44

926 90 2
                                    

Ingin saja Haechan mengutuk kebodohan dirinya saat ini. Tadi Haechan ingin berada di tempat ayahnya hingga malam, sehingga ia tidak perlu berlama lama bertemu dengan manusia bernama Mark itu karena saat ini Haechan benar benar sakit hati karenanya. 

Tapi entah kenapa ayahnya menyuruhnya pulang lebih awal dan mengatakan untuk makan malam di rumah saja, Haechan awalnya menolak, tapi ayahnya bilang bahwa sebenarnya Mark hanya khawatir padanya karena itu ia marah, jadi Haechan tidak perlu membencinya dan menyuruh mereka untuk berbaikan. Haechan juga tidak mengerti akhir akhir ini ayahnya selalu membela Mark.

Karena tidak mau berdebat dengan ayahnya, Haechan terpaksa menurut  tapi ia benar benar sakit hati dan ia juga tidak mengerti kenapa hatinya begitu sakit tadi saat dibentak Mark, karena itu Haechan meminta pak supir menurunkannya di halte. 

Haechan awalnya ingin kerumah Jaemin, tapi pasti Jaemin menyuruhya pulang dan berbaikan dengan Mark, Haechan tidak ingin lagi membahas hal yang berkaitan dengan Mark, tiba tiba saja ia teringat dengan Yeri Noona, teman kerjanya dulu di toko serba. 

Haechan ingat,  Yeri menangis sejadi jadinya saat tau Haechan tidak bekerja lagi disana, ia menangis bukan karna sedih Haechan yang tidak bekerja lagi tapi terharu dan bahagia akhirnya Haechan bisa hidup dengan tenang.

Akhirnya Haechan memutuskan untuk pergi kesana, Yeri Noona sangat bahagia saat tau Haechan kembali bersekolah dan mereka pun mengobrol panjang tentang kesibukan baru mereka masing masing. 

Akibat rasa rindu , Haechan lupa waktu dan tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Yeri sudah menawarkan Haechan untuk diantar pulang, tapi Haechan menolak dan memilih untuk pulang sendiri. 

Kemudian entah setan mana yang membuat dirinya tidak fokus, Haechan malah salah menaiki bis, ia menaiki rute untuk pulang ke rumah dia yang dulu bukan rumah Mark, Haechan pun sadar hal itu saat sampai di pemberhentian terakhir. Haechan ingin kembali ke tempat ia semula naik, tapi sialnya bis yang tadi ia naiki adalah bis terakhir. 

Haechan pun terpaksa menunggu di halte, berharap ada taxi yang lewat. Tapi sudah 30 menit lamanya Haechan menunggu tidak satu pun taksi yang lewat, Haechan juga mengutuki dirinya karena daya ponselnya habis sehingga ia tidak bisa menghubungi pak supir untuk menjemputnya. 

10 menit lagi, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi tidak ada tanda tanda taxi lewat. Haechan mulai kedinginan pasalnya ia tidak mengenakan jaket dan udara di luar cukup dingin. 

Haechan tau jika ia berjalan lurus kekanan dari halte ini kemudian belok kiri di perempatan, Haechan akan menemukan toko serba yang buka 24 jam, Haechan bisa mengisi dayanya di sana, kemudian menghubungi pak supir dan bisa pulang dengan tenang.

Hanya saja ia terlalu takut untuk berjalan, pasalnya jalan sangat gelap dan Haechan benar benar takut dengan jalan yang gelap. Karena pengalaman traumatisnya itu, Haechan benar benar tidak berani berjalan di jalan yang gelap. Karena itu sedari tadi Haechan hanya duduk di sana, kakinya benar benar goyah, bahkan untuk berdiri saja Haechan tidak sanggup. Haechan mulai ketakutan, ia berfikir ia akan mati hari ini pasalnya tidak ada satu orang pun di jalan raya saat ini.

Haechan menatap jam tangannya, setengah 12 malam, mati sudah harapan Haechan untuk hidup. Sedari tadi Haechan bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh, masih berharap ia bisa pulang, tapi kini ia benar benar sudah hilang harapan. Haechan pun hanya bisa tertunduk lemah sambil menangis terisak. 

TIN 

Haechan mendongakkan kepalanya kala mendengar suara klakson motor, karena matanya yang berkaca kaca dan lampu yang sedikit redup, Haechan tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang berada di atas motor itu, tapi Haechan mengenali motor merah itu. Motor yang selalu ia tumpangi pergi dan pulang sekolah.

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Onde as histórias ganham vida. Descobre agora