t i g a

1.1K 94 15
                                    

t i g a

______

"Mulai hari ini, kamu nggak usah deketin aku lagi." aku berkata dengan suara yang sedikit bergetar pada cowok bermata elang itu yang kini ada di hadapanku.

Keanu mengangkat sebelah alisnya, raut kebingungan terpancar jelas di wajahnya akan sikapku yang terlihat aneh seharian ini. "Lho, emangnya kenapa? Kamu nggak suka deket-deket sama aku? atau jangan-jangan...,"

"Jangan-jangan apa?" selaku, memotong perkataannya yang terdengar seperti sedang mengintrogasiku di akhir kalimatnya yang menggantung itu.

"... ada yang marah ya, gara-gara aku deketin kamu akhir-akhir ini?" tanya Keanu sambil menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hah? Ada yang marah? Siapa?" tanyaku bertubi-tubi, tak mengerti dengan arah pembicaraan Keanu yang sedikit melantur. Atau malah.., aku yang melantur? Entahlah.

"Yaah, pacar kamulah," decak Keanu sambil memutar kedua bola matanya, yang membuatku mau tak mau terkikik karena perkataannya.

"Pacar?" cicitku memastikan, "nggak usah ngaco kayak gitu deh, Nu."

"Ngaco gimana? Orang aku nanyanya bener-bener kok." lagi-lagi ia mendecak. "Menurut kamu, kalau ada orang yang nyuruh jauhin cowok yang lagi deket sama dia, kalau bukan karena si cewek udah punya pacar, maksudnya apa coba? Pasti nggak bakalan jauh dari cowoknya marah gara-gara ceweknya di deketin sama cowok lain, dan itu berlaku juga buat kamu." papar Keanu dengan penuh penekanan.

"Tapi sayangnya, aku nggak punya pacar. Dan perkataan kamu barusan itu, nggak berlaku buat aku." ucapku membela diri.

"Terus, apa yang jadi alesan kamu nyuruh aku buat jauhin kamu kalau bukan karena itu?" tanyanya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menuntutku untuk menjawab pertanyaannya.

"Aku..," aku menggantung perkataanku sambil menggigit bibir bawahku dan menatapnya dengan ragu. "... aku cuma nggak mau, orang-orang ngira kita yang nggak-nggak, karena kedekatan kita itu."

Keanu mengembuskan napas. "Jadi, karena itu?" tanyanya memastikan. "Karena itu kamu nyuruh aku menjauh?" tanyanya sekali lagi, yang membuatku menelan ludah karena pertanyaannya itu.

Aku menatapnya dengan tatapan bersalah, tapi itu hanya berlangsung selama beberapa detik. Saat aku melihat ia membalas tatapanku dengan seringaian terpampang jelas di bibirnya. Membuatku heran, salah tingkah, dan merasa..., aneh? "Maaf?" ucapku tertahan, karena terdengar seperti pertanyaan bukan permintaan.

"Kenapa mesti minta maaf? Kamu merasa nggak enak sama aku karena hal ini? atau kamu merasa nggak nyaman sama apa yang dikatakan orang-orang?" tanyanya, lagi-lagi aku bisa melihat seringaian itu di bibirnya, membuatku semakin salah tingkah. Dia benar-benar sengaja menggodaku uuh!

"Bukan karena keduanya," ucapku datar.

"Yakin?"

"Ya."

"Bukan karena alasan kedua, 'kan?" tanyanya, yang membuatku mengerutkan kening. "... bukan karena kamu merasa nggak nyaman sama apa yang dikatakan orang-orang karena kedekatan kita," ucapnya, seolah menjawab pertanyaanku.

"Buk—iya," aku membuang muka, saat kata yang ke luar dari bibirku bukanlah kata yang seharusnya aku ucapkan. Bibirku mengkhianatinya, dan aku berharap wajahku tak melakukan hal yang sama—mengkhianati pemiliknya.

Jangan sampe blushing.. Jangan sampe blushing.. Jangan sampe blushing...

Berkali-kali aku merapalkan kalimat yang sama itu dalam hati. Berharap, harapanku bisa terwujud detik itu juga. Karena kalau sampai hal itu terjadi—wajahku merona dan ia bisa melihatnya—aku pasti akan merasa sangat. sangat.. sangaaaat. malu. Uuh. Dan itu benar-benar memalukan.

"Jadi yang bener itu, bukan atau iya?" tanyanya, yang membuat wajahku memanas karena perkataannya. Sial. Benar-benar tak bisa diandalkan.

Kenapa lo ikut-ikutan ngekhianatin gue juga sih? rutukku dalam hati.

Dan yang lebih bodohnya lagi, bibirku malah kembali bersuara. Dan mengatakan kata "Ya," dengan seenak jidatnya.

"Oke, kalau emang begitu masalahnya. Mulai detik ini juga, aku bakalan buat kamu merasa nyaman dengan kedekatan kita, dan bikin orang-orang berhenti buat mikir yang nggak-nggak tentang kita, lagi."

"Mak-sud ka-mu?"

"Mulai detik ini, kita pacaran."

"Apaa?"

_______

03 Maret 2015

AyeshaWhere stories live. Discover now