om Purnama udah tanya ke Bu Melda ga?"

Purnama memberikan gelengan. Memang dia rencananya mau bertanya tentang Thalia yang menghilang ke kepala sekolah ini. Namun, ketika melihat Dysis, tujuannya tertunda.

Keduanya pun sepakat ke kantor Bu Melda. Sesampainya di sana, mereka langsung bertanya mengenai cctv sekolah dan mengabarkan bahwa Thalia menghilang.

"Kalau begitu, lebih baik kita ke ruang cctv sekarang," putus Bu Melda.

Dengan bantuan Pak Ben pengurus cctv sekolah, mereka menyaksikan kegiatan SMA Treekleyn dua hari yang lalu di layar monitor. Semuanya baik-baik saja, termasuk ketika sosok Thalia dan Dysis di koridor tampak ngobrol-ngobrol.

Figur Thalia berjalan keluar gerbang sekolah ketika Dysis sudah pergi duluan. Di halte, Thalia masih kelihatan sampai dia masuk ke taksi yang dipesannya. Namun, ketika diperhatikan seksama, di taksi itu tak ada plat nomornya.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang