🦋 PART 01 🦋

20.4K 1K 39
                                    

Upacara bendera senin pagi pada hari itu tidak berjalan selancar minggu-minggu sebelumnya.

Suasana yang semestinya adem ayem, berubah ricuh ketika secara mendadak lima motor besar masuk menerobos pagar sekolah yang sudah ditutup rapat oleh satpam.

Dengan nakalnya, para pengendara motor yang berseragam putih abu-abu berbalut jaket hitam itu menggeber-geber gas motor mereka hingga menimbulkan huru-hara.

Para pelakunya yang merasa puas sontak tertawa-tawa bak orang kerasukan setan di balik helm full face mereka. Girang bukan main sebab berhasil menciptakan kekacauan.

Seluruh peserta maupun pembina upacara dibuat tercengang di tempat oleh kelakuan kelima bocah badung itu. Tak ada satu pun pasang mata yang tak terpusat menatap mereka.

"Buset akhlaknya ketinggalan."

"Terlahir tanpa akhlak, ege."

"Mereka said, ‘wih gue keren banget!’"

"Preman pasar lebih sopan gak sih?"

Itu merupakan komenan para cowok-cowok alim di SMA Treekleyn 03. Kalau komenan para cewek? Oh, tentunya beda lagi.

"Aaa Elgar keren banget gilak!"

"Mau satu aja yang spek mereka."

"Ish damage-nya ga main-main!"

"Inti Lemoy’s ga ada obat!"

Yup, betul.

Kelima pemuda bangor yang tidak punya sopan santun itu merupakan anak-anak geng motor. Lebih tepatnya, anggota inti.

Geng mereka dikenal dengan nama The Lemoy’s. Tapi dibanding itu, lebih pantas lagi jika disebut The Lemes saja. Biar sinkron dengan kelakuan mereka yang minus akhlak.

Masih diiringi tatapan segenap warga sekolah, kelima pemuda itu menghentikan motornya tepat di parkiran.

Elgar menjadi orang pertama yang membuka helm full face-nya. Lalu disusul empat kawannya yang lain. Setelah itu, mereka beradu tos ria sebagai tanda kekompakan.

"Anjay, Man, gue jadi ngerasa keren banget, Cokk!" celetuk Zhico yang posisinya berada di paling ujung, sambil memasang tampang pongah.

"Yoi, kalo begini, kan, kita jadi narik perhatian semua orang. Udah macem di sinetron Anak Jalanan aja." Rivan yang seorang penggemar sinetron itu jadi teringat dengan karakter bernama Boy.

Padahal tingkah mereka jelas jauh berbeda dari Boy dan kawan-kawan. Sosok Boy dalam sinetron tersebut memiliki akhlak, sementara mereka ini tidak kebagian.

Saga melempar lirikannya ke balik tubuh, melihat siswi-siswi yang sedang memekik tertahan. Bibirnya sontak tersenyum miring sok kegantengan.

"Lihat, tuh, cewek-cewek pada ngeliatin kita," ucapnya terlampau pede.

Terlihat Arvin mendengus samar sembari bersidekap dada. "Dan setelah ini, kita harus siap-siap nerima konsekuensinya. Noh, si Pak Harun udah melotot ke arah sini."

Itu benar.

Sang pembina upacara tampak menahan amarahnya yang meluap-luap. Kalau bukan ciptaan Tuhan, mungkin matanya itu sudah copot saking lebarnya melotot.

"HEI, KALIAN. CEPAT KE MARI, BOCAH-BOCAH TENGIK! BERANI-BERANINYA KALIAN BIKIN KEONARAN."

Tuh, kan. Baru saja dibilang. Apa yang  Arvin katakan benar-benar terjadi. Suara Pak Harun yang sekelas geledek langsung menyambar ganas.

"Gimana, nih? Kabur, nggak?" Elgar yang merupakan ketua mereka malah meminta pendapat teman-temannya.

"Lari gigimu. Mau lari ke mana? Kita, kan, niat ke sekolah ini. Tetep aja nanti gak bakal bisa lolos," cetus Arvin, si paling menjunjung logika.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now