5

1.2K 131 28
                                    


" Haechan...... Seo Haechan!"

" Haechan! Nak... kamu dimana!"

Teriak Ten berlari di taman mencari sosok malaikat kecilnya itu

" Haechan.... " Panggil Ten melihat anaknya menangis di bawah perosotan sambil memeluk lututnya 

" Hey.... sini sama papi... "

Haechan menggeleng sambil tetap terisak

" Kau sedih paman Jaehyun pergi?" Haechan mengangguk 

" Kau sayang sekali ya dengan paman Jaehyun?" Haechan kembali mengangguk 

" Lalu kenapa kau menangis?"

" Karna paman Jaehyun jahat! dia meninggalkan ku!"

" Dia tidak meninggalkan mu kok"

" Bohong!"

Haechan akhirnya menatap Ten, Ten hanya tersenyum melambaikan  tangannya menyuruh Haechan untuk keluar. 

" Papi ingin bertanya satu hal pada Haechan."

Haechan berlari memeluk Ten, menyembunyikan wajahnya pada dada Ten. Ten pun menggendong Haechan membawa anak itu pulang kerumah

" Haechan sayang kan dengan papi dan ayah..."

" Eung..."

" Apa yang terjadi jika Haechan harus berpisah dengan papi dan ayah?"

" Haechan pasti sedih...." Jawabnya

" Tuh... Haechan tau... paman Jaehyun juga begitu, ia pasti bersedih karena berpisah dengan ayahnya"

" Tapi kan paman Jaehyun punya kita, aku bisa jadi ayah untuk paman Jaehyun!"

Ten terkekeh pelan, dan mengelus kepala Haechan 

" Baiklah... misalkan Haechan bertemu dengan keluarga baru, Haechan bahagia disana... lalu bagaimana dengan papi dan ayah? Kami pasti sedih kan?"

Haechan mengangguk pelan

" Haechan mengerti kan... Haechan kan sudah besar... tidak boleh egois seperti ini hm? Paman Jaehyun kan juga sudah berjanji akan menemui kita lagi"

" Benarkah?"

 " Mhm... Haechan hanya perlu bersabar... ingat kata papi orang sabar disayang?"

" Tuhan..." Jawab Haechan 

" Pintar.. jadi Haechan tidak marah lagi ya? tidak sedih sedih lagi?"

Haechan mengerucutkan bibir mungilnya, bagaimana mungkin ia tidak bersedih. 

" Baiklah... aku janji..." Haechan mengangguk pelan

" Pintar... anak papi sudah besar..."

Haechan pun memeluk erat leher Ten. Anak ini baru berusia 4 tahun, belum mengerti betapa rumitnya dinamika kehidupan, dan sebagai orang tua Ten hanya bisa memaklumi, memberikan pengertian pada anaknya sepaham yang ia bisa. 

" Papi... itu..." Haechan menunjuk sebuah toko mainan ketika mereka berjalan pulang

" Hm? Kau mau beli mainan?"

Haechan menggelengkan kepalanya 

" Hadiah... untuk Mark..."

" Salam perpisahan untuk Mark ya?" Haechan mengangguk 

" Baiklah ayo kita pilihkan hadiah yang bagus untuk Mark"

Ten sedikit melambungkan Haechan membuat anak itu terkekeh. 

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Where stories live. Discover now