pembantu di istana sendiri

25K 1.5K 238
                                    

Zila tersenyum kala mobil Fajar sudah memasuki gerbang rumah. Tak berselang dari mesin mobil yang padam Fajar keluar melangkah mendekati Zila dengan senyumnya juga.

"Assalamualaikum, istri mas." salam Fajar mengecup kedua pipi Zila.

Zila menyalami tangan Fajar. "Waalaikumusalam."

"Mas mau makan atau mandi dulu?" tanya Zila mengambil alih tas kerja di tangan suaminya.

"Mandi saja," kata pria itu sembari mengendurkan dasi yang melilit lehernya. "Hari ini pekerjaan mas begitu padat." katanya kemudian.

"Oh ya, apa Ainun belum pulang?" tanyanya menatap Zila yang kini tengah menutup kembali pintu rumah.

Zila menatap wajah suaminya. Zila bingung Apakah ia harus berbohong tentang Ainun atau mengatakan semuanya? Ia takut Allah akan murka jika ia berbohong namun ia juga takut Ainun akan kembali berseteru dan juga membenci dirinya.

"Belum, mas. Sepertinya sebentar lagi." jawab Zila.

Fajar menghela nafas panjang, kemudian melangkah memasuki kamar mandi di susul oleh Zila di belakangnya yang harus menyiapkan pakaian ganti sang suami.

❀❀❀

"Mau kemana, mas?" tanya Zila menghentikan langkah Fajar yang akan keluar.

"Mas mau menjemput Ainun."

Zila menggigit bibir bawahnya menatap Fajar penuh rasa takut. "Zila mau bicara sebentar, boleh?"

Fajar melirik jam hitam dipergelangan tangannya nampak menimang. Pada akhirnya ia mengangguk, dan duduk ditepi kasur.

"Ayah mau ke sini." ungkap Zila akhirnya.

"Hari ini?" Zila menggeleng cepat.

"Besok. Tapi Zila mau minta tolong sama mas." mohon Zila menatap penuh harap suaminya yang kini mengernyit bingung.

"Menjemput ayah? Mas akan menyuruh supir untuk ke sana."

"Bukan, tapi_" Zila menggantung ucapannya menerawang sesuatu yang akan terjadi setelah ia mengatakan keinginannya yang begitu tidak masuk akal.

"Apa maksud kamu?!" tanya Fajar bangkit menatap tak percaya setelah Zila mengatakannya.

Zila menunduk takut. "Zila begitu menyayangi ayah, jika ayah mengetahui pernikahan poligami ini Zila takut ayah akan sedih. Zila tidak mau, mas. Zila gak mau menambah beban pikiran nya. Untuk kali ini saja, Zila mohon."

"Tapi apakah tak ada cara lain?"

Zila menggeleng, ia tak tau cara apalagi selain yang satu itu.

Fajar bergeming menatap Zila yang begitu memprihatinkan. Sesaat ia terdiam dalam pikiran rumit itu sampai akhirnya, "mas akan pikirkan." putusnya.

❀❀❀

Jari jemari Ainun tertaut erat seiringin desakan lembut Zila merobek paksa telinganya. Terduduk ia tanpa tenaga di bawah sana dengan pikiran berkecamuk dan teramat pelik.

Ainun tak mendengar pasti apa yang saat ini Zila katakan, ucapan madunya begitu samar sekarang. Yang pasti setelah satu kata beberapa detik lalu terucap membuat tubuhnya membeku hebat.

Senandung Keikhlasan (New Version)Where stories live. Discover now