š«šžš„ššš­š¢šØš§š¬š°šžšžš­ š€”...

By lleuiver

70.4K 11.1K 741

[ TELAH TERBIT ] ( a.n ) : Kata gengsi, menjadi sebuah dinding penghalang bagi Nai untuk mengungkapkan perasa... More

O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
O8
O9
1O
12
13
14
15
16
17
18
19
2O
21
22
23
24
25
26. SPECIAL PART šŸ”®
28. āœØ
29. āœØ
3O. āœØ
TERBIT DAN PRE-ORDER

11

1.8K 405 9
By lleuiver

Nai  menghembuskan napasnya panjang sewaktu berjalan di antara murid-murid lain yang keluar sekolah melewati gerbang utama. Setiap mata kini memperhatikannya, tak sedikit juga yang membicarakannya. Pastilah mereka mencari keberadaan seorang Ricky yang selalu bersamanya kini tiba-tiba tak berada di sampingnya.

"Wajar aja, lah, kan dia cuma sahabatnya. Gak terus-terusan sama Ricky juga, kan? Kasian loh Kak Nai, dia ngerasa risih tahu dibicarain sekeras itu sama kalian," ucap salah satu murid perempuan kelas sepuluh, lalu ia dan gerombolan temannya melewati Nai begitu saja.

Benar, apa yang dikatakannya itu fakta. Wajar, kan Nai sahabatnya maka Ricky tak harus selalu bersamanya. Namun, kenapa rasanya sesak dan hatinya sakit seolah diiris-iris ketika melihat foto Ricky bersama Sora. Ia lalu pergi menuju bangku yang tak jauh dari gerbang utama, mengusap-usapnya karena sedikit kotor. Nai duduk di bangku itu, lalu menaruh tas di depan pangkuannya. Mengambil handphone-nya yang ia sebelumnya ia simpan di dalam tas.

Handphone-nya di rebut, membuat Nai mendongak karena merasa handphone-nya dicuri. Setelah melihat siapa perebut handphone-nya, Nai langsung memalingkan wajahnya, ia tak mau Yui melihat matanya yang memerah karena menahan air mata.

Yui langsung duduk di samping kiri Nai, sedangkan Nai duduk di tengah-tengah bangku. Ia tak datang sediri melainkan bersama Serin dan Haina. "Kenapa, sih, si jutek ini. Tiba-tiba bisa sedih seolah kehilangan semua kebahagiaannya," tanya Yui sembari menepuk-nepuk lutut Nai.

Tak bisa menahannya lagi, Nai langsung menangis di depan teman-temannya. Terlalu kecewa pada Ricky yang mengingkari janjinya hanya demi perempuan lain yang belum lama ia kenal.

"Pikiran hal positif aja, mungkin Ricky cuma bantu Sora. See, Sora keliatan habis nangis,” ucap Haina saat melihat foto yang dikirimkan Ricky di handphone milik Nai. "Kalau Ricky masih kasih tahu kaya gini ke lo, artinya dia gak mau lo salah paham. Kalau suka jangan nangis tapi coba confess, gak usah gengsi dan gak usah takut," ucap Haina, lalu duduk di samping kanan Nai sembari mengelus-elus rambut gadis yang masih menangis itu.

Sebagai sesama perempuan mereka setidaknya tahu bagaimana perasaan Nai, sulit untuk tidak memiliki perasaan pada lelaki yang selalu ada setiap saat apalagi dalam waktu yang lama. Terlebih Nai selalu murung sejak Haina memberikan kejutan pada Dio sampai tiba waktu pulang sekolah.

"Haina, lo salah penjabaran, deh. Nai mana mungkin bisa jatuh cinta sama Ricky." Serin merasa penilaian Haina untuk Nai terlampau jauh dari kebenaran yang selama ini ia tahu. Ketidakpekaannya membuat Serin gagal paham atau telat mengetahui perasaan Nai pada Ricky.

Yui menjitak kepala Serin. "Lo sama Juan dulu gimana? Temenan dulu, kan? Lah lo baru beberapa bulan temenan langsung pacaran. Coba, deh, pikirin perasaan Nai yang sahabatan sama Ricky dari lahir sampai sekarang,” sungut Yui pada Serin yang melontarkan ucapannya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Nai menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dengan merengek ia sesekali membual dan mengumpat entah itu untuk Sora atau Ricky. Ia menghentakkan kakinya ke tanah beberapa kali karena kesal, licik sekali Sora bukannya mau diantar pihak sekolah tapi malah meminta Ricky untuk mengantarnya. Bukankan itu terlalu menunjukan niatnya untuk mendekati Ricky.

Merasa  handphone Nai  bergetar Yui langsung menghidupkan layarnya. "Kak Sean chat, jangan pesen ojol. Ini lo mau di jemput sama dia." Yui menyampaikan isi pesan yang di kirimkan oleh Sean.

Mengambil tisu yang ada di tasnya, Nai mengelap air matanya meski masih sesenggukan. "Please, kalo Kak Sean nanya gue nangis karena apa. Jawab aja, ya, kalo gue habis habis jatuh," ucap Nai dengan memohon. Ia lalu mengambil handphone-nya yang sebelumnya di bawa oleh Yui, merapikan seragam dan mengenakan tasnya.

"Kalo gitu alesannya, ya, jelas ketahuan bohongnya, dong. Emang lo pikir Kak Sean gampang dibohongi. Logikanya enggak ada, tuh, luka di badan lu, kalo alesannya jatuh." Serin menyilangkan tangannya di depan dada, mempermasalahkan Nai yang selalu menyembunyikan perasaannya. Memang kenapa jika orang lain tahu perasaannya pada Ricky?

"Tadi lo bilang mau les desain kue, ya?" Haina bertanya, lalu di jawab anggukan oleh Nai. "Nah, gue yakin tuh nanti Ricky bakal jelasin semua. Btw, dia sering jelasin ke lo, kan? Kalo dia habis bareng sama orang lain?" Haina kembali bertanya melihat Nai yang terlihat belum lega.

"Iya, dia selalu begitu. Sama laki-laki, pun, dia jelasin ke gue. Padahal gue gak butuh juga penjelasannya," jawab Nai setelah sembari memandangi jalan di depan sekolah yang sepi.

"See, dia gak mau lo salah paham. Kamu itu spesial buat Ricky. Kalo emang suatu saat dia ninggalin lo, jawabannya, dia berada di pilihan yang sulit antara mau tetep sama lo atau pilihan lainnya." Haina menepuk-nepuk pundak Nai agar Nai mempercayai bahwa sebenarnya Ricky juga sama sayangnya seperti Nai menyayangi Ricky.

"Kita lihat, kok, secinta-cintanya Ricky ke perempuan lain dia lebih peduli sama Nai," ucap Yui sembari berkacak pinggang.

Mendengar suara klakson motor yang dibunyikan berapa kali, Haina langsung menoleh. Ia menempuh jidatnya. "Gue duluan, ya, kayaknya Dio udah kelamaan nunggu. Kalian tungguin Nai dulu sampai dijemput sama kakaknya," pamit Haina sembari terkekeh. Sebelum pergi ia menepuk pundak Nai agar mempercayai perkataannya. Setelahnya Haina melambaikan tangan dan berlari ke arah Dio yang menunggunya.

Serin mengacungkan jempolnya pada Nai. "Bilang aja ke Kak Sean kalo lo suka sama Ricky, kan siapa tahu Kak Sean kasih tahu ortu lo, Nai. Terus bisa, tuh dijodohin." Serin memberikan saran yang paling konyol, membuatnya mendapatkan pukulan dari Yui hingga membuat Nai tersenyum kembali.

Di sore hari yang terasa hangat ini, Ricky masih menemani Sora berjalan-jalan, entah mengapa ia ingin memastikan Sora aman dan tersenyum seperti sekarang. Namun, ia merasa bersalah juga pada Nai karena tak segera mengabarinya tadi.

Satu benda menyita perhatiannya, sebuah gelang yang mungkin akan bertambah cantik ketika Nai yang mengenakannya. Ia mendekat ke arah gelang yang dijual itu, meninggalkan Sora yang masih membeli gelato.
"Ini berapa, ya, Kak?" tanya Ricky pada si penjual. Ia menunjuk ke arah gelang couple berwarna minimalis dengan ornamen yang lucu mirip kesukaan Nai.
"30 ribu aja, kak." Si kakak penjual menjawab sembari mengeluarkan gelang tersebut dari etalase kaca yang digunakannya untuk meletakkan gelang-gelang jualannya.

Mendengarnya Ricky langsung mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribu dari kantong seragamnya. "Saya beli, ya, kak." Ricky menyodorkan uangnya, lalu menyimpannya di dalam tas sekolah.

"Ricky!" panggil Sora, lalu menghampirinya dengan dua cup gelato di tangannya. "Ciee ciee, beli gelang couple buat siapa, tuh." Sora menggoda sambil menyenggol lengan Ricky. Ia tersenyum malu-malu, mengira gelang itu untuknya.

“Ada deh,” jawabawab Ricky sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan sesekali meringis, jawabannya membuat Sora makin penasaran. Pipinya memerah ketika membayangkan Ricky memberikan gelang itu untuknya. Berpasangan gelang dengan Ricky, bukankah suatu yang romantis.

Handphone Ricky di saku kemeja seragam bergetar. Buru-buru ia mengambil dan menghidupkan layar kunci handphone-nya siapa tahu dari Nai. Namun, tertera nomor tak di kenal mengirimkan sebuah foto. Pengirim itu menunjukkan foto di mana terlihat Adimas sedang berbincang dengan Nai yang ditemani oleh Haina. Jujur saja melihat itu membuat hatinya sakit tanpa ia tahu alasannya.

Foto tersebut diikuti oleh sebuah pesan. Pesan tersebut tertulis 'Emang dia masih peduli sama lo? Lo itu cuma jadi dinding antara perasaannya ke gue.” Dari pesan itu Ricky yakin pengirimnya adalah Adimas. Hal itu juga membuatnya berpikir bahwa selama ini ia memang menjadi sebuah dinding ketika Nai mulai merasa naksir pada lelaki lain, padahal ia hanya sahabatnya.

Kembali menatap handphone-nya yang bergetar ketika ada pesan masuk, Ricky langsung membuka pesan dari Nai.

Nai si dekil

| Gak usah anter, ya, lo latihan aja sama Kak Saga.
Seleksinya tinggal tiga hari
lagi, kan?

Maafin, ya, Nai |

| Buat apa? Gue pulang dengan selamat kok.
| Gue biasa aja lah, memaklumi sobat
gue yang lagi pdkt. Ciee Ricky bentar lagi
dapet pacar.

Lo masih suka Adimas, ya? |
I see, lo tipikal orang yang susah move on.|

| Adimas lagi, gak banget tauuu
mendingan juga Dio daripada dia.
| Tapi, jujur sih, Ki. Lebih baik lo daripada
dua orang itu tadi.
| Wait ... Wait itu cuma penilaian, gue
bukan bermaksud suka sama lo.

Jujur aja. |
Kalo lo gak mau gue anterin gapapa, |
gue ngerti lo pasti kesel sama gue.
Gue anterin Sora aja kalo lo gak mau.|
Asli gue pengen liat hebatan mana antara lo|
sama Sora.

| Anjir, dibanding beberapa kali pun.
Gue lebih baik daripada dia.

Mana bisa gitu? lo belum tau gimana|kehebatan dia.

| Lha kok jadi belain Sora? Sahabat
lo yang mana?
| Eh lupa dia kan gebetan lo, maap maap.





..

Ricky mematikan handphone-nya. Rasa cemburunya tertutupi rasa kecewa pada dirinya sendiri, selama ini yang salah adalah dirinya bukan Adimas. Ricky terlalu memanipulasi pikiran Nai untuk putus pada Adimas, padahal  ia dulu tahu seberapa suka Nai pada seorang Adimas  meskipun laki-laki itu sangat buruk. Ricky menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan segala pikirannya mengenai Nai, mengingat yang sedang bersamanya sekarang adalah Sora maka ia harus memikirkan siapa yang ada di sisinya sekarang.

"Gue anterin ke tempat latihan desain kue, ya." Ricky menawarkan  pada  Sora yang masih menyendok gelato terakhirnya.

"Nai?" tanya Sora. Mana mungkin jika Ricky meninggalkan Nai hanya demi orang  lain, seperti dirinya.

"Paling dianter Kak Sean, atau enggak bawa motor sendiri,” jawab Ricky singkat.

Sora mengangguk-angguk paham, lalu mengikuti Ricky yang mengambil sepeda motornya.

Ramainya orang yang berlalu lalang di area pertokoan sore inj tak membuat Sora kesulitan mencari keberadaan Ricky jika kehilangannya. Laki-laki itu tampak bercahaya di matanya, seolah seperti bintang yang selama ini ia cari-cari ketika langit sedang mendung. Ricky ia ibaratkan seorang penyelamat yang menolongnya dari kegelapan. Meski baru sebuah bintang, lama kelamaan Sora yakin Ricky akan menjadi mataharinya. Sedangkan Sora menjadi sang bumi yang selalu butuh kehadiran matahari di setiap harinya.

Sora meremas jaket Ricky. Jujur belum berani jika memeluknya. Ia tak boleh kelewatan, mungkin Ricky melakukan ini karena hanya merasa kasihan padanya. Tak ada perbincangan sama sekali ketika keduanya berada di atas sepeda motor hingga sekarang tiba di tempat pelatihan yang dimaksud.

Melihat pintu tempat les yang sudah terbuka, Sora langsung masuk ke dalamnya. Ia sedikit kaget melihat Nainyangga sudah datang dengan penampilan yang lumayan kacau, beberapa tepung di wajahnya hingga beberapa wipped cream yang mengenai celemek yang dikenakannya.

Mendongak menatap ke arah pintu begitu mendengar  suara langkah kaki. Begitu melihat Sora yang datang dengan Ricky membuat Nai langsung tersenyum, jika Sora datang sendiri yang pasti Nai akan cuek padanya sampai latihan hari ini selesai. Enak saja mau berdamai dengan orang yang jelas-jelas mendekati sahabatnya, ralat sahabat yang disukai maksudnya.

"Kamu udah datang? Mungkin udah saling kenal, ya? Tadi Nai udah bilang kamu yang merekomendasikan tempat ini buat dia. Makasih, ya," ucap Bianca, wanita berparas manis itu langsung mempersilahkan Sora dan Ricky untuk duduk terlebih dahulu.

"Sebenarnya gue sering bantu-bantu di sini, cuma belum cerita aja." Sora sengaja memberi tahu Ricky, mungkin lelaki itu penasaran mengapa bisa dirinya tahu tempat ini.

Mendengarnya membuat Nai muak, siapa juga coba yang bertanya mengenai hal itu. Hanya wajahnya saja yang polos dan terlihat baik rupa-rupanya suka sekali cari perhatian.

"Wah, lebih hebat daripada Nai, dong. Selama ini dia cuma belajar di rumah aja." Ricky memuji Sora. Laki-laki itu tersenyum seolah bangga pada Sora.

Marah dan cemburu bercampur menjadi satu. Bisa-bisanya Ricky memuji perempuannya lain di depannya, lalu meremehkannya di depan orang lain pula.

"Dua duanya sama hebat, kok, Sora kurang aja di bagian kematangan kue terus biasanya kalo kasih ornamen kelebihan. Kalo Nai kekurangannya berantakan waktu buat kuenya, tepung sama bahan lain berceceran dimana-mana belum lagisekujur tubuhnya yang kebanyakan kena tepung dan toping," ujar Bianca sembari terkekeh kecil.

"Orang dekil gitu, kak. Jelas kerjanya berantakan. Dulu pas kecil mekipun ingusan waktu makan mana mau dia ngelap ingusnya. Jorok!" ucap Ricky yang membuat Nai berpikir laki-laki ini sedang mempermalukannya.

"Jangan deket-deket sama Ricky, Ra. Takutnya nanti pas putus hubungan aib lo ketahuan semua sama dia," balas Nai sembari mencampur adonan tepung bersama telur dengan mixer.

Hanya bisa mengangguk mendengar ucapan Nai. Sora beranggapan apa yang dikatakan Nai ada benarnya, sadar ia tak bisa terlalu berharap selalu dekat pada Ricky. Sora sadar Ricky lebih sayang, juga mencintai Nai, bukan sebagai sahabat tapi sebagai perempuan.

"Gebetan gue gak usah lo usik, dasar ganggu!" sungut Ricky sembari melempar Nai menggunakan cetakan kue kecil.

Mematung, antara cemburu dan patah hati makin menjadi-jadi. Jika tak punya tameng yang kuat untuk menyembunyikan perasaannya maka ia sudah menangis saat ini juga. Gebetan? Status Sora jelas lebih tinggi darinya yang hanya sahabat bagi Ricky.

Di balik Nai yang tiba-tiba diam, di sisi lain Sora merasakan pipinya memanas. Apa benar ini sebuah kode bahwa Ricky mau mencintainya juga? Namun, tetap Nai itu tetap nomor satu bagi Ricky.

“Anjir, jangan mau percaya. Orang ganteng apalagi gue, sanggatlah baik hati,” ucap Ricky dengan tengil.

“Halah tai! Ricky itu biasanya cari musuh,” umpat Nai. Hampir saja Nai melempar spatula ke arah Ricky, mengurungkan niatnya setelah teringat ini bukan rumah maupun spatulanya. “Saga marah, gak, tuh? Bukanya latihan malah ngater cewek,” sindir Nai.

“Idih gue udah chat dia

"Heh, siapa bilang boleh gaduh di sini!" ingat Bianca dengan nada tegas. "Kita mulai evaluasi pertama, buat base cake yang biasa buat ulang tahun dulu, desainnya coba kalian gambar akan dulu baru bisa dipraktikkan." Bianca memberikan secarik kertas dan pulpen pada dua muridnya.

Sedangkan Ricky duduk di pojokkan memperhatikan Nai yang diam setelah ia bentak tadi. Ricky merasa bersalah.

Continue Reading

You'll Also Like

2K 123 27
Ingat apa kata bapak BJ. Habibie "Kamu yang jungkir balik, saya yang dapat"
770K 47.1K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
154K 4.3K 26
Ini adalah cerita imajinasi yang agak bucin ya:v Di usia remaja seorang gadis cantik dijodohkan dengan seorang laki laki yang bedah 3 tahun dengannya...
6.6K 1.3K 11
Siapa sebenarnya Ji Changmin? ---- Ketika Jieun jatuh cinta pada pandangan pertama, dia harus terima konsekuensi dimana dia harus memecahkan apa yang...