"Aku tak akan pernah menyesali pilihan yang telah ku buat." Elora menatap seseorang dihadapannya tajam. Ia sedikit memberontak lantaran tali yang mengikat dirinya pada kursi kayu. "Are you sure, Nona?" Seseorang itu bertanya menyakinkan dengan sebilah pisau lipat yang dibuatnya menari-nari pada dagu Elora. "Ya. Meski pilihan tersebut berdampak pada dirimu hingga menjadi bejat seperti saat ini." Sama sekali tak terpancarkan rasa takut dari tatapan mata Elora. Ia mengeratkan rahangnya. "Ha..., ternyata di detik terakhir sisa hidupmu pun, kamu terlalu banyak membual ya." Seseorang itu menempelkan ujung pisaunya pada leher Elora. Yang kemudian diiringi setetes darah yang mengalir. Seseorang itu tersenyum miring. Jemarinya yang dibalut sarung tangan hitam tersebut menyisir helai rambut Elora. Membuat sang empu memberikan tatapan jijik. "Bagaimana jika kita mulai, Nona?"