If You Know When [TELAH DITER...

Galing kay ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... Higit pa

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Lima Puluh Dua

7.7K 1.1K 133
Galing kay ItsmeIndriya_

"Menurut hasil rapat bagian pemasaran dan laporan bulanan beberapa bulan belakangan ini, omset penjualan kita naik hingga delapan puluh persen. Setelah perusahaan kita down dan hampir lumpuh selama beberapa bulan, saya bisa mengatakan bahwa perusahaan kita mulai pulih kembali. Berhubung kita akan launching produk baru dalam waktu dekat ini, saya ingin kalian memberi masukan dan cara bagaimana agar omset penjualan dari produk ini terus stabil dan bertahan lama di pasaran. Beberapa produk perusahaan kita kalah bersaing dengan produk perusahaan lain, saya ingin produk kita kali ini bisa membantu perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan kualitas produk perusahaan. Saya tidak ingin hanya bertahan beberapa saat, saya ingin ini bertahan dan terus berkembang luas. Saya tidak ingin kehilangan satu pun pekerja saya karena tidak sanggup metupi kerugian perusahaan."

Dava menatap satu persatu peserta rapat yang terlihat sedang berpikir keras untuk mempertahankan nasib perusahaan tempat mereka bekerja. Dava sudah bekerja keras belakangan ini, ia tidak ingin membuat kesalahan yang bisa menghilangkan hak kepemilikan perusahaan yang sekarang ada di tangannya.

Seperti kata Dava tempo lalu, Dava harus membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang bijak, yang tidak hanya memikirkan keuntungan perusahaan, tapi juga nasib karyawan dan masa depan diri.

"Pak, bagaimana jika kita meninjau kembali mutu produk, agar produk kita tidak kalah saing dengan produk perusahaan lain. Selain itu kita juga bisa meriset harga jual di pasaran. Jika kita bisa meningkatkan kualitas produk dan memberikan harga yang affordable untuk masyarakat, saya yakin masyarakat akan tertarik dengan produk kita."

"Mengubah target pemasaran juga bisa jadi satu solusi untuk meningkatkan omset perusahaan kita, Pak. Jika produk yang awalnya kita targetkan hanya untuk masyarakat dengan penghasilan di atas rata-rata, saya pikir jika harganya lebih terjangkau, dengan kualitas yang bagus, tidak hanya kalangan atas saja yang tertarik, bisa jadi masyarakat dari berbagai kalangan tertarik untuk ikut membeli."

"Sosial media juga sedang digandrungi banyak orang saat ini. Kita bisa mengandalkan sosial media untuk mempromosi kan produk kita, Pak. Contoh seperti memberikan sampel produk pada selebriti yang nantinya akan mereka review di akun media sosial mereka. Bisa juga berkolaborasi dengan toko-toko online sebagai media patner kita."

Satu persatu karyawan mulai memberikan masukan yang segera di tampung oleh Dava. Sekecil apapun masukan yang di berikan oleh karyawannya, itu sangat berarti untuk kelangsungan perusahaannya.

"Kalau begitu saya akan membentuk tim yang akan melakukan peninjauan mutu produk dan riset pasar. Saya harap kalian siap untuk bekerja keras selama beberapa waktu ke depan. Terima kasih, selamat siang."

Dava menutup agenda rapatnya hari ini dan segera kembali ke ruangannya. Mengurus sebuah perusahaan memang tidaklah mudah, tidak seperti mengurus hewan peliharaan. Salah mengambil tindakan, harga saham adalah taruhannya. Tak terbayang bagaimana perjuangan kedua orangtuanya untuk membangun perusahaan hingga sebesar sekarang. Karena itu Dava tidak bisa membiarkan perusahaannya jatuh ke tangan orang lain.

"Dava!"

Teriakan itu membuat Dava menghela napas, melepas kancing jas serta melonggarkan dasinya. "Apalagi?" balas Dava setengah terpaksa.

"Kamu gak bisa bersikap kayak gini ke aku!apa yang terjadi kemarin itu gak seperti yang kamu lihat." Soraya masih bersikeras memaksa Dava untuk percaya padanya. "Dia yang mulai duluan Dav, bukan aku! Dia gila, Dava. Kita bisa lihat di CCTV."

Dava kembali menghembus, "CCTV mati," jawab Dava mencoba fokus dengan laptopnya.

"See? Gak mungkin kan CCTV tiba-tiba mati tepat diwaktu Vanilla nyerang aku?"

"Gue tau Vanilla, Vanilla gak akan pernah berbuat hal seperti kalau gak ada penyebabnya."

"Dav!" Soraya semakin meninggikan suaranya. "Kenapa sih kamu gak pernah mau buka mata hati kamu? Perasaan kamu ke Vanilla itu cuma karena kasihan, bukan karena sayang. Kamu pernah menyesal di masa lalu, dan penyesalan itu yang membuat kamu merasa punya untang budi ke Vanilla."

Sekali dua kali Dava sabar menghadapi ocehan Soraya yang selalu saja mencoba untuk menghasutnya. Tapi kali ini sepertinya Dava sudah tidak tahan lagi.

"Reputasi lo di kantor ini sudah hancur, jadi mendingan lo jaga kelakuan lo sebelum gue bilang ke bokap lo dan ngedepak lo dari kantor gue!"

Soraya mengepal tangannya dengan sangat kuat dan menatap Dava murka. Ia membalikkan badan dan kembali ke ruangannya. Soraya langsung berteriak seperti orang kesetanan dan menghamburkan barang apa saja yang ada di meja. Tidak peduli jika barang-barang tersebut rusak, yang penting Soraya bisa menyalurkan emosinya.

"Lo lihat apa yang bakal gue lakuin ke lo, Vanilla!" gumamnya dengan gigi bergemelatuk, menandakan bahwa Vanilla benar-benar benci dengan wanita bernama Vanilla itu.

Soraya harus bisa mengembalikan nama baiknya sekaligus memberi pelajaran pada Vanilla agar tahu bagaimana akibat dari berurusan dengan orang seperti dirinya.

*****


"Gimana keadaan perusahaan kamu?" tanya Vanilla di sembari mengunyah makanannya.

Dava melebarkan senyum, "perusahaan sudah mulai stabil. Sebentar lagi aku akan launching produk baru, dan aku harap keadaan bisa balik seperti semula supaya aku bisa cepat-cepat kasih kamu kepastian," jawab Dava dibalas senyuman oleh Vanilla.

Hampir semua orang tahu, seberapa peliknya kisah yang Dava dan Vanilla lalui. Banyak drama tidak masuk akal yang menghiasi masa lalu mereka, dan mereka berharap kali ini adalah akhir dari segalanya. Tidak perlu lagi ada drama yang membuat mereka seperti badut bodoh yang tidak mengetahui apa-apa. Kali ini mereka mencoba untuk menentukan takdir mereka sendiri.

"Yakin orangtua kamu setuju sama hubungan ini?" tanya Vanilla lagi, sukses menghilangkan senyum di sudut bibir Dava.

Raut wajah Dava berubah, namun sebisa mungkin Dava bersikap biasa saja agar tidak dengan mudah dapat di baca oleh Vanilla. "Aku yakin mereka bakal setuju," jawab Dava optimis.

"Kalau mereka gak setuju, Kamu tetap harus memilih antara aku atau keluarga kamu kan?"

Dava terdiam, ia tidak lagi bisa menjawab. "Aku mau nanya sesuatu," Dava mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Apa?"

"Kejadian kemarin... benar terjadi seperti yang kamu bilang ke aku dan kak Rey?"

Vanilla langsung menghentikan pergerakan tangannya yang sedang melilitkan spaghetti ke garpu di tangan kanannya. "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanya Vanilla bingung. Sejak insiden minggu lalu, Dava tidak pernah lagi membahasnya, dan tiba-tiba Dava membahas masalah tersebut hanya karena ingin menghindari pertanyaan Vanilla.

"Enggak, aku cuma nanya aja. Meski Soraya ambius, tapi aku tau Soraya---"

"Kalau aku yang mulai memangnya kenapa?" tanya Vanilla yang mulai kehilangan nafsu makannya. "Kenapa sekarang kamu ngebela dia?"

"Aku gak ngebela Soraya."

"Terus apa!?"

"Aku cuma mau tau kejadian yang sebenarnya."

Detik itu juga Vanilla membanting garpu yang ia pegang ke atas piring hingga menimbulkan bunyi cukup nyaring. "Gue udah kasih tau kejadian yang sebenarnya. Terserah, lo mau percaya gue atau percaya dia!" nada bicara Vanilla berubah, menandakan bahwa Vanilla tidak suka dengan pembicaraan mereka.

"Aku percaya kamu."

"Kalau lo percaya sama gue, lo gak akan ragu sama apa yang gue katakan." Vanilla mengambil tasnya, berdiri seraya bergegas pergi meninggalkan Dava. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, Vanilla berhenti dan kembali menatap Dava. "Satu lagi..."

"Gue gak peduli dengan apapun atau siapapun dia, selama dia pernah punya hubungan dengan lo di masa lalu, gue tetap bakal benci sama dia."

Vanilla mengakhiri pembicaraannya dengan melangkah keluar dari restoran. Segera ia menyetop taksi yang lewat sebelum Dava mengejarnya.

Hari ini suasana hati Vanilla sedang buruk, ditambah Dava yang tiba-tiba mengungkit kejadian minggu lalu, membuat Vanilla semakin kesal dan semakin sulit untuk mengontrol emosinya.

*****

Sesampainya di butik, Vanilla langsung melempar tasnya ke atas meja dan mencoba untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda karena waktu makan siang.

Vanilla masih mencoba untuk mengontrol pernapasannya yang sedari tadi tidak normal. Ia tidak boleh melampiaskan kekesalannya pada orang lain.

"Lo kenapa, Nil?" kalimat itu terdengar di telinga Vanilla, membuat Vanilla mendongak dan melihat Britney yang berjalan masuk ke ruangannya.

Vanilla tidak menggubris pertanyaan Britney, ia mencoba fokus dengan pola gaun yang sedang di buatnya.

"Gue dengar, lo hampir mati."

Kabar perkelahian antara Vanilla dan Soraya tersebar ke seluruh telinga kelurga Vanilla. Jason langsung mengamuk melihat luka di beberapa bagian tubuh Vanilla, Zero tak bereaksi apa-apa, Vanessa hampir saja mendatangi Soraya, sedangkan Britney malah memberi tepuk tangan meriah.

"Gue yang mulai," jawab Vanilla santai.

Britney menganggukkan kepala, "gue tau," balasnya. Britney memasukan beberapa potong kripik kentang ke dalam mulutnya sembari memperhatikan Vanilla. "Kenapa lo gak ajak gue? Tangan gue gatal nih pengen jambak rambut orang."

Berurusan dengan Vanilla saja hampir menghancurkan Soraya, apalagi jika Britney yang turun tangan. Jiwa psikopat Britney lebih kejam di banding alter ego Vanilla.

Meski Vanilla tidak mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu antara dirinya dan Britney, tetap saja, dari tingkah Britney, Vanilla bisa menebak bahwa wanita itu lebih sadis jika sudah berurusan dengan labrak melabrak. Apalagi Britney memang pernah menjadi kaki tangan seorang psikopat yang mengincar Vanilla.

"Kenapa lo tiba-tiba ngelakuin itu?" tanya Britney lagi.

Vanilla menoleh dengan tatapan datarnya, "simple, gue cuma mau buktiin kalau gak ada yang bisa merebut kebahagiaan gue lagi." Setelah itu Vanilla melanjutkan kembali aktifitasnya.

Britney langsung mengucapkan kata wow tanpa bersuara. Tak sia-sia selama ini Britney menghasut Vanilla untuk berani melawan siapa saja yang mencoba mengganggunya.

Bukan tanpa alasan, Britney hanya ingin Vanilla bisa membela diri dan mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik Vanilla. Vanilla bukan lagi seorang remaja, ia harus keluar dari zona nyaman yang selama ini membelenggunya.

"Jadi, lo menetapkan hati lo pada Dava?" Britney kembali bertanya, "meski pun lo tau akan ada banyak hal yang menghalangi kalian."

Pertanyaan-pertanyaan Britney mengganggu konsentrasi Vanilla yang sedang mengukur pola buatannya. Akhirnya Vanilla menghela napas dan memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi pekerjaannya.

"Kenapa lo gak pulang dan urus anak-anak lo dirumah?" Vanilla balik bertanya dengan nada kesal. Saat ini Vanilla sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

Britney tertawa, "gue juga butuh hiburan kali."

"Tempat hiburan di daerah sini banyak, kenapa lo malah datang ke butik gue?" Britney mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban sembari tersenyum lebar.

Sebenarnya Britney sendiri bingung kenapa ia tiba-tiba ingin datang ke butik Vanilla. Padahal ada banyak tempat yang lebih asik dari pada berkunjung ke butik adik iparnya itu.

Disaat Vanilla sibuk dengan pekerjaannya dan Britney sibuk menonton dari ponselnya, samar-samar terdengar suara gaduh dari luar ruangan Vanilla.

"Gue mau ketemu sama bos lo!"

Kalimat itu membuat Vanilla dan Britney saling bertatapan lalu sama-sama mengarahkan pandangannya ke pintu ruangan. Sepersekian detik kemudian, pintu itu terbuka dan menampilkan seorang wanita karir, masuk tanpa memberi salam dengan raut wajah menahan emosi.

"Dasar wanita licik lo ya!" teriak wanita itu di hadapan Vanilla.

Vanilla mengangkat sebelah alisnya, "lo ngapain kesini?" tanya nya dengan nada datar.

Karena sudah tidak bisa lagi menahan emosinya yang meledak-ledak, Soraya mengambil pekerjaan Vanilla di atas meja, merobeknya lalu membuangnya begitu saja ke lantai.

"Gara-gara lo, reputasi gue hancur! Pinter banget lo cari muka di depan banyak orang. Dasar murahan!"

Plak.

Soraya mendaratkan tamparannya ke pipi Vanilla, membuat Vanilla merasa sakit yang menjalar di pipinya yang mulai memerah.

Selama beberapa saat, Vanilla tidak bereaksi apa-apa. Ia memandang Soraya datar dengan melirik Britney yang duduk di sofa dengan menyunggingkan senyum miringnya.

Tiba-tiba ekspresi Vanilla berubah, matanya menjadi berkaca-kaca dan raut wajahnya seolah ketakutan. "Gue gak ngerti maksud omongan lo."

Soraya tertawa, "drama queen banget lo." Tanpa pikir panjang, Soraya menarik rambut Vanilla, lalu mendorong Vanilla dengan tenaga penuh.

Bukannya kesakitan, Vanilla malah tertawa nyaring. Apalagi ketika ia melihat beberapa helai rambutnya rontok karena di tarik Soraya.

"Segitu doang? Ah, gak asik." Britney berdiri dari sofa yang di dudukinya dan beranjak mendekati Soraya. "Ah, kayaknya kita pernah ketemu di pernikahan Vanessa, " ujarnya tersenyum. Senyum yang bisa membuat siapa saja merinding.

Tanpa aba-aba, Britney menarik rambut Soraya menyeret wanita itu dengan kasar dan menghempaskannya ke atas sofa. "Gue dengar, lo bisa tau apa aja yang bersangkutan sama Dava. Pasti lo tau gue dong?" Britney berjalan mengambil sebuah pulpen yang tegeletak di dekatnya.

"Perkenalkan, gue Britney, cinta pertama Dava, mantan pacar Dava, dan kakak iparnya Vanilla."

Britney mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang memegang pulpen, hingga membuat Soraya memejamkan mata sekuat mungkin seraya otomatis berteriak.

Mendengar teriakan Soraya, Britney langsung tertawa. "Lo tau Vanilla sakit kan?" ujarnya pelan, namun begitu menusuk telinga. "Gue lebih sakit dari dia."

Siapa saja yang mendengar nada bicara Britney pasti akan merinding. "Jadi gue minta sama lo untuk berhenti sekarang, atau lo bakal jadi korban selanjutnya." Ancaman Britney terdengar seperti nyata.

Dada Soraya bergemuru, namun juga takut bahkan sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. Soraya pun berdiri, merapikan kembali bajunya dan menatap dengan tatapan peringatan seraya melangkah keluar dari ruangan Vanilla.

*****

Ah, aku baru bisa update lagi karena kemarin lagi stuck parah😭
Btw, aku udah revisi cerita Hope lohhhh
Udah aku re-publish juga.
Jadi kalau kalian mau baca, yukk buruan add ke library kalian.

Oh iya, aku juga publish cerita baru, judulnya 720 Hari Bersama Bara

Aku lagi konsisten banget update.
Jadi sembari menunggu, kalian bisa baca cerita aku yang lain, hehe.
Yuk ramein.

Minggu, 06 Desember 2020

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.7M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.7M 19.8K 106
[ 𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗 ] 𝗡 𝗘 𝗪 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐃𝐈 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈☑️ ⚠️𝐂𝐋𝐎𝐒𝐄 𝐑𝐄𝐐𝐔𝐄𝐒𝐓⚠️ 𝘉𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘢𝘵𝘢𝘶...
716K 56.4K 43
[DITERBITKAN DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU] Saat dunia sudah diambil alih oleh para vampire. Mereka mengancam, menculik, menyiksa, bahkan membunuh manusi...
2.5M 144K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...