Adil di atas luka

22.1K 1.4K 57
                                    

Melamun dalam kesunyian, begitu sangat menyedihkan jika dilihat. Diam Ainun dalam duduk nya, memandang pantulan diri dari balik cermin besar dengan pikiran menerawang jauh ke sana.

Kapan ia akan merasakan kebahagiaan kembali?

Atau, kapan kebagian itu redup?

Semuanya begitu cepat terjadi, dan tak bisa ia kendalikan barang sejentik pun. Tentang manusia, semuanya memiliki kadar ujian masing-masing yang dimana hasil dari kesabaran akan menambah pahala.

Entah ia harus berterimakasih atau justru bersedih kala pikirannya teringat tutur kata lembut kedua orang tuanya. Tentang ia yang begitu rapuh nyatanya masih bisa mempertahankan pernikahan poligami ini. Satu hal yang selalu menjadi pondasi kala menyerah begitu ingin ia capai, 'tuhan takkan pernah menguji seorang hamba di luar batas kemampuannya' dan ujian itu datang karena cinta nya yang begitu luar biasa.

Seperti kekasih, ia begitu ingin mendengar rayuan kekasihnya.

"Abah, umi." panggil Ainun namun tak ada jawaban yang ia dengar kala bayangan lah yang hanya ia dapati.

"Terimakasih telah merangkai Ainun menjadi wanita kuat."

"Ainun," panggil Fajar sembari duduk di atas kasur.

Ainun tak menoleh namun ia bisa melihat pantulan suaminya dari balik cermin dihadapannya.

"Mas membelikan kamu martabak. Mas juga beliin kamu mangga muda," Fajar menghela nafas sembari terus mengeluarkan kresek di pangkuannya. "Setau mas, wanita yang hamil begitu menyukai mangga muda. Maaf jika mas keliru."

Ainun hanya diam membisu tak beranjak barang sedikitpun. Ia hanya mengatakan terimakasih itupun di dalam hatinya.

"Ai, kamu mau mangga nya?" tanya Fajar kini pria itu berdiri memakai kedua lututnya dihadapan Ainun. Ia mengambil sepotong mangga lalu mengarahkan ke mulut istrinya.

"Mas minta maaf soal tadi pagi dan kemarin. Terima suapan mas ya." mohon Fajar. Garis bibirnya terangkat membentuk lengkungan menawan walau sorot matanya memancarkan kesenduan.

"Aku belum ngidam mas." setelah lama terdiam akhirnya Ainun mengeluarkan suara namun suara itu langsung membuat senyum di sana memudar.

Kepalanya ia arahkan menelisik wajah tampan suaminya. Pria muda yang sudah sukses di usia muda, tampan rupa nya, nyaris tak ada kekurangan dari sosok Fajar al-Hisyam. Sayangnya, Ainun harus membagi paksa manusia sempurna itu dengan orang lain.

"Tapi kalo martabak aku mau." lanjutnya.

Fajar mendongak, matanya berbinar melihat senyum teduh yang terpampang di wajah istrinya.

Fajar mengambil kotak martabak yang ia letakkan di atas kasur lalu kembali seperti semula bertekuk lutut.

"Ini rasa keju kesukaan kamu." tutur Fajar sembari menyuapi sepotong martabak manis tersebut ke mulut istrinya. Tak bisa menyembunyikan kebahagiaan nya hingga senyum yang sempat memudar kini terbit kembali, bahkan lebih lebar dari sebelumnya.

"Mas sendiri gak makan?" tanya Ainun karena Fajar hanya menyuapinya sedari tadi.

Ia mengambil satu potong martabak lalu mengarahkan ke mulut suaminya. "Baru romantis." ucapnya tertawa kecil.

Senandung Keikhlasan (New Version)Where stories live. Discover now