Empat tahun berlalu membawa luka seorang diri, nyatanya pertemuan itu tidak dapat kuhindari. Segala kenangan kita berdua memporak-porandakan usahaku untuk melupakanmu dan membuatku kembali mencari sisa harapan yang dulu sempat pupus. Sementara ada pria lain yang menawarkan kesetiaan dan bukti, kalau orang-orang seperti dirinya tidak akan pernah menorehkan trauma yang sama. Aku bimbang. Inginku bersama lelaki yang kuinginkan, tapi apa daya ketika kedua ibu dan ayah masih memaksa kehendak bahwa anak perempuan mereka harus bersama pria yang diidam-idamkannya. Aku berusaha keluar alur, namun semua yang kulakukan hanya membuat luka lama ini semakin menganga lebar hingga perih. Aku kecewa pada lelaki yang pernahkan datang dalam kehidupanku, aku kecewa pada kehidupan keluargaku, dan aku kecewa mengapa Tuhan harus membuat semuanya rumit. Ardan, mengapa untuk memilikimu harus sesulit ini?