My Stupid Brothers โœ”

By hinamorihika_

518K 72.6K 16.9K

Terkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam... More

0. Tujuh Anak Setan
1. Mau Ikut Pergi
2. Bertdey Surprais
3. Bertdey Surprais (2)
4. Chaos
5. Sisi Lain Jaemin
6. Nana Lagi, Nana Terus
7. Adhyaska dan Adhynata
8. Nana Sakit? OMG!
9. Arena
11. Saga and Their Own Friends
12. Meet Grandpa
13. The Truth Untold
14. Nobody Normal
15. Mahasiswa Baru
16. Satu Persatu
17. The Fact?
18. Be Careful!
19. Who Are You?
20. Hospital
21. Sebuah Petunjuk
22. Saga vs Pradipta
23. Turn Back Time
24. Saga's New Member
25. The Day When She Knows
26. Haechan and His Nana
27. Laut dan Langit Sore
28. Mencoba Memperbaiki
29. Tentang Fakta
30. Terkuak
31. Keributan Saga
32. Adrian Jisung Saga
33. A Dark Night
34. Everything Gonna be Okay?
35. Baikan
36. Finally!
37. Menutup Lembar Terakhir
Epilogue : Final (A ver)
Epilogue : Final (B ver)

10. Dibalik Topeng

15K 2.2K 553
By hinamorihika_

"Jadiii kita mau ke Dufan! Lo harus ikut yaa!"

Jaemin melirik Haechan dengan gelisah. Si kembar Pradipta tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba datang ke kelasnya setelah bel pulang berbunyi dan langsung menggelayut seperti monyet. Felix hanya tertawa, kemudian ikut mengangguk antusias.

"Ayo iihh! Mita aja ikut! Kita kan udah lama banget enggak jalan-jalan berlima!" Felix mencubit kedua pipi Jaemin dengan semangat. "Ayoookk!"

"Bentar duh bentar." Jaemin melepas rangkulan si kembar Pradipta kemudian menengok ke arah Haechan yang anehnya hanya duduk anteng sembari memainkan ponsel. Tumben, biasanya anak Saga satu itu sudah melotot kemudian menendang orang-orang yang mencoba mendekati adik kembarnya.

"Kenapa sih?" Yeji memutar bola mata, kemudian mengikuti arah pandang Jaemin. "Oh, Aska? Tenang aja, pasti diizinin kok." Kemudian senyum miring tertarik ke atas.

"Heeh?" Jaemin menggeleng tidak percaya. 18 tahun mengenal Haechan sejak masih berebut makanan di perut, Jaemin terlampau hapal dengan sifat kembarannya. Apalagi mengingat ancaman Haechan yang tidak main-main waktu itu.

"Kenapa?" Mendengar namanya disebut, Haechan mendongak dan menatap Jaemin dengan lekat.

"Ngg.. Anu.."

"Nata mau gua ajak ke Dufan," Potong Hyunjin tiba-tiba. Manik matanya bertemu langsung dengan tatapan Haechan yang tajam. "Pasti boleh kan?"

Tidak ada yang tahu jika Haechan mengepalkan tangan hingga buku-buku jemarinya memutih. Kemudian dengan perlahan ia berusaha relaks dan menarik napas  guna mengatur emosi.

"Oke."

Jaemin mengerjap tidak percaya. Ini Haechan? Haechannya yang paling posesif itu? Ini anak kesambet babi ngepet siapa???

"Serius?" Jaemin masih menatap Haechan dengan syok. Padahal ia sudah menyiapkan diri untuk ditarik paksa ke rumah dan kembali menjalankan tugasnya sebagai babu kesayangan.

"Tapi jam delapan pas lo udah harus nganterin Nana balik. Lewat semenit aja, gua santet keluarga lo tujuh turunan. Trus jangan sampe lecet atau kegores, paham?"

"Iye santuy."

Jaemin tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang senang bukan kepalang. Menghabiskan waktu sepulang sekolah bersama teman-temannya adalah satu dari sekian hal yang paling diinginkan Jaemin. Melihat siswa lain seringkali pergi bermain atau nongkrong sepulang sekolah dengan temannya tentu membuat Jaemin merasa iri, karna hanya dia yang harus kembali ke rumah dan mengurus saudara-saudaranya.

Jadi Jaemin langsung memeluk erat Haechan dan tanpa sadar mengecup pipi kembarannya hingga berbunyi nyaring. "Muach! Wuff you soooo much Chanchaann!"

Haechan tersenyum dan mengusap rambut Jaemin dengan lembut. "Inget, jangan lebih dari jam delapan."

"Okie dokie!"

Jaemin mengabaikan hal ganjil yang seharusnya dipertanyakan sejak Haechan menyetujui permintaan si kembar Pradipta. Hyunjin langsung merangkul bahu Jaemin dan menariknya keluar kelas, diikuti Yeji yang menggenggam tangan anak kesayangan Saga itu. Felix menoleh, mengulas senyum lembut pada Haechan.

"Terimakasih, Adhyaska." Kemudian menyusul tiga temannya.

Haechan memutar bola mata. Sudahlah biarkan kali ini Jaemin bersenang-senang sebentar. Agaknya Haechan merasa bersalah saat melihat raut wajah kegirangan Jaemin saat diizinkan ikut bermain. Bermain bersama teman adalah hal yang biasa, tetapi menjadi luar biasa untuk Jaemin.

Ia bergegas membenahi buku-bukunya dan menyampirkannya di bahu. Di parkiran, dua adik bungsunya sudah menunggu dengan wajah cemberut karena kepanasan.

"Lamaaaaa!" Chenle menghentakkan kaki dengan kesal. "Liat nih kulit Lele udah merah-merah!"

"Lho Kak Na mana?" Jisung mengerjap bingung karena tidak mendapati kakak kesayangannya.

"Dah masuk dulu."

Dua-duanya membuka pintu belakang mobil dan Haechan langsung menarik kerah belakang Chenle. "Eit eit eit, satu orang duduk di depan ya. Enak banget lo berdua duduk di belakang, emangnya gua supir?"

"Bukannya iya?"

Kemudian Chenle dicekik Haechan.

Di dalam mobil, dua adik kecil itu terus bertanya dimana Kak Na mereka. Rasanya beda kalau tidak ada Jaemin, Haechan jadi seenaknya mengebut dan menyalip sana sini seakan berada di arena balap. Kalau ada Jaemin kan, kepalanya Haechan bisa digeplak.

"Kak Na manaaaaaaa?!!"

"Iya iihhh!"

"Bawel," Haechan berujar ketus. "Nana lagi diajak main sama si anak-anak setan."

Jisung mengernyit. "Kak Lio dkk?"

"Ya siapa lagi."

"IH KOK DIBOLEHIN?!" Pekik Chenle tidak terima. Suara lumba-lumbanya ampuh menulikan telinga Haechan yang duduk disebelahnya.  "KENAPA SAMA KAK ECHAN DIBIARIN?!"

"Tau ih Kak Echan mah ga becus jadi kembaran." Tambah Jisung dengan raut kesal.

"Sembarangan." Dengus Haechan. "Salahin tuh kakak kembar lo yang tolol itu. Udah tau bahan taruhannya si Nana, kenapa pake segala kalah pas tanding."

Jisung dan Chenle mengerjap tidak mengerti.

"Hah? Maksudnya?"

"Gausah pura-pura bego kalian berdua, gue tau lo paham."

Jisung dan Chenle kompak cemberut.

"Pasti ngelawan Kak Fisqi kan?" Jisung berujar malas. "Siapa yang turun?"

"Renjun."

"Ih Mas Jun goblok." Desis Chenle. "Katanya The Kings, hilih apanya. Awas aja ya kalo aku sama Adek udah legal, nanti gelar itu buat kita berdua."

"Gausah macem-macem kalo masih mau hidup dimanjain Nana."

Chenle menggerutu kecil.

"Sebenernya Kak Na tuh tau kan kalo si kembar Pradipta itu sering ngelawan Mas Jun Jen di arena?" Tanya Jisung sembari memajukan kepalanya.

"Tau kok," Haechan memutar setir ke kiri, arah berlawanan dimana seharusnya mereka pulang. "Tapi ya dia mah biasa aja, toh abang-abangnya juga sama bangsatnya."

"Lhoo kita mau kemana? Ke rumah kan belok kanan!"

Haechan mengerling. "Kalian mau main ke Dufan ga?"

••••

Di sepanjang hari, Jaemin terlihat menyebarkan senyum dengan riang.

Suasana hatinya sangat baik. Selepas pulang dari Dufan semalam (Hyunjin berhenti di rumah keluarga Saga pada pukul 19.59), ia lanjut menceritakan jalan-jalan hari itu pada Haechan, lalu  hampir tengah malam bertukar video call membahas kejadian lucu saat di Dufan. Entah Hyunjin yang salah merangkul orang, Felix yang muntah saat roller coaster dalam keadaan terbalik, atau Jaemin yang berjoget bersama boneka Ancol hingga trending di Tiktok. Ryujin dan Yeji yang menanggung malunya.

Pagi hari di rumah Saga juga tidak terlalu banyak drama. Mark yang tumben dapat menemukan kaus kaki tanpa perlu berteriak-teriak (yang ternyata belum dicuci), Haechan yang tidak banyak bacot, atau si kembar bangsat dan kembar gemas yang lebih kalem.

Tapi di hari yang indah, pasti ada setitik noda menyebalkan.

Jaemin berjalan sendirian ke kantin dimana Chenle dan Jisung sudah menunggu. Haechan tidak masuk sekolah karena harus mendampingi dua adik kelasnya yang dikirim untuk ikut lomba menyanyi, mengingat dia adalah ketua paduan suara. Felix sibuk membuat contekan untuk ulangan biologi nanti. Jadi hanya ada Jaemin sembari sesekali membalas sapaan murid yang lewat.

Ketika ia akan berbelok di koridor, tarikan seseorang di lengannya membuat Jaemin tersentak. Seseorang dengan tubuh yang lebih besar dari Jaemin menariknya dengan paksa ke sisi koridor yang sepi. Jaemin berontak dan segera melepas cengkraman orang itu dengan kesal.

Yoshua Sanha berbalik dan menatap Jaemin dengan tajam.

"Ngapain sih?!" Sentak Jaemin.

"Gara-gara lo, gua putus sama cewek gua!" Sanha nyaris berteriak dan menarik kerah seragam Jaemin dengan kasar. "LO MAIN DI BELAKANG SAMA CEWEK GUA KAN?!"

"Hah?!" Jaemin mengernyit tidak mengerti. "Apaan sih bangsat?! Gua aja gatau cewek lu siapa!"

"Shani. Shania Karina." Sanha semakin mencengkram erat kerah seragam Jaemin. "Alumni tahun lalu. Dia mendadak putusin gue dan gue sempet liat foto lu ada di hpnya! Foto lu sama adek-adeknya Shani sampe jadi wallpaper, anjing! Berarti lo emang udah sedeket itu kan sama keluarganya?! Gua yang pacarnya aja ga pernah diajak ketemu keluarganya!!"

Jaemin be like :

Jaemin, dengan segala pikiran liciknya, malah tersenyum menantang. "Berarti Shani nggak serius sama lo, I guess?"

"Bacot lo babi!"

"Harusnya lo mikir dong," Jaemin tetap berujar tenang dengan tangan berusaha melepas cengkraman Sanha. "Lo yang pacarnya aja enggak pernah dikenalin ke adek-adeknya, berarti ada sesuatu yang salah di diri lo. Mungkin dia malu punya cowok yang kerjaannya ngebully anak orang."

BUG!

Satu tinjuan mendarat keras di rahang Jaemin hingga terjatuh.

"BACOT BANGET LO APATIS!" Sanha berteriak marah. "Daripada lo, anak mama yang kerjaannya cuma nempelin sodara-sodara lo doang! Atau mentok ngehomo sama temen-temen lu yang gajelas itu!"

Lah dia lupa kalo Yeji cewek.

Jaemin bangkit dengan cepat dan balik menghajar Sanha. Jaemin kesal soalnya rahangnya jadi sakit, nanti kalau tidak bisa makan bagaimana?

"Yang lo sebut anak apatis ini nyatanya bisa bikin cewek lu nempel ke gue."

Sanha kalap dan kembali meninju Jaemin. Badan Sanha yang lebih besar menjadi keuntungan sendiri karena kekuatannya jadi tak main-main. Jaemin tentu membalas dan terjadilah baku hantam di lorong yang sepi itu. Walaupun kemampuan berkelahinya tidak sehebat kakak-kakaknya, setidaknya Jaemin masih bisa kalau hanya sekedar membela diri.

"HEH ADA APA INI!!"

Suara Pak Ceye beserta tarikan dari kerah belakang Sanha berhasil menghentikan baku hantam keduanya. Jaemin mendapat luka memar di pipi serta bibir yang robek, sedangkan Sanha juga lebam meski tidak separah Jaemin.

"KAK NA!"

Chenle dan Jisung langsung memeluk erat Jaemin dengan mata berkaca-kaca. Jaemin hanya meringis, merasa bersalah karena dua adiknya harus melihat adegan kekerasan.

"Ayo Yoshua, ikut saya ke ruang BK!"  Sentak Pak Ceye sembari menarik Sanha agar ikut dengannya.

"Lho, Nata juga dong Pak!" Sanha berujar keras, tidak terima dengan keputusan Pak Ceye.

Ceye alias Chanyeol langsung menoleh pada tiga anak Saga yang berpelukan seperti Teletubbies itu. Tetapi ketika pandangannya bertemu langsung dengan tatapan Chenle, Chanyeol langsung membuang muka dan kembali menarik paksa Sanha.

"Saya tau kalo pasti kamu yang mulai duluan. Anak pendiam seperti Nata nggak mungkin cari gara-gara lebih dulu. Cepetan ikut saya!"

Sanha mengumpat dan terpaksa mengikuti langkah Chanyeol, meninggalkan Jaemin yang berusaha menahan perih di wajahnya juga Chenle yang kembali memasang raut sedih.

"Kak Na ke UKS ya, perih banget pasti." Bibir Jisung melengkung seperti hendak menangis. Jaemin semakin bersalah dan langsung mengusap pipi Jisung.

"Kak Na enggak apa-apa. Mending Adek sama Lele balik ke kantin buat makan ya? Kak Na ke UKS sendiri."

"Noooo!" Dua-duanya berteriak kompak hingga menyakiti gendang telinga Jaemin.

"Adek mana bisa makan kalo Kak Na kesakitan gini, hiks." Akhirnya air mata si bungsu Saga itu tumpah juga. "Adek sama Lele bakal nemenin Kak Na di UKS pokoknya!"

"Tapi—"

"Huaaaa pokoknya mau sama Kak Naaaa hiks!" Jisung malah mengeraskan tangisannya dan membuat Jaemin panik. Ia buru-buru memeluk erat Jisung dan menepuk-nepuk punggung si bungsu.

"Cup cup jangan nangis heh. Iya iya Adek sama Lele boleh nemenin Kak Na tapi sampe bel masuk aja ya? Kalian tetep harus balik ke kelas." Ya Jaemin mana bisa tahan dengan air mata dua adiknya yang menggemaskan.

"Aku sama Kak Na ke UKS, kamu ambilin makan siang kita biar bisa makan di UKS." Titah Chenle sembari menarik lembut kakaknya menuju UKS.

"Kok aku?!"

"Salah siapa lahir paling terakhir."

"KITA CUMA BEDA 3 MENIT."

Chenle tidak peduli dan terus melangkah pergi. Ketika keduanya telah hilang di belokan koridor, Jisung langsung menghapus air matanya dan memasang wajah datar. Tangannya sibuk mengotak-atik ponsel dan menunggu seseorang membalas teleponnya.

"Halo Pak Kun?"

Kaki panjangnya mengarah pada kantin dengan santai dengan sebelah tangan dimasukkan ke kantong celana.

"Iya, aku mau minta tolong kaya biasa ya. Namanya Yoshua Sanha, seangkatan sama Kak Na."

••••

"BESOK SANHA MATI DI TANGAN GUA, BANGSAT. BARU DITINGGAL SEHARI AJA NANA UDAH BONYOK KAYA GITU!"

Haechan menjeblak masuk dengan marah, padahal dia baru pulang. Chenle dan Jisung sedang bermain monopoli, sedangkan Renjun sibuk bermain consol game dengan Mark. Jeno hanya tiduran di sofa dengan malas, melirik pada anak keempat Saga yang terlihat marah.

"Telat. Udah masuk rumah sakit." Sahut Jeno sembari menguap.

"Lah?"

"Tanyain tuh sama anaknya," Mata Jeno melirik pada Chenle dan Jisung yang fokus dengan monopolinya. Jika permainan monopoli menggunakan uang mainan, maka di keluarga Saga wajib menggunakan uang asli.

"Nyuruh siapa? Trus diapain?" Haechan berusaha menekan amarahnya dan duduk di sebelah Jisung.

"Pak Kun," Gumam si bungsu sembari menghitung uang yang ia dapat dari Chenle karena pionnya berhenti di tanah Jisung. "Rem motornya cuma diputus. Kritis doang kok."

Sebenarnya Haechan masih menampilkan gurat kesal, tetapi perlahan berusaha merelaxkan diri. "Gua gaperlu ngapa-ngapain dong."

"Ya nggak usah. Kak Echan ngapain sih ngeribetin diri sendiri? Padahal bisa bayar orang." Chenle berujar malas sembari mengocok dadu.

"Kalo bukan pake tangan sendiri, rasanya enggak puas." Ketus Haechan. "Nana mana?"

"Di kamar. Kasian gabisa makan, katanya rahangnya nyeri banget." Itu Renjun yang menyahut meski mata fokus pada layar televisi. "Kata dokter sih paling 2-3 hari lagi sembuh."

Haechan tidak menyahut dan langsung melangkah naik, tidak peduli meski perutnya belum diisi. Bagaimana bisa Haechan makan dengan tenang sementara adik kembarnya bahkan tidak bisa mengunyah?

Mark melempar stik PS nya setelah kalah melawan Renjun, kemudian menoleh pada dua adik bungsunya.

"Uangnya mau Abang ganti gak?"

"Uang monopoli?" Tanya Jisung sembari mengerjapkan mata

"Ish bukan. Uang buat nyuruh Pak Kun sama Pak Ceye."

Chenle dan Jisung kompak mengangguk. Tentu saja senang karena abangnya yang paling baik hati mau mengganti uang yang telah keluar untuk membereskan manusia kurang ajar bernama Sanha ini.

"Emang Pak Ceye ngapain?" Jeno mengerutkan kening mendengar nama guru BK itu. Soalnya Jeno dan Renjun itu langganan kena poin waktu SMA dulu, beberapa kali masuk BK juga. Kalau ditotal, sebenarnya poin pelanggaran Jeno dan Renjun sudah lebih dari cukup untuk membuat keduanya di-DO saat kelas dua. Tapi itu hanyalah angka yang tidak pernah tercatat di buku pelanggaran, karena nyatanya kedua kembar laknat ini tetap lulus di sekolah itu.

"Manipulasi poin pelanggaran Sanha biar totalnya seratus. Kan bisa langsung DO." Chenle menyahut santai sembari menggerakan pionnya.

"Ribet banget lo," Renjun memutar bola mata. "Padahal tinggal ngadu ke Kakek."

"Yaelah, Lele mah masih punya hati keleus. Kalo Kakek tau, yang ada keluarganya Sanha nanti dibikin bangkrut. Ini soal Kak Nana lho." Chenle tersenyum puas kala pion Jisung berhenti di tanahnya. "Makanya Lele bikin drop out aja, biar Sanha setidaknya masih punya masa depan."

"Ya lagian goblok banget, nggak nyari tau foto siapa yang ada di wallpaper Karina." Dengus Renjun sebal. "Jen, bilangin gih sama Karina, mantan pacarnya rese abis."

"Udah," Jeno menggoyangkan ponselnya dengan malas. "Sekarang lagi jalan ke rumah sakit sama si chiki."

"Percuma juga sih, Sanhanya lagi kritis." Sahut Mark. "Gabisa diapa-apain juga."

"Kaya gatau Karina aja lo."

Ah ya, saatnya menjelaskan fakta yang mungkin sedikit mengejutkan dari anak-anak iblis Saga ini. Meskipun bodoh, menyebalkan dan merepotkan, sejujurnya ada satu hal lagi yang selama ini tidak terlihat jelas karena mereka memainkan peran masing-masing dengan baik.

Karena sebenarnya, ungkapan anak setan ataupun anak iblis bukanlah cuma bualan belaka.

Inget yaa ini bukan fantasi, mereka tetep manusia seratus persen kok😂 cuma sifatnya emang bikin setan insecure soalnya kalah saing wkwk. Btw chapter ini rada berat ya, aku baru sadar..

Continue Reading

You'll Also Like

514K 46.8K 28
โPanggil aku Ibu, Nak.โž ยฐStart 03.01.20 [END] copyright 2020 by fielitanathh โ€ขSequel: After Meet Mom [END]
104K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
363K 57.6K 35
Apa yang bisa didapat dari soonggok rumah roboh ?? Authornya nulis pas lagi mabok drachin 'go ahead' jadi rada-rada mirip, kalau kata orang mah โœจ ter...
10.1K 698 12
NOVEL TERJEMAHAN ็‚ฎ็ฐๅฅณ้…ไธ‰ๆญฒๅŠ[ๅ…ซ้›ถ] Pengarang: Meow Ji Jenis: Kelahiran kembali melalui waktu Status: Selesai Pembaruan terakhir: 26 Desember 2021 Bab Terba...