mana bisa?

19.4K 1.2K 92
                                    

Ainun menutup pintu mobil hitam lalu menoleh ke samping di mana Ricard yang sudah siap menyalakan mesin mobil.

"Kita pergi sekarang. " Titah Ainun.

Ricard mengangguk lalu melajukan mobil tersebut membela jalanan yang nampak padat pengendara.

Hari itu, Ricard yang akan mempertemukan nya dengan seseorang batal saat sudah di tempat lokasi dikarenakan orang itu yang ada urusan mendadak.

Hari ini, kesempatan pun datang tanpa merancang drama terlebih dahulu. Tak ingin membuang waktu Ainun memanfaatkan kesempatan yang Fajar sendiri memberikan tanpa ia sadari.

"Apa tuan Fajar tidak akan curiga?" tanya Ricard di sela keheningan.

Menatap jalan yang mereka lalui, Ainun memutar kepalanya kala mendapat pertanyaan dari pria itu. "Seperti nya tidak. Mas Fajar akan lupa jika sedang bersama istri keduanya." Jawabnya dengan senyum simpul.

"Kamu sendiri? Bagaimana dengan pekerjaan mu?"

"Tuan Fajar membatalkan meeting hari ini dan itu membuat saya bisa terlepas dari berkas-berkas itu."

"Sebenarnya mas Fajar lah yang memberi kita ruang untuk bertemu. Padahal suamiku itu sangat membenci mu entah apa alasannya."

"Terimakasih Ricard." tambahnya menatap Ricard yang kembali fokus menyetir.

"Tidak masalah Ai, saya akan melakukan apapun untuk kamu."

Ainun menegakkan tubuhnya menatap Ricard dengan kedangkalan. "Maksud kamu?"

Ricard menggeleng memilih untuk tak membahas hal yang seharusnya ia tutup rapat.

"Semua orang memiliki alasan dengan apa yang ia lakukan. Kamu selalu membantuku, mengapa Ricard? Apa ada hal lain yang kamu sembunyikan?"

"Jika semuanya akan terbongkar seperti bau bangkai, maka saya harap itu terjadi diwaktu yang sudah pas." tutur Ricard begitu amat misterius.

Ainun semakin mengamati Ricard, mencari jawaban dari keterdiamannya. Sedetik berlalu, Ainun tersenyum getir menyadari kebodohannya.

"Aku memang pantas dikasihani."

"Semalang itu kah?"

"Apa yang kamu katakan?" tanya Ricard mengernyitkan dahi.

"Iya. Itu alasan kamu selama ini membantuku, kan?"

Ricard semakin tak mengerti, apa lagi Ainun begitu jauh menanggapi perlakuannya.

"Kamu sangat kasihan pada ku yang hanya bisa menangis dan tak ada yang membantu. Itu kan yang membuat kamu selalu ada?"

Ainun membuang nafas kala Ricard terus membisu. "Terimakasih telah iba. "

Ricard ingin menyela namun jika ia bersuara akan ada hal lain yang mungkin akan terungkap. Maka dari itu ia hanya menghembuskan nafas gusar dan tetap fokus menyetir.

Hingga mobil penuh keheningan itu memasuki kawasan cafe yang nampak ramai oleh pengunjung.

Ainun keluar dari mobil dan menunggu Ricard yang masih di dalam.

Senandung Keikhlasan (New Version)Där berättelser lever. Upptäck nu