Bab 39

104K 15.3K 1.5K
                                    

Sorry update-nya telat dari yang dijanjikan. Seharian sibuk banget, baru sempat edit-edit nih. Thanks udah sabar menanti...

NADIA

"Wow, amazing!" Elang berseru girang melihat pemandangan di hadapannya. Sejauh mata memandang hanya hamparan samudra biru membentang.

"Jangan terlalu ke tengah, El." Aku berteriak saat melihatnya berlari memburu ombak.

Elang tertawa namun dengan patuh menuruti ucapanku. Dia berhenti berlari dan berdiri di atas pasir putih sementara buih-buih ombak membasahi kakinya. Aku berlari mendekat lalu menggandeng tangannya erat. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi bagiku gulungan ombak tetap terlihat mengerikan walau dari bibir pantai tempat kami berdiri.

Kami sekarang berada di Pantai Nyang Nyang, sebuah pantai tersembunyi di kawasan Bali Selatan, tepatnya di daerah Pecatu. Aku bahkan nggak tahu pantai ini ada jika bukan karena Mas Tama mengusulkan tempat ini saat Rendra bertanya padanya tentang lokasi camping yang bagus.

Aku sempat menolak karena menurut Mas Tama lokasinya cukup sulit dijangkau dengan mobil tapi Rendra bilang mobilnya nggak masalah dipakai untuk offroad. Mas Tama juga bilang kalau kami masih harus berjalan kaki menuruni bukit sekitar seratus meter untuk bisa mencapai lokasi tapi dia menjamin perjalanan panjang itu setimpal dengan pemandangan yang akan kami dapatkan.

Aku bergidik membayangkan segala keruwetan yang harus kami lalui hanya untuk melihat permandangan yang bisa dilihat di televisi, sangat berbeda dengan reaksi Rendra yang langsung terlihat sangat antusias. Aku mengusulkan camping ground yang lebih manusiawi, dengan lokasi yang mudah dijangkau, fasilitas yang lebih lengkap dan pemandangan yang tak kalah indah namun Rendra dan Elang kompek menggeleng. Aku benar-benar nggak mengerti kenapa anak umur lima tahun tertarik untuk melihat pantai tersembunyi. Apa bedanya coba dengan pantai Kuta atau pantai Sanur yang sudah sering dia kunjungi?

"Nanti kalo capek jalan, aku gendong deh," bisik Rendra saat melihat wajah cemberutku.

Aku hanya bisa menghela napas pasrah. Berhubung dua lawan satu akhirnya aku mengalah. Karena itu hari ini kami ada di sini. Perjalanannya memang melelahkan tapi tak kusangka ternyata cukup menyenangkan. Sepanjang jalan tadi penuh dengan gurauan antara Rendra dan Elang yang cukup membuatku terhibur.

Saat ini Rendra tengah sibuk mendirikan tenda di hamparan padang rumput hijau tepat di tepi pantai. Tempat ini cukup unik karena terdiri dari tiga bagian berbeda warna yang saling berdampingan. Hamparan padang rumput hijau diikuti pantai berpasir putih lalu lautan biru. Tiga elemen yang menciptakan keindahan menakjubkan seperti kata Mas Tama. Pantai ini benar-benar tersembunyi. Sejauh mata memandang, aku nggak menemukan ada orang selain kami bertiga. Serasa memiliki private beach.

"Mau keman, El?" tanyaku saat Elang melepaskan genggaman tanganku dan berlari menuju padang rumput

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau keman, El?" tanyaku saat Elang melepaskan genggaman tanganku dan berlari menuju padang rumput.

"Bantu Ayah bikin tenda," jawabnya riang sambil terus berlari.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Where stories live. Discover now