64

850 74 5
                                    


Sudah tiga hari sejak Mark tau terkait penyakit Haechan. Mark belum berani bertemu dengan pria itu. Saat Jaehyun sampai di rumah, ia tidak menyangka akan mendapat satu pukulan dari anaknya itu. Mark benar benar marah dan kecewa pada ayahnya, karena merahasiakan ini semua darinya. 

Sampai kapan ayah merahasiakan ini dariku!!

Bagaimana jika aku tau ketika dia sudah tidak ada!!!!

Kenapa ayah begitu tega padaku!

Begitulah tangis dan emosi Mark malam itu saat Jaehyun mencertikan kondisi Haechan. Jaehyun hanya bisa pasrah mendapat makian dari Mark, ia tau anaknya sedang sakit hati dan kecewa, tapi Jaehyun tidak bisa berbuat banyak karena ia sudah berjanji pada Haechan. 


Mark menghela nafasnya panjang, hanya lima langkah lagi, kemudian ia berbelok kekiri, maka Mark akan sampai di ruangan Haechan. Tapi lagi lagi kakinya terhenti, seolah ada lem kuat yang menempel di sepatunya sehingga ia  tidak bisa berjalan lebih jauh lagi. 

Mark takut, ia belum siap bertemu dengan Haechan. Tapi Mark juga tau, waktu Haechan juga pasti tidak banyak lagi, jadi Mark tidak ingin lagi membuang waktunya untuk bertemu dengan Haechan. Mark ingin memanfaatkan waktu yang ia punya dengan Haechan punya. 

Tapi, sepertinya hatinya belum siap 

Mark takut, saat ia melihat Haechan, ia menangis dan itu akan membuat Haechan semakin sedih. Karena itu hingga hari ini Mark tidak berani menemui Haechan. 

Bugh

Ditengah lamunannya, sebuah bola mainan tiba tiba mengenai kepalanya, dan Mark bisa mendengar kekehan anak keci dari belakang. Mark berhasil keluar dari lamunannya, berjalan perlahan mengambil bola itu, hendak memberikan kepada anak kecil itu. 

" Paman Jahat Blek!"

Pinta anak kecil itu ketika merebut bola mainan itu dari tangan Mark, kemudian ia berlari kearah yang beralawan dari tempat Mark berdiri. Mark pun mengikuti arah langkah kaki anak itu, dan terkejut melihat seseorang yang berdiri diujung lorong sana.

Itu Haechan

Mengenakan pakaian yang sama dengan anak itu. Haechan tersenyum gemas pada anak itu saat anak kecil itu berlari kearahnya, Haechan pun berjongkok menyamakan tingginya dengan anak kecil itu, kemudian membisikkan sesuatu pada anak itu. Setelah itu mereka berdua saling menatap, memandang Mark sebentar dan kemudian terkekeh pelan. 

Mark yang melihat kejadian itu benar benar terdiam, masih mematung di posisinya. Ia bahkan tidak sadar anak kecil tadi sudah tidak ada disana. 

" Yo!"

Sapa Haechan saat berdiri tepat di depan wajah Mark. Haechan sedikit memiringkan kepalanya, pasalanya lambaian tanggannya tidak direspon. Haechan bahkan ragu apakah Mark kini bisa melihatnya atau tidak pasalnya tatapan pria itu benar benar terkejut, seolah melihat hantu. 

" Tidak? Baiklah...."

Haechan menarik kembali lambaian tangannya berjalan meninggalkan Mark yang masih berdiri terdiam di lorong. Mark masih bisa merasakan deru nafasnya, bahka suara Haechan tadi Mark juga bisa mendengarkannya, Ia juga bisa melihat Haechan yang tersenyum padanya dan kini sudah berjalan meninggalkannya. Mark menyadari itu semua Tapi tubuhnya benar benar mati rasa, ia tidak bisa merespon ataupun mengatakan sepatah katapun. 

Bugh

Sebuah buku mendarat tepat dikepala Mark, Mark sedikit mengurut belakang kepalanya karena rasanya benar benar sakit. 

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Where stories live. Discover now