Naya tak pernah benar-benar sembuh dari luka itu. Tidak, kata sembuh tak pernah ada dalam rangkaian perjalanannya. Semesta telah berhasil membawanya pergi jauh dari luka itu. Nahas, bak sepasang merpati putih yang selalu menemukan rumahnya, luka itu kembali membawa rangkaian memori kelam yang tak pernah dirindukannya. Naya benci luka. Naya terlampau nyaman dalam sebuah kosa kata baik-baik saja daripada harus kembali kehilangan bahagianya. Apakah Naya akan terus memeluk baiknya yang semu? Bagaimana dengan memori menyebalkan itu? Apakah luka itu kembali dengan sebuah makna? Apakah Naya mampu merengkuh makna itu?