s a t u

2K 118 5
                                    

s  a  t  u

______

::: dua tahun sebelumnya :::

Pagi itu kelas X-2, yang notabene adalah kelasku sendiri, sedang mendapat tugas keterampilan dari Pak Rama untuk membuat sebuah asbak dari tanah liat.

Beberapa anak perempuan tampak mengeluh dengan tugas yang diberikan oleh gurunya itu, karena sebagian dari mereka tidak ada yang bisa membuat asbak. Begitupun denganku. Sementara itu, anak laki-lakinya tampak biasa-biasa saja, malah banyak yang mengatakan kalau tugas yang diberikan oleh Pak Rama itu terlalu mudah. Hingga membuat mereka bersantai ria dalam mengerjakan tugas yang diberikan olehnya . Tapi, tidak dengan seorang Keanu, temanku yang bermata elang, yang baru belakangan ini kuketahui namanya.

"Yeees. Selesai.." ucap lelaki bermata elang itu, merasa bangga dengan hasil pekerjaannya. Membuat berbelas pasang mata menatapnya dengan tatapan kagum. Karena dia adalah salah satu siswa yang rajin dan cekatan. Jadi, tak heran jika lelaki itu menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu.

"Wiiih.. Udah selesai lo?" tanya Arsa sambil menghampiri bangku lelaki itu.

Keanu mengangguk. "Gimana? Keren nggak tuh?" tanyanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Arsa mengangguk sambil mengangkat kedua jempol tangannya. "Ini tuh asbak paling keren yang pernah gue lihat," pujinya, yang membuat lelaki bermata elang itu mendelik karena perkataannya.

"Alaaah.. bilang aja, pengin juga gue buatin lo!" ucapnya, "segala muji gitu."

"Tau aja lo," ucap Arsa sambil cengengesan tidak jelas.

"Taulah! Kelihatan tuh dari raut muka lo yang gampang banget ke baca," kekeh lelaki itu, yang membuatku diam-diam tersenyum saat melihat kekehannya yang tiba-tiba membuat jantungku berdegub karenanya.

Arsa membelokan matanya. "Heh iya?" tanyanya, yang langsung diberi anggukan kecil oleh Keanu. "Sialan banget ini muka, nggak bisa banget di ajak kompromi," gerutunya, yang lagi-lagi membuat lelaki itu terkekeh karena perkataannya.

"Udah, kerjain dulu sana," jedanya, "kalau beneran nggak bisa, ntar gue bantuin dah."

"Bener ye?"

"Keanu.." entah keberanian dari mana hingga membuatku memanggil namanya begitu saja, hingga membuat keduanya menoleh ke arahku.

"Ya? Kenapa?" tanya lelaki itu sambil mengerutkan kening, bingung.

"Punya lo udah selesai ya?" tanyaku sambil menghampiri kedua lelaki itu.

Keanu mengangguk. "Iya, tinggal dirapihin dikit," ucapnya sambil tersenyum tipis. "Punya lo udah selesai juga, Sha?" tanyanya kepadaku.

"Udah sih," ucapku sambil menggigit bibir bawahku. "Tapi, jadinya malah kayak gini." Aku memperlihatkan pekerjaanku yang berantakan pada Keanu.

"Waduuh.." Arsa menepuk keningnya.

"Kok bisa jadi kayak gini, Sha?" tanya Keanu sambil memerhatikan pekerjaanku yang berantakan.

"Iya, kok bisa jadi kayak gitu, Sha?" cicit Arsa.

"Gue juga nggak tau," aku meringis. "Gimana dong nih? Mana bisa dikumpulin kalau udah kayak gini mah."

"Lo tenang aja. Ntar gue bantuin buatin yang baru kalau udah beres ngerapihin punya gue ya?" ucap Keanu menenangkan, yang mau tak mau membuatku tersenyum tipis karena perkataannya.

"Emangnya nggak apa-apa?" tanyaku kepadanya.

Keanu mengangguk. "Iya, tapi kalau punya gue udah selesai dirapihin ya," ucapnya sambil membalas senyumanku. "Kalau punya lo belum beres diselesaiin hari ini juga, besok aja dikumpulinnya. Pak Rama juga 'kan, ngasih waktunya sampai besok."

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang