My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.2K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
πŸ₯³[MY DAY] TERBITπŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰πŸ’–

05. Class Room

519 95 136
By HyunsukID

Please Voment Cuseyeo ....

Happy Reading!
.

.

.

.





Waktu menunjukkan pukul 14:30 menandakan sebentar lagi lonceng kebubaran akan dibunyikan. Khususnya untuk murid kelas 10 satu persatu pergi meninggalkan kelas sambil membawa beberapa lembar kertas. Habis mengerjakan tugas, sang guru meminta untuk langsung menyetorkan ke ruangannya. Baru kemudian boleh berlanjut pulang.

Namun itu hanya berlaku pada murid yang menyelesaikannya lebih cepat, tidak dengan pemuda di ujung sana yang hanya memejamkan mata seraya memijat pelipisnya sambil membolak-balikan halaman buku, dengan ekspresi bodoh.

Hyunsuk sangat benci pada pelajaran berhitung semacam ini. Baginya, Matematika adalah penghancur sel otaknya di dalam kepala, jika terus di paksakan pasti akan jebol. Namun Hyunsuk masih berusaha berjuang untuk menulis deretan angka menyebalkan itu di meja, sedikit demi sedikit.

Sungguh payah hidupnya, hanya karna tugas semacam ini membuatnya menjadi pulang terakhir. Kertas yang seharusnya sudah penuh akan coretan pun tampak masih kosong dan jernih.

Decitan suara kursi terdengar dari sudut lain, itu adalah Heejin.

Setelah menyetorkan hasil tugasnya, gadis yang sedang minum susu pisang itu kembali lagi ke kelas karena ada bukunya yang tertinggal. Buku sudah di ambil seharusnya tinggal pulang, tapi Heejin di hentikan dengan satu hal yang membuat nuraninya bergerak. Ia mendapati Hyunsuk sebagai murid yang tertinggal.

Heejin memutuskan duduk kembali di bangkunya, menopang dagu memandang ke arah Hyunsuk. Entah Hyunsuk tak melihat kedatangannya, atau karena orang itu memang sengaja mengabaikan kehadiran Heejin di sana.

Heejin tersenyum remeh. Kali ini Hyunsuk berhasil menyita perhatiannya, pemuda itu tampak lesu mengerucutkan bibirnya. tangannya setia menggenggam pensil kemudian berakhir menjatuhkan dahinya membentur meja.

Heejin's pov

Aku tidak tahu, hanya untuk sekedar bersandar di meja dia harus membuat bunyi sekeras itu pada kepalanya. Oh baiklah, tempurung Choi Hyunsuk kan memang mahal, di pastikan itu awet.

Aku melepas tas gendongku lalu berjalan menghampirinya. Aku ingin tahu seberapa kesulitannya Hyunsuk. Aku sengaja memasang ekspresi tak percaya, membungkam mulutku sendiri. Berniat mengajek.

"Astaga ... Kenapa kau bodoh sekali Hyunsuk," sapaku.

Bak seorang guru aku terang terangan mengomentari kertas jawabnya. "Satu soal pun belum kau temukan jawabannya? Dan, kenapa kertas ini masih kosong? Kau harus memperhitungkan semuanya di sini," ucapku menunjuk selembar kertas yang tersedia.

Hyunsuk mendengus, "Kalau hanya ingin mengoceh, lebih baik pergi saja!" Imbuhnya molotot padaku.

Sekarang, apakah dia terdengar mengode untuk di bantu?

Aku bisa melihat seberapa dongkol Hyunsuk saat ini, dan sudah kupastikan sebentar lagi dia akan meninggalkan kertas ini sendirian lalu pergi tak memedulikan tugasnya.

Ini akan menjadi buruk, dan lebih buruknya, bukan orang tua Hyunsuk yang di panggil ke sekolah karna anaknya yang terlampau sembarangan, tapi orang tuaku yang akhirnya akan bertanggung jawab.

Hhh ... Aku menghela napas letih, lagi dan lagi, sudah berapa kali orang ini merepotkanku padahal dia juga tak meminta bantuan apapun.

Sepertinya aku memang gila, aku gila karna kedua orang tua Hyunsuk yang memutuskan menanggung jawab kan semua tentang Hyunsuk pada keluarga kami.

Aku mengambil satu bangku kosong, menyeretnya mendekat ke meja Hyunsuk kemudian duduk di sana dan merebut pensil yang tengah dia genggam. Sebelum Hyunsuk protes karna ulahku, aku lebih dulu menghentikan gerakan bibirnya menggunakan jari telujukku. membuat dia tak jadi berkata.

"Kau bahkan tak satu pun mencatat rumusnya di sini?" tanyaku menyudutkan.

Tangan yang kugunakan untuk menggenggam pensil ini rasanya ingin sekali kuhentakkan di meja hingga ujungnya patah.

"Guru bilang, tidak perlu di catat juga tidak papa kok," jawab Hyunsuk membela.

Aku memejamkan mata, lalu menghela napas panjang dan kemudian membuka mata lagi. Simpan emosimu Heejin.

Aku memaksakan tersenyum selebar tiga jari.

"Hyunsuk ... yang Guru maksud tidak perlu di catat itu .... , bagi mereka yang sudah menghafalnya!!" masih terpampang senyum yang merekah dari bibirku. Hyunsuk mengangguk paham dan hanya berkata oh.

Rasanya aku ingin sekali menjungkirkan meja ini sekarang juga.

"Hyunsuk, perhatikan ini!" Aku menarik kertas miliknya dengan paksa. Dengan sekejap, Hyunsuk merubah wajah menjadi tak suka.

"Aku tidak perlu bantuanmu!" Tolaknya mengambil kertas itu kembali.

Ups! Sepertinya Hyunsuk tak menyukai cara yang kulakukan. Hei, aku hanya berniat untuk meringankan bebannya.

Biarlah, aku tak peduli. Aku mengedikkan bahu tak acuh, kemudian menjawab, "Baiklah, coba kerjakan. Aku akan melihatmu dari sini"

Aku melipat kedua tangan di depan dada.

Tiba-tiba si bodoh ini menyeringai. "Melihatku? Maksudmu memandangiku di sini berjam-jam?" Senyum merekah terlihat jelas di bibirnya yang tipis.

Tolol.

"Maksudku, caramu mengerjakan. Sudah cepat! Aku tidak mau di sini berjam-jam," seruku membentak. Mendorong bahu Hyunsuk yang malah memperhatikanku dengan tatapan aneh.

Menggelikan!



1 menit...............












2 menit................





"Apa lihat-lihat?!" decit Hyunsuk menoleh ke arahku sambil membuat pola pagar dari buku lain, layaknya ada anak yang ingin mencontek tugasnya.

Aku memutar bola mata. "Haish! Cepat kerjakan, aku menunggu kertas jawabmu!"




3 menit..........






"Sudah selesai," Hyunsuk berkata girang. Kemudian memasukkan semua peralatan lain ke dalam tas. Untuk satu detik aku terhenyak.

Apa! Tidak ada lima menit Hyunsuk mengerjakan soal mematikan ini.

"Tunggu!" Aku merebut kertasnya langsung dari tangan. Dan sudah kuduga.

"Hyunsuk?!" aku menarik ranselnya dari belakang saat dia berjalan pergi melewatiku, pemuda ini refleks mundur.

"Jawaban macam apa ini, eoh?" Teriakku setelah melihat seluruh jawaban konyol yang tertera pada jawaban miliknya.

"Ya memang begitu, harus bagaimana lagi?!" cetus Hyunsuk asal.

"Bagaimana kau akan cepat keluar dari sini, ha?!" Tegasku membuat dia bungkam.

"Apa .... " gumamnya sesaat.

"Hyunsuk, biarku beritahu. Kau ingin cepat pergi dari desa terpencil ini bukan?" Aku melepas tanganku dari tasnya, dia membalikkan badan. "Tentu saja."

"Ya sudah kerjakan yang benar! Dengan dirimu yang terus begini, bagaimana ayahmu akan menarikmu kembali? Bisa saja dia malah mengikhlaskan kau tetap di sini selamanya." Cemoohku berharap menggetarkan niat Hyunsuk agar mau belajar.

"Yaish, omong kosong apa itu?!" Hyunsuk justru berbalik kesal, meneruskan berjalan ke arah pintu tanpa memedulikanku berteriak.

"Aku tidak bicara omong kosong, bahkan kudengar, ibumu sedang mengandung anak kedua. Yang akan menjadi adikmu kelak," seruku pada akhirnya membuat langkah Hyunsuk berhenti. Ini berhasil, semoga ini berhasil.

Aku tersenyum.

"Sebentar lagi kau tidak akan di butuhkan lagi, Choi Hyunsuk" sambungku menekan setiap kata sengaja mamanaskan hatinya.

Dan boom ... Dia berbalik menatapku. Tidak, dia sama sekali tidak menyeramkan.

"Ya! Jaga bicaramu!"

Dimataku, Hyunsuk seperti anak TK yang sedang berteriak sebal.

Sekarang giliranku berteriak, "Aku berbicara sesuai keadaan, jadi berhenti berdiri di sana dan cepat kemari perbaiki jawabanmu dengan benar!"

Hyunsuk akhirnya mau kembali ke tempat. Meski dengan pergerakan yang sangat malas, tapi dia nurut dan duduk dengan baik. "Kurasa ini tak ada gunanya, aku akan di sini tiga tahun ke depan," lirihnya bagai keputusasaan.

"Tidak bodoh! Jika kau berubah lebih cepat, ayahmu juga akan menarikmu lebih cepat."

Rasanya aku ingin sekali menggeplak kepalanya agar dia tidak berpikir lemot. Sudah jelas saat itu ia yang berjanji sendiri. Jika berubah lebih cepat ayahnya akan menepati apapun keinginan Hyunsuk, termasuk pulang ke Seoul.

Aku menepuk bahu Hyunsuk. "Aku akan membantumu."

Hyunsuk menoleh dengan bola mata yang membulat. "Membantuku?"

Aish! Yang benar saja. Kenapa rasanya ingin sekaliku unyel- unyel pipi itu.

"Membuatmu terlihat berubah, dan segera pergi dari tempat ini," ucapku mengacungkan jari jempol. Sungguh aku mendukung Hyunsuk pergi dari sini secepatnya. Gila saja jika aku harus menerimanya selama tiga tahun ke depan.

"Aku tidak yakin."

"Langkah pertama yang harus kau lakukan ... Kerjakan soal ini dulu dengar benar."

Sampai akhirnya, Hyunsuk dengan malas-malasan mengerjakan semuanya kembali. Tentu saja dengan di batu olehku. Awalnya aku mengira Hyunsuk akan mudah di ajari, walaupun tidak langsung paham sepenuhnya.

Tapi ini lain cerita. Aku di buat kebingungan oleh penolakan Hyunsuk, saat kusuruh menuliskan hasil akhirnya, Hyunsuk selalu menolak lalu akan berkata 'loh kenapa hasilnya begini? Kau lupa menghitung ini? Kau tidak memasukkan angka ini? Lalu yang ini bagaimana?'

Astaga ... Bukankah tadi Hyunsuk sempat bilang bahwa sepeser pun rumus dari Matematika, ia tak mengerti satu pun, lalu apa ini? Dia melempariku bertubi-tubi pertanyaan yang kelihatannya dia sudah seperti ahlinya.

Sampai aku menjelaskan dari mana asal semuanya berasal, Hyunsuk tetap saja mengelak dan membenarkan perhitungan versi otaknya sendiri, padahal asal-mengasal, sudah sangat jelas itu salah.

"Heejin_na ... bukankah seharusnya seperti ini saja?"

"Lihat Heejin, ini akan membuatnya lebih singkat."

"Ya Heejin, Aku yakin jika memakai rumus nomor dua akan lebih cepat."

Jeon Heejin,

Heejin_ssi,

Heejin_naa,

Heejin,

Heejin,

Heejin ....

"Hyunsuk, lebih baik kau diam!"

Oh Ya Tuhan, bisakah kau membuat Hyunsuk berhenti bicara, rasanya aku sudah tidak ada tenaga untuk melanggati semua ocehannya.

"Kau bilang kau hanya mengajariku, bukan mengerjakan tugas untukku."

Aku pasti sudah begitu sejak tadi jika otakmu benar.

"Itu benar, tapi bisakah kau diam dan percaya saja padaku?" kataku menghentikan.

Ini akan semakin lama jika kau terus-menerus protes.

''Tapi kau juga terlihat tak percaya pada jawabanmu sendiri".

"Ya, itu karna kau selalu menolak jawaban ku dengan pertanyaan yang masuk akal,"

Maksudku dia selalu bertanya tentang jawaban yang aku dapat. 'kau memakai rumus ini, Kenapa hasilnya menjadi seperti ini?' karna pertanyaan itu aku jadi menghitungnya lagi dengan lebih teliti, dan hasil akhirnya memang seperti itu. Tapi begitu bodohnya aku melakukan hal yang sama berulang kali, ini membuang energiku.

Aku tidak tahu di sini aku yang tiba-tiba menjadi bodoh, atau Hyunsuk yang sedang membodohiku. Kami berdebat untuk membenarkan jawaban satu sama lain yang berbeda. Aku sudah mengajarinya bagaimana yang benar, tapi lagi-lagi dia tak percaya.

Aku lelah ...

Berdebat dengan satu orang bodoh hanya akan membuat orang bodohnya menjadi dua.

****

"Sudah selesai bukan? Bawalah ke kantor dan setorkan!" Perintahku. Hyunsuk tak langsung menjawab ia masih memandangi kertas di tangannya.

Sampai aku berdiri hendak pergi ke mejaku sendiri, Hyunsuk bergumam tiba-tiba. "Jawabanmu di soal 50 adalah 7, tapi hasil hitunganku adalah 14".

Aku menatap matanya dengan ekspresi yang tenang, bahkan sedikit kusunggingkan senyum, senyum tak ikhlas. Tanpa pria itu tahu apa-apa saja yang saat ini sedang kukatakan di dalam hati.

Apakah dia ingin mencari ribut denganku lagi? Setelah satu jam lebih aku berkutat di sini demi membantunya, yang seharusnya aku sudah pulang sedari tadi, kini dia bertanya hal semacam itu lagi padaku? Dan, apakah dia berharap aku mengambil kertas coretan itu lalu menghitungnya kembali seperti orang tolol?

Lihatlah wajah tengilnya, Hyunsuk begitu menyebalkan di mataku. Aku menghela napas, tidak bisakah dia melihat ekspresiku dan membaca tulisan AKU LELAH yang tercetak besar di dahiku?

"Hyunsuk, tak ada alasan lagi untukku tidak menjungkirkan meja ini sekarang juga".








.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

14.5K 972 12
Mini series trejo#1 Haewon dikagetkan dengan perjodohan konyol yang direncanakan ibunya. Terlebih dia dijodohkan dengan jihoon yang merupakan kakak k...
107K 8K 62
Hanya karna kesalahan kecil membuat seorang perempuan yang terus mendapatkan Bullying dari seorang laki-laki yang Bernotabe anak pemilik sekolah "Maa...
10.3K 957 25
Kalo biasanya orang orang suka gak kuat suka sama cowok modelan dingin kayak dia, gue malah kebalikannya. Gue suka dia yang dingin. . . . Es - Park...
9.3K 693 49
"Ada apa nih... lo berdua udah pada berantem pagi-pagi kayak gini ?" "Tau tuh si jaylani udah ngajak ribut." "Awas ya lo berdua yang asalnya benci tu...