bakti pada suami

30.1K 1.7K 90
                                    

Saat hati yang terluka kembali dihujam dengan begitu pedihnya, jangan berharap ia akan sembuh. Ibarat paku yang tertancap walau sudah terlepas bekas nya akan tetap ada dan terus menempel.

Hal yang membuat hatinya terasa sangat pedih, membujuk istri kedua suaminya untuk tetap bertahan, bersama mengarungi lautan poligami yang setiap hari akan ada air mata yang menjadi saksi betapa sunnah yang satu itu sangat menyayat. Sudah tau tidak mampu, tapi atas patuhnya pada sang suami membuat ia melakukan semuanya. Seolah menggoreskan pisau tajam ke hati sendiri, perih dan sakit yang di rasa.

Ainun menatap pintu kamar itu dengan kegundahan yang melanda.

Bagaimana bisa!

Bagaimana bisa ia membujuk istri kedua suaminya.

Sakit, demi Allah selalu sakit.

Menghela nafas sembari menguatkan tekat dan mental, tangan itu berhasil menyentuh gagang pintu yang hanya dengan sekali gerakan mampu terbuka lebar dan menampil madu nya di ujung sana. 

Ainun meremas jemari nya begitu erat sembari mengayunkan langkah yang semakin berat.

Menyadari ada yang datang, Zila mengusap air matanya lalu membalikkan badan. Terkejut, saat wanita yang selalu menghindarinya kini datang sendiri.

"Mbak,"

"Aku di suruh mas Fajar datang ke sini."

"Untuk?"

"Membujuk kamu agar tidak bercerai dengan suamiku."

Strakk

Hendak mempersilahkan Ainun duduk namun tertunda kala mendengar suara lembut namun menggoreskan hati yang terlontar dari wanita tegar di depannya.

"Mbak, aku tau kamu berbohong. Mana ada seorang istri yang membujuk istri lain suaminya untuk bertahan, jangan bermain dengan perasaan sendiri, mbak." tungkas Zila mendudukkan dirinya lebih dulu tanpa mempersilahkan Ainun untuk duduk juga.

Ia sudah tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya yang selalu akan tumbang karena sebuah kerapuhan.

"Aku tidak berbohong, mas Fajar yang meminta bukan diriku. Kamu benar, tak ada seorang istri yang mau membujuk istri lain suaminya. Lalu apa yang bisa aku lakukan kala paksaan nya bagai perintah bagiku?"

"Mbak, apapun itu aku tak mau poligami, mungkin mbak sanggup tapi aku tak sanggup, aku tak bisa, mbak. Aku tak mau sisa kehidupan ini harus ku habiskan dengan menyakiti wanita lain."

"Maka dari itu, kita tidak perlu bersaing untuk merebut mas Fajar. Cukup saling membantu meraih surga yang dia katakan padaku."

"Surga? Apakah itu terjamin penuh, mbak?"

Ainun menundukkan pandangannya saat jemari Zila menggenggam erat tangannya. "Mbak," mohon Zila.

"Aku juga tak mampu Zila. Jangan menambah kerapuhan ku dengan mendengar rintihan mas Fajar yang begitu menyedihkan."

Setetes air mata kini meluruh lagi, pipi yang sudah kering kini basah kembali.

"Aku akan berpikir lagi, mbak." putus Zila.

Berat, keputusan yang begitu berat. Semoga tidak akan ada yabg terluka diantara mereka, walau itu mustahil.

Senandung Keikhlasan (New Version)Where stories live. Discover now