tanpa rasa bersalah

24.1K 1.5K 148
                                    

Termenung Ainun di sisi kasur, menegang tubuhnya kala tulisan di atas kertas tadi tak bisa ia hindarkan dari pikiran. Selalu menghantui dan membuat ia seakan kehilangan cara untuk bernafas.

Ia menautkan erat kedua tangannya sembari mencari pelampiasan dari degupan di dalam dada yang terus berdetak kencang.

"Sayang," sentuhan lembut di pundak yang tiba-tiba ia rasakan juga panggilan setelahnya membuat Ainun tersentak kaget.

Refleks ia mengangkat tubuhnya menatap Fajar yang tersenyum hangat namun membuat tubuhnya justru menggigil hebat.

"Kenapa melamun, mikirin apa? Mas panggil dari tadi gak nyahut-nyahut."

"Mas panggil aku?"

Fajar mengangguk, ia membawa Ainun duduk kembali sembari tertawa dalam kebingungan.

"Ada apa? Kok setelah pulang sikap kamu berubah."

Keluh untuk dirinya menjawab. Kala netranya bertemu dengan netra Fajar di sana kebohongan itu ia lihat jelas dan itu membuat ia semakin tak berdaya.

"Sayang, kamu baik-baik aja, kan? Apa ada orang yang jahat sama kamu. Katakan! Dia tidak akan lolos dari mas."

"Bukan itu yang membuatku berubah mas, tapi kejadian setelah pulang. Bukan mereka yang jahat mas, tapi kamu!" sayangnya Ainun hanya bisa berteriak di ruang hatinya. Sebisa mungkin ia memperlihatkan ketenangan, berbanding amat terbalik dengan hatinya yang semakin perih tiada henti.

"Ai?" Fajar terlihat panik saat Ainun menunduk dalam keheningan.

"Aku gak papa mas, aku hanya kecewa pada seseorang yang kembali membohongiku." tutur Ainun mengangkat pandangannya.

"Siapa yang berani berbohong sama istri mas! Berani sekali dia."

"Aku yang salah mas. Aku salah karena telah mempercayainya."

Fajar mengusap kening Ainun dengan punggung tangannya, juga menyembunyikan rambut yang sedikit keluar dari hijab.

"Jadikan pelajaran, ya. Mulai sekarang jangan mudah percayai dengan seseorang siapapun itu." titah Fajar.

"Termasuk kamu?" tanya Ainun hingga mengundang kerutan di wajah Fajar.

"Mas?"

"Iya."

"Mungkin saja mas menyembunyikan sesuatu." tambahnya.

Fajar menunduk, dalam keheningan ia menghela nafas yang teramat gusar. Sedetik terdiam dalam rasa gelisah, hingga akhirnya ia kembali bersuara, "udah kita gak usah bahas itu lagi."

Fajar mengambil tangan Ainun untuk ia genggam dalam kehangatan. "Oh iya, Makasih ya karena kamu mau menerima mas lagi"

"Mas takut banget, kamu minta pisah aja mas udah sakit Ai, jika kita memang bercerai mungkin mas akan mati."

"Mas takut kehilangan kamu." sambung Fajar. Begitu nampak ketakutan dalam sorot matanya yang terpancar di sana.

Ainun menunduk kala teringat sesuatu yang ia tahan sedari tadi dan mencoba untuk tetap baik-baik saja. Padahal ingin sekali ia marah juga berteriak hebat atas kekecewaan yang kembali ia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandung Keikhlasan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang