Bab 11

95.3K 15.5K 3.4K
                                    

Benci Rendra? Rindu Rendra? Atau Benci tapi rindu sama Rendra? 

Benci Rendra? Rindu Rendra? Atau Benci tapi rindu sama Rendra? 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NADIA

Hari ini hari Minggu, seperti biasa toko selalu dua kali lipat lebih ramai di hari libur. Banyak turis baik dari dalam maupun luar negeri datang mengunjungi toko untuk sekedar membeli oleh-oleh karena kami juga menyediakan berbagai macam merchandise dengan ilustrasi khas Bali.

Biasanya di saat weekend aku hanya ke toko setengah hari. Tapi karena hari ini seharusnya aku masih di Surabaya jadi kuputuskan untuk menghabiskan waktu di toko dan baru pulang ke rumah sore nanti sesuai jadwal agar nggak menimbulkan pertanyaan.

Hari sudah siang ketika pengunjung toko mulai berkurang karena kebanyakan turis pasti menyerbu tempat-tempat makan yang berjejer di sepanjang jalan raya Seminyak. Pembeli terakhir baru saja meninggalkan toko ketika pintu toko kembali terbuka, menimbulkan gemerincing bunyi lonceng yang dipasang di atas pintu toko.Sosok jangkung berwajah tampan masuk dengan senyum tersungging di bibirnya. Aku membalas senyumnya sambil melambaikan tangan.

"Kok udah di sini, katanya kamu ke Surabaya?" Mas Tama, suami Mbak Hana bertanya saat sudah berdiri di hadapanku dibatasi meja kasir.

"Iya Mas, udah selesai urusan di Surabaya jadi balik lebih cepet," jawabku sambil merapikan scarf yang melilit leherku. Syukurlah tadi sebelum turun ke lantai satu aku ingat untuk memakainya, kalau nggak sudah bisa dibayangkan reaksi Mas Tama mungkin juga akan sama seperti istrinya tadi.

Kami ngobrol sejenak hingga sosok Mbak Hana yang baru saja turun dari lantai dua melangkah mendekat yang langsung disambut rangkulan suaminya. Mereka memang selalu terlihat mesra. Di saat aku meragukan kalau cinta sejati itu benar ada, aku hanya perlu memandang mereka berdua dan kembali percaya. True love does exist.

"Aku pulang dulu ya, Nad, ilustrasi-nya udah beres, nanti tinggal kamu tambahin tulisannya yaa," ucap Mbak Hana.

Mbak Hana memang nggak punya kewajiban ke toko setiap harinya. Biasanya dia hanya ke toko beberapa jam sehari untuk mengerjakan pesanan merchandise handmade.

"Siap, Mbak," jawabku.

Mbak Hana tadi mengerjakan ilustrasi bertema Bali di jaket khusus pesanan Gubernur Bali yang akan dikenakan beliau di salah satu acara Pesta Kesenian Bali minggu depan.

"Okey, jangan kemalaman pulangnya. Hari Minggu gini harusnya kamu refreshing, jalan-jalan atau kencan, jangan kerja melulu," saran Mbak Hana. Aku tersenyum lalu mengangguk penuh semangat.

"Iyaa nanti malam mau kencan sama Elang." Giliran Mbak Hana tersenyum mendengar jawabanku.

"Wah, seru banget pasti kencan sama si ganteng. Ya udah, semoga lancar kencannya, salam buat Elang ya, Nad," ucap Mbak Hana sambil melambai lalu melangkah meninggalkan toko bersama suaminya.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Where stories live. Discover now