TERATAI 14

60.5K 7.5K 1.3K
                                    

Hai apa kabar kalian?

Gimana puasa kalian?

Maaf baru bisa update sekarang🙏

Buka pakai apa kalian?

Setelah berbuka ngapain? Kalau aku langsung update 🤭

Vote dulu yuk, sebelum lanjut baca

Tandain typo-nya

.
.
.

Alara terbangun saat jam menunjukkan pukul setengah empat.

Saat membuka mata ia begitu terkejut melihat ada orang yang tidur di hadapannya yang hanya berjarak beberapa jengkal dari wajahnya, terlebih lagi seorang laki-laki.

"Astaghfirullah." Alara langsung duduk dan memegang dadanya kaget. Alara mengerjapkan matanya untuk mencerna apa yang terjadi, kenapa ada Elvano di kamarnya.

Alara menghela nafas lega setelah mengingat hari kemarin. Ia sudah menikah dengan Elvano. Hari ini adalah hari pertama ia menjadi seorang istri.

Alara duduk beberapa menit setelah membaca doa, ia memperhatikan sejenak Elvano yang masih tidur. Alara memikirkan sebuah ingatan yang begitu samar-samar di memorinya.

"Mimpi atau bukan, ya?" gumamnya. "Enggak mungkin kak Elvano cium kening kamu, La. Tadi malam itu kamu sedang bermimpi," sambungnya menggeleng-geleng.

"Tapi rasanya nyata," gumam Alara lagi.

"Ya Allah astaghfirullah, Alaraaaaa kamu ini kenapa, sih. Mau mimpi ataupun nyata, memangnya kenapa? Kak Elvano itu suami kamu, bukan orang asing lagi," monolognya.

Tidak mau bergelut dengan pikirannya lagi, Alara segera bangkit dari kasur untuk menuju kamar mandi. Ia akan mengadu kepada Tuhannya.

Setelah selesai mengambil air wudhu, Alara segera melaksanakan sholat sunah tahajud.

Selesai mengerjakan sholat, gadis itu melanjutkan rutinitas paginya dengan membaca beberapa untaian ayat Al-Qur'an.

Alara mengaji dengan suara pelan, takut membangunkan Elvano. Walau dengan suara yang pelan, bacaan Al-Qur'an Alara tetap terdengar. Suaranya yang merdu berhasil membangunkan Elvano.

"Nghh ...."

"Apaan, tuh?" gumam Elvano saat melihat Alara yang mengaji dan masih menggunakan mukena warna putih membelakangi dirinya.

"Setan?" gumamnya lagi. Elvano memperhatikan baik-baik penglihatannya, sesekali ia mengucek matanya. Ia melihat ke sampingnya, di sana sudah tidak ada Alara.

"Istri gue ternyata," lanjutnya bergumam. Setelah beberapa detik ia baru menyadari apa yang ia ucapkan. "Istri?" Elvano langsung menggeleng-geleng.

"Jangan-jangan penghuni kamar ini udah hipnotis gue," gumamnya mulai ngawur.

Elvano segera duduk bersila. Namun, ia sengaja diam untuk memperhatikan apa yang Alara lakukan.

Alara yang sudah selesai mengaji, tapi ia tetap duduk dengan posisinya. Tangannya mulai menengadah. Ia ingin menyerahkan semuanya kepada Tuhan sang penciptanya. Semua itu tak luput dari pandangan Elvano.

"Bismillahirrahmanirrahim, ya Allah ... aku hanya perempuan di akhir zaman. Aku tidak sepintar Aisyah, tidak sekaya Khodijah, tidak sesholihah Maryam, tidak secantik parasnya Sarah, tidak sepandai Fatimah dalam menyembunyikan perasaan, tidak juga sesabar Hafsah, imanku tidak sekuat Asiyah, tangisanku tidak akan dikenang seperti Ummu Aiman, caraku melayani suami juga tidak sebaik Ummu Sulaim. Aku bukan wanita sempurna seperti para penghuni surga ... tolong temani aku dalam menjalani semua ini ...."

TERATAI Where stories live. Discover now