30

1K 86 7
                                    

Mark duduk di salah satu kursi taman sekolahnya, beruntung kursi ini berada di bawah pohon yang sangat rindang, karena siang ini cuacanya cukup panas dan duduk di bawah pohon menolong Mark yang sudah gerah sedari tadi. 

Mark memilih untuk duduk disana selain tempatnya teduh, dari sana Mark bisa melihat ruangan ujian Haechan. Di sekolah Mark jendela kacanya tidak ditutupi gorden ataupun menggunakan kaca gelap, sehingga Mark bisa dengan jelas melihat Haechan yang tengah mengerjakan soal dari luar. 

Saat menatap Haechan yang fokus mengerjakan soal, tiba tiba saja anak itu menoleh arahnya, Haechan juga bisa melihat Mark dari kelasnya. Mata mereka saling bertemu, tidak ada yang merespon, hanya saling menatap, kemudian Mark mengangkat dagunya sambil menaikkan alisnya, membuka percakapan tanpa suara mereka. 

Haechan menatap Mark lurus, menyeringitkan keningnya dan menatap Mark kesal. Kemudian ia menjulurkan cepat lidahnya dan kembali menundukkan kepalanya mengerjakan soal ujianya. Melihat itu Mark hanya geleng geleng kepala gemas sambil menyandarkan punggungnya nyaman ke sandaran kursi.

Akhir akhir ini Mark merasa dirinya berubah...

Ia sering marah,tertawa,merasa kesal, mengomel, bahkan Mark sampai merasakan lelah hanya untuk berbicara. 

Mark tau, perlahan Haechan meluluhkan hatinya yang selama ini dingin. Memaksa Mark untuk menunjukkan rasa kepeduliannya dan membuat Mark luluh padanya. 

Mark akui, awalnya ia kesal pada Haechan, dan apapun yang Haechan lakukan Mark akan kesal bahkan ingin marah karenanya, karena anak itu pasti mengusilinya, tapi lama lama Mark yang kesal dengan apa yang Haechan lakukan, berubah dengan Mark yang kesal dengan apa yang akan terjadi pada hal yang  Haechan lakukan. 

Mark sadar, ia akhir akhir ini lebih sering mengomel dan marah ketimbang Haechan, Mark juga tidak tau kenapa ia rela dan mau mengomeli Haechan kerena hal itu, seperti tadi malam, Mark benar benar mengomeli Haechan berjam berjam karena ia belajar sampai tengah malam. 

Alasannya?

Mark tidak tau, 

Melihat Haechan belajar sampai tengah malam, berjalan di tangga sambil membaca buku, mengangkat panci panas tanpa sapu tangan, suka berdiri dan berlari tiba tiba hingga tersandung, memakan ice cream di tengah malam. Hampir semua hal yang dilakukan Haechan Mark kesal. 

Tapi perlahan, Mark mencoba bertanya pada hatinya, bukan pada kepalanya. 

Ia hanya khawatir pada Haechan 

Mark takut Haechan terlambat bangun pagi dan mengantuk saat mengerjakan ujian, Mark takut ia jatuh di tangga karena tidak melihat jalan ,Mark takut tangannya melepuh terkena panci panas, Mark takut lutunya luka dan berdarah, Mark takut Haechan demam dan batuk . 

Ya, Mark hanya khawatir...

Tapi ia bingung, kenapa Mark begitu khawatir pada hal hal kecil seperti itu, padahal hanya solusi kecil bisa menyelesaikan semua masalah itu. Lagi pula, ini bukan kewajiban Mark. Untuk apa Mark terlalu peduli jika Haechan jatuh? Haechan juga sudah besar, bukan anak lima tahun yang harus dijaga setiap saat. 

Mark yakin, ia mengkhawatirkan Haechan karena ia hanya iba dan kasihan

Walaupun Mark tidak tau bagaimana kehidupan anak itu seluruhnya, tapi Mark tau seberapa berat dan kerasnya hidup Haechan selama ini. Umur mereka sama, berada di dunia yang sama, menghirup udara yang sama bahkan menatap langit yang sama. 

Tapi, jalan hidup yang Haechan tempuh dan dirinya sangat berbeda. Jika setiap orang dapat melihatkan bagaimana cara mereka menjalani hidup dari tubuhnya, maka saat ini tubuh Haechan sudah berdarah darah karena rumitnya jalan kehidupan yang ia jalani selama ini. 

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Where stories live. Discover now