pengakuan tak terduga

22.3K 1.4K 87
                                    

"Ainun_" Fajar menyentuh pergelangan tangannya hingga langkah pun terhenti.

"Jangan paksa Ainun lagi, mas." lirih Ainun menahan sakit di hatinya.

Fajar terdiam, perlahan genggaman itu mengendur dan akhirnya terlepas juga.

"Sudah cukup aku membagi semuanya, mas." Ainun menunduk menatap lantai putih di bawahnya. Menjerit tertahan ia di sana saat kembali harus membagi apa yang ia punya dengan orang lain.

"Tapi untuk yang kali ini, boleh aku menolak? Aku tak ridho ada wanita lain yang menempati ranjang pernikahan kita dan tidur bersama suamiku," ungkap Ainun pelan.

Ia mengangkat kepalanya menatap Fajar yang kini terdiam bisu. "Aku ikhlas jika malam ini tidur di kamar belakang, aku ikhlas mas bersama Zila. Tapi untuk meniduri kasur kita, maaf, itu terlalu menyakiti ku, mas. Jangan nodai kasur pernikahan kita." lanjutnya.

Ainun tersenyum hambar, selalu wanita rapuh itu dihadapkan dengan paksaan yang akan berdampak pada kesehatan batinnya. Berontak pun ia selalu kalah saat tak ada satupun yang berpihak padanya.

"Tolong jangan paksa Ainun sekali ini saja, Ainun begitu rapuh, mas."

Tes

Tetesan bening itu meluncur begitu saja.

Bagaimana jika diamnya Fajar harus membuat ia kembali menyerahkan semuanya?

Ainun tersentak kaget saat tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke depan lantaran Fajar yang menarik tangannya memasuki kamar mereka. Mengunci kamar itu lalu memeluk erat tubuhnya.

Tubuhnya membeku, tangan yang sempat terulur membalas pelukan itu terjatuh kembali.

"Maafkan mas sayang, mas gak akan melakukan itu."

Ainun hanya bisa menangis tanpa suara di sana. Pelukan itu tak lagi berasa hangat menyelimuti dingin tubuhnya. Justru bagai duri yang menancap tanpa ampun.

"Ainun, mas hanya ingin membalas jasa ayah yang telah menyayangi mas begitu tulus. Bahkan mas tak mendapatkan itu semua dari ayah kandung mas sendiri. Maaf kan mas sayang, apa ini begitu menyakitkan?" lirih Fajar mengeratkan pelukannya.

"Kamu terluka sayang?" tanya Fajar lagi, air bening bergenangan di pelupuk matanya melihat wanitanya kini menangis kembali.

"Mas_"

"Enggak Ai, kamu hanya perlu berpura-pura di hadapan ayah, namun di sini kamu akan menjadi istri mas." sela Fajar.

"Kita tidur berdua ya, di kasur kita. Tolong jangan menangis, Ainun."

Ainun mendongak menatap netra Fajar yang terpejam di pundaknya. Lalu dengan kaku ia mengangkat tangannya membalas pelukan pria itu.

Ainun benci situasi seperti ini, namun ia hanya wanita rapuh yang begitu mudah luluh hanya dengan perlakuan manis sesaat.

Dalam sekejap dendam yang terancang di hatinya hancur begitu saja.

Fajar begitu cepat menjadi obat dari luka yang ia sendiri menorehkannya.

Mengapa pemberi luka lah yang justru menjadi obatnya?

❀❀❀

"Zila, mengapa Fajar belum kembali. Dia bilang hanya sebentar."

Zila menoleh setelah lama ia memikirkan perasaan Ainun yang mungkin begitu dalam lukanya. "Mas Fajar mungkin ada pekerjaan, yah."

Senandung Keikhlasan (New Version)Where stories live. Discover now