tak mengharapkan dia

25.2K 1.5K 332
                                    

Hana membuka pintu kamar putranya. Melangkah ke dalam dan duduk di tepi kasur sembari mengamati wajah Fajar yang nampak basah oleh air mata.

Sakit rasanya melihat putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang menjadi seperti ini.

Namun, apapun kesalahan Fajar dia tetaplah putranya! Kasih sayang yang tertanam di hati tak akan hilang dengan satu kesalahan.

Fajar terbangun kala merasakan usapan yang begitu lembut di pipi. Mata sayu nya memandang Hana yang menerbitkan senyum.

"Bunda," panggil Fajar hendak bangkit Naman Hana lebih dulu mencegahnya.

"Dimana Ainun?" tanya Fajar kala tak melihat Ainun di sudut manapun.

Bola mata Fajar berkeliaran hebat, bayang-bayang buruk itu terlintas begitu saja di pikirannya. Ia panik!

"Bunda? Ainun pergi? Ainun tetap meninggalkan Fajar?"

Hana membisu, air bening bergenangan di kelopak matanya yang terasa sangat panas. Sebisa mungkin ia tahan untuk tak meluruh.

"Bunda, jawab Fajar." pinta Fajar dengan nafas memburu.

"Bunda ..." suara Fajar melemah seperti tak memiliki tenaga lagi untuk bernafas, ia hanya membiarkan sesak mengurung seluruh raga nya.

"Ainun masih di sini, dia merubah keputusannya." jawab Hana pada akhirnya.

"Bunda?" sekarang Fajar kehabisan kata-kata lantaran sangat bahagia. Sebuah senyum terbit di bibirnya kala membayangkan ia tak akan kehilangan Ainunnya.

"Saat ini bunda membujuknya untuk mempertahankan pernikahan kalian. Tapi, jangan salahkan bunda jika suatu hari bunda membujuk Ainun untuk pergi."

Senyum Fajar tertaut, kerutan di keningnya nampak cukup jelas. "Apa maksud bunda?"

Hana menarik nafas, pandangannya terhenti pada bingkai putih yang berisikan foto pernikahan Fajar dan Ainun. Tersenyum getir ia melihatnya.

"Bunda yang membawa Ainun ke kehidupan kita. Wanita sholehah berhati lembut itu terluka karena bunda." tuturnya kembali menatap Fajar yang diam membeku.

"Bunda tak ingin membuat dia semakin hancur. Jika dia masih tak akan mendapatkan kebahagiaan dengan kamu, bunda akan membiarkan dia pergi."

"Hidupnya masih panjang untuk terus dilukai. Bahkan bunda malu pada keluarga mereka."

"Siapa kita?! Dia wanita yang terjaga justru kita beri luka yang hebat."

Fajar terlalu larut dalam buku-buku tebal hingga tak pernah mengenal wanita. Sedang usianya setiap hari selalu bertambah. Kekhawatiran Hana membuat ia dan Hasan-ayah Fajar memutuskan untuk menjodohkan nya dengan putri kyai tempat Fajar menuntut ilmu saat masih kecil.

Tak hanya itu, kyai Bilal dan keluarga mereka saling berjasa hingga akhirnya menikahkan putra putri mereka untuk memperkuat silaturahmi.

Sekarang putri kecil yang dijaga bagai permata begitu lancang mereka lukai.

"Apa dosa bunda Fajar? Apa kesalahan kami!" raung Hana terisak pelan menatap penuh luka putranya.

Senandung Keikhlasan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang