TERATAI 18

58.3K 7K 1.1K
                                    

Assalamualaikum hai hai hai

Nungguin yaa🤭

Absen dulu yang udah hadir🤚

Cerita ini memang ringan. Konflik juga gak banyak-banyak. Kalian cukup mengikuti alur hidup ALEL🖤
Enggak dibuat pusing kok, apalagi emosi🤭

Selamat membaca, semoga terhibur di part ini🖤

.
.
.

Duk

"Aduh."

"Eh, sorry gue ngerem mendadak," ungkap seseorang yang duduk di kursi pengemudi.

"Enggak apa-apa, kok. Cuma kejedug dikit."

"Coba gue liat."

"Enggak apa-apa, kak."

"Istri!" tegas si pengemudi. Siapa lagi orang yang memanggil istrinya dengan panggilan istri. Tentu saja Elvano.

Barusan ia menginjak pedal rem mendadak karena melihat sesuatu yang menyeberang tiba-tiba. Alhasil kening Alara terjedug dashboard mobil lumayan keras.

"Beneran nggak apa-apa, kak. Ini—eh, mau apa?"

"Lo tau, kan, kalau istri itu harus nurut sama perintah suami?" tekan Elvano setelah menarik kedua bahu Alara agar menghadap ke arahnya.

Terpampanglah kening Alara yang sedikit memar. Wajar saja, Elvano mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba berhenti mendadak. Bisa dibayangkan betapa nyerinya kening Alara sekarang.

"Memar gini. Kalau ketahuan Mama, bisa-bisa gue dibikin rempeyek beneran," gerundel Elvano. Tangannya mengambil sesuatu di dalam kotak PK3 yang sudah tersedia di mobil.

Masih mengataskan nama Mamanya ternyata.

"Sini!" ujar Elvano meminta Alara agar lebih mendekat.

"Aku?"

"Enggak! Mbak kun kun!" jawab Elvano sewot.

"Di dunia ini nggak ada hantu--"

"Lo, wahai istri! Nyebut gue lama-lama kalau ngomong sama, lo," potong Elvano.

Yang ada Alara yang terus beristighfar berbicara dengannya. Benar apa benar?

"Cepat siniin keningnya. Mau diobatin nggak?"

Alara mengangguk tersenyum. "Mau!"

"Sini makanya."

Dengan patuh Alara menurut.

Beberapa detik setelah itu jantung Elvano berpacu dengan cepat. Bagaimana tidak, Alara memajukan wajahnya sangat dekat dengan wajahnya.

"Anjir istri gue. Agresif juga ternyata," batin Elvano.

"Ekhem!" Elvano berdeham untuk menstabilkan degup jantungnya. Takut Alara mendengar dan tau bahwa ia sedang gugup.

Dengan perlahan Elvano mengoleskan salep ke kening Alara.

"Makanya, safety belt jangan lupa!" peringat Elvano setelah selesai membersihkan salep ke kening Alara.

"Aku lupa, kak. Tadi itu kaget banget, emang tadi kenapa pada bubar?" tanya Alara penasaran.

"Ada polisi. Kalau diam disitu, lo mau di bawa ke kantor polisi?"

"Aku, kan, nggak salah. Kenapa harus takut?" tanya Alara.

"Salah nggak salah, lo bakal tetap ditangkap karena berada di arena balap tadi, bego!" ketus Elvano.

"Nah, kalau tau itu bahaya, terus bisa ditangkap polisi, kenapa masih suka di tempat kayak gitu? Kenapa masih dilakuin?" tanya Alara sengaja memojokkan Elvano.

TERATAI On viuen les histories. Descobreix ara