š«šžš„ššš­š¢šØš§š¬š°šžšžš­ š€”...

By lleuiver

70.3K 11.1K 741

[ TELAH TERBIT ] ( a.n ) : Kata gengsi, menjadi sebuah dinding penghalang bagi Nai untuk mengungkapkan perasa... More

O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
O9
1O
11
12
13
14
15
16
17
18
19
2O
21
22
23
24
25
26. SPECIAL PART šŸ”®
28. āœØ
29. āœØ
3O. āœØ
TERBIT DAN PRE-ORDER

O8

2.1K 466 27
By lleuiver

-

Ricky memarkirkan motornya setelah sampai di lapangan futsal. Firasatnya sudah tak enak ketika melihat semua orang yang datang untuk menonton latihannya hari ini menatapnya sinis. Ia terlambat sepuluh menit hanya karena memikirkan apa yang dikatakan Sean soal Nai yang tak pernah ia ketahui bagaimana perasaannya.

“Lo pikir main-main, Ki? Terlambat kok sampai sepuluh menit,” sindir Hesa. Laki-laki yang mahir bermusik ini salah satu teman main Ricky sekaligus tetangga Nai. Hesa itu vokalis terkenal band indie kampusnya, si cowok bumi yang kelihatan dingin, tapi humble.

“Sorry, gue harus pup dulu. Kalo gue nekat berangkat, kan, bisa aja nanti gak tahan terus pup di celana,” jelas Ricky sambil cengengesan. Ia duduk di bawah sementara yang lain sudah duduk di bangku bertingkat yang tak terlalu tinggi, tapi lebar.

“Jorok lo!” Jey melempar Ricky dengan botol plastik bekas minuman isotonik. Jey memang mirip dengan Saga, sama-sama gampang emosi. Cowok rich yang satu ini sangatlah merakyat hanya memakai sendal jepit sepuluh ribuan, tapi soal outfit harus keluaran merk branded dari Prancis semua. Bukan soal gengsi tapi harga diri, katanya.

Semua orang seolah menyerbunya, padahal niatnya kesini untuk latihan bukan ribut. Ricky menoleh ke arah mereka dengan tatapan malas, sudah ngambek. “Pada sirik banget, anjir. Itu juga, pelatih, malah sibuk pacaran sendiri. Lagian ngapain sebanyak ini yang nonton?” sungut Ricky yang sebal membuat orang-orang yang menontonnya cengengesan.

“Salah sendiri kenapa telat,” ucap Saga, lalu melemparkan bola ke arah lapangan, segera saja ia turun untuk melatih Ricky.

Gadis manis yang duduk di salah satu bangku panjang menggelengkan kepalanya heran. Nai bingung mengapa selalu ribut seperti ini jika bertemu, apalagi jika ada Juan. Bocah klimis bermulut lemis itu pasti akan memicu pertingkaian mulut yang tidak ada habisnya. Kenapa juga Ricky protes kepada mereka yang ingin menontonnya padahal teman lama.
Beberapa orang yang menonton latihan Ricky adalah. Hesa si cowok bersuara merdu yang duduk paling pinggir, lalu, Jey si rich yang duduk bersebelahan dengan Satya si penyuka gratisan  Sean yang duduk satu tingkat di atas mereka dengan Azka. Yeva, Yidan, Lia, dan Saga yang duduk agak terpisah dari mereka yaitu di bangku paling bawah sedangkan posisi yang lain berada di bangku tengah. Lalu Nai yang duduk di samping Sora dan bersebelahan juga dengan Jey.

Tak lama datang tamu tak diundang, menurut mereka. Sosok perempuan yang berjalan dengan anggun memasuki lapangan. Tersenyum manis sembari menggaruk jarinya yang tiba-tiba gatal. Sora gugup di tatap banyak orang. Seluruh penonton dibuat bingung dengan kedatangannya. Sebagian dari mereka mengerutkan keningnya, berpikir, siapa perempuan ini dan mengapa tiba-tiba datang?

Hal itu membuat Nai bingung. Matanya memelotot tak percaya apa yang sedang dilihatnya sekarang. Gadis itu memejamkan matanya, lalu menghembuskan napasnya perlahan untuk menetralisir segala perasaan tak suka, benci, cemburu, dan juga khawatir dengan kedatangan Sora. Mengapa Sora yang baru Ricky kenal diajak olehnya langsung, aneh dan Nai cemburu.

Tak hanya Nai yang menganggapnya aneh tapi seluruh penonton yang duduk di tribun. Mereka sama-sama tahu jika Ricky tak pernah mengajak perempuan lain selain Nai, kecuali perempuan itu sudah resmi jadi pacarnya atau gebetan. Menurut mereka, Sora memang manis sih. Namun, mereka tak mau percaya jika Sora ini akan menyukai Nai. Mana mungkin ada perempuan yang dekat dengan Ricky tanpa membenci Nai terlebih dahulu.

“Gak usah dilihat sampai segitunya, gue yang ajak dia.” Ricky menjelaskan sembari tersenyum pada Sora.
Menatapi perempuan dengan tampilan berpakaian bumi itu dengan sinis. Yeva langsung melirik ke arah Nai.  “Dia kelihatan gak suka, Dan.” Yeva berbisik pada Yidan setelah melihat Nai yang enggan menatap Sora.

“Biarin aja, salah sendiri kenapa gak bilang kalo ada rasa. Gue cuma mau bantuin kalau hubungan Nai sama Ricky berantakan. Kalo soal perasaan terserah mereka sendiri,” ucap Yidan, lalu membenarkan posisi duduknya.

“Adek lo yang bego, cari yang baru padahal Nai yang nemenin dia selama ini. Gue, sih, tim Nai jadian sama adek lo. Liat dia keinget Lia.” Saga menoleh ke arah sang kekasih ketika mengatakannya. Alhasil perempuan penyuka warna merah muda itu salah tingkah karena ucapan Saga.
Kedatangan  Sora masih menjadi sebuah sorotan.

“Kalo kata gue sih, harusnya Ricky hati-hati pilih cewek. Apa dia gak belajar dari masa lalu? Kalo dia sendiri yang kena batunya, mah, it’s okay. The real sahabat tapi gak pernah tahu perasaannya sahabatnya sendiri,” sindir Satya pelan.  Namun dapat didengar oleh Sean dan Azka yang duduk tak jauh darinya. Laki-laki penyuka gratisan yang always soft-able dan agak menyebalkan ini hanya mengedikkan bahu saat mendapat lirikan dari Jey dan Hesa di depannya. Sebagai duta crush-nya para kaum hawa yang kalau kasih satu eye contact langsung jatuh cinta, Satya sudah mahir kalau soal baca-membaca perasaan orang.

“Gue akui sih, Ricky gak banyak mikir dulu,” ucap Azka sembari menggaruk pipinya yang terasa gatal. Hari ini Azka memilih denim sebagai atasan. Sekalian pakai yang rapi karena sehabis menonton sang adik latihan futsal, ia akan langsung ke kampus.

“Gue tandain ceweknya, gue botakin kalo sampai Nai kenapa-napa.” Sean bermonolog sembari menatap Sora tajam. Cowok yang biasa bertingkah manis ini pun sekalinya mendengar sang adik dalam bahaya maka kemarahannya akan melebihi sang papa, tak peduli jika itu laki-laki atau perempuan. Jangankan hanya botak, mungkin gigi Sora akan dirontokkan olehnya bila sewaktu-waktu membuat Nai terluka.

Kedua sudut bibir Ricky terangkat mengetahui Sora meluangkan waktu untuk datang, dan setelahnya duduk di samping Nai. Ini adalah tujuan Ricky. Ia sengaja mengajak Sora, agar gadis itu bisa dekat dengan Nai dan membuat Nai kembali ke sikapnya seperti dulu. Ketika mendengar kata 'sakit hati’ dari papa Nai, entah, yang ia pikirkan hannyalah seputar Nai yang belum bisa melupakan Adimas. Semenjak putus dengan Adimas sifat Nai jadi berubah. Itulah yang membuatnya makin percaya bahwa Nai gamon pada Adimas.

Berbeda dengan Nai, ia kesal dan marah dengan Ricky yang mengajak Sora. Memang enggak boncengan bareng, sih, tapi Nai tetap saja enggak terima. Ia merasa dikhianati, toh biasanya Ricky jika mengajak seseorang pasti memberitahunya meskipun itu laki-laki. Paling sebal lagi karena Sora justru duduk di sampingnya. Ingin menggerutu tapi ia tahan. Bisa saja jika tak menerima kedatangan Sora ia dianggap baperan atau hal buruk lainnya oleh Ricky. Nai ingat dia sahabatnya. Ada waktunya ia tak bisa ikut campur dengan hubungan percintaan Ricky.




Saga sudah berlari ke lapangan lebih dulu. Dahinya berkerut mengartikan dia sangat marah. Bagaimana tidak? Ricky yang ditunggu sedari tadi justru menaruh barangnya berlama-lama. “Lo, niat latihan, gak, sih? Lemot banget! Gak usah segitunya liatin, tu, cewek. Gak bakal ilang juga.” Saga memutar bola matanya malas.
Yidan yang tadinya asyik memperbincangan Sora dengan Yeva kini menatap Ricky. Ia ikutan kesal lalu melemparkan botol minumnya ke arah Ricky yang masih mematung menatap Nai. Yidan jadi sebal sekali karena adiknya tak segera memulai latihan. “Ki, gue susah payah, loh, buat minta Saga ngelatih lo. For your information gak gratis juga.” Yidan berbicara sembari menyangga wajahnya.


“Kalo ada yang mau dibicarain sama Nai, nanti aja. Toh dia manyun begitu, gak mau tu diajak bicara sama lo. Males,” ucap Azka sembari membetulkan jaket denimnya.
Ricky mendengkus kesal, lalu menuju ke tengah lapangan. Ia hanya ingin tahu bagaimana ingatan Nai mengani Adimas.

Saga melempar bolanya ke arah Ricky. "Lo udah tahu kan, teknik dasarnya! Jangan bilang lo enggak tahu atau lupa! Kicking, passing, dribbling, shooting, sama heading. Kita betulin dan perbaiki teknik dasarnya dulu sampai lo bener-bener menguasai itu. Kita mulai dari cara lo nendang bola dulu" ucap Saga sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan satu jari. "Eh! Lo coba nendang, tapi sambil jelasin ke gue cara yang bener buat menendang bolanya gimana," ujar Saga lalu memposisikan dirinya.
Apa yang didengar Ricky  membuatnya  malas. Buat apa coba menjelaskan toh Ricky sudah tahu cara yang benar untuk menendangnya. Menurut Ricky, Saga terlalu cerewet.

"Nendangnya pake kaki bukan tangan. Nendangnya pakai kaki yang bagian dalam kalau mau pelan,” ucap Ricky dibuat seolah sedang main-main.
Sembari berkacak pinggang dan memperhatikan cara Ricky mempraktikkan gerakannya agar tepat. Saga mengangguk setelah Ricky melakukannya dengan benar. Mengetahui Ricky yang suka bercanda saat latihan harus bisa membuat Saga lebih sabar.

“Buat kuda-kuda, lututnya ditekuk dikit, jangan banyak-banyak nanti kejungkang, kan? Sama kaki tumpu di sini nih, samping bola,” ucap Ricky sembari menepuk paha kirinya yang menjadi tumpuan.

Para penontonnya hampir tertawa karena tingkah Ricky yang bisa saja membuat Saga marah. Namun bagi Nai ini tak lucu. Biasanya Ricky serius tapi kenapa hari ini lelaki itu malah main-main. Apa karena ada Sora di sini? Sehingga membuat Ricky menunjukkan sikap palsunya. Hanya Nai satu-satunya yang tak tertawa. Bukan hanya karena Ricky yang main-main, juga karena Sora yang hadir. Merusak mood-nya saja.

“Pandangan harus fokus dan lurus ke target. Nah, bahu juga harus rileks. Badan ini harus tegak gak boleh letoy, kalo letoy bukan main futsal namanya tapi mau pargoy,” gurau Ricky sembari membusungkan dadanya.

“Tangan di samping badan, gak perlu kaku banget, cukup biar nggak sampai kena bola aja. Kalau tegap banget nanti bukannya main futsal malah dikira pasukan militer.” Setelah memeragakan gerakan Ricky mulai dengan pemanasan ringan di bagian kakinya. Sebenarnya saat pemanasan ini lah Ricky mengambil kesempatan untuk curi pandang ke Nai. Toh siapa tahu kalo Nai melihat Ricky ceria seperti ini bisa menular padanya.

“Serius dikit bisa?” sentak Saga karena mendapati Ricky yang sesekali menoleh ke arah penonton.


“Oke, sorry. Ini gue serius.” Ricky mulai lebih serius karena Saga benar-benar menatapnya tajam. “Untuk pelemasan otot sebelum nendang bola, pergelangan kaki diputar-putar dulu ke kanan ke kiri.”

“Kalau udah rileks, pandangan fokus ke bola. Kemudian … tending,” jelasnya lalu menendang bola ke arah Saga pelan.

Tepuk tangan menggema di lapangan futsal. Yang sebelumnya sepi menjadi ramai karena tepuk tangan para penonton latihan Ricky sore ini. Hal yang mereka lakukan ini agar Ricky tambah bersemangat, sebagian bertepuk tangan karena lelucon Ricky.

Di sela-sela tepuk tangan, Jey menyenggol lengan Nai. "Itu yang di sebelah lo siapa, sih?" tanya Jey dengan berbisik. Ia penasaran saja karena tak pernah melihatnya. Hal yang paling aneh adalah gaya dan sikapnya menurut Jey mirip dengan Nai.

"Sora,” jawab Nai singkat sembari menoleh pada Jey yang duduk di samping.

Apa yang Jey tanyakan membuat Satya yang sedang asyik menikmati keripik pisang pemberian gratis dari Yeva dan Lia, kini ikut penasaran. Satya ikut-ikutan curi pandang ke arah Sora. Ia sependapat dengan Jey, mirip.

"Dia sekolahnya di mana? Hubungannya sama lo dan Ricky apa?" Satya bertanya dengan berbisik. Tangannya tak henti mengambil keripik pisang gratisan itu. Laki-laki itu duduk satu tingkat lebih rendah dari bangku yang diduduki Nai.
Nai menyipitkan matanya, lalu memukul kepala kedua tetangganya sekaligus teman kakaknya itu. Ia lalu merebut keripik pisang yang dibawa Satya. "Gak usah bisik-bisik gitu, anjir. Sora juga bisa denger,” ucap Nai yang setelahnya menunjuk pada Sora yang duduk di sebelahnya.

Malu, mereka berdua malu. Jey dan Satya hanya bisa tersenyum kecut melihat Sora yang sudah menatap keduanya.
Di sisi lain Ricky masih berlatih dengan Saga, ketika Ricky salah sedikit saja Saga akan memarahinya dengan tegas. Memang benar perkiraan Ricky, Saga itu cerewet banyak aturan pula. Kini ia tinggal melatih lagi teknik heading yang dinilai masih kurang oleh Saga. Terkadang Saga menjitaknya atau tidak menjewer telinga Ricky karena bocah ini kelewat keras kepala dan banyak bercanda.

Sora meringis ngeri. "Kak Saga serem juga, ya. Gak kasihan apa sama Ricky?" Sora bertanya pada Nai. Ia tak suka ketika orang marah-marah pada suatu hal yang kecil. Ia paling benci itu.

Caranya menyembunyikan perasaannya memang luar biasa. Buktinya Nai masih bisa tersenyum pada Sora meskipun aslinya ia kesal. Cemburu ketika sahabat bersama orang lain itu wajar, bukan melulu jika sudah cemburu maka sudah cinta.

"Dia pantes, sih.  Dimarahi begitu, habisnya keras kepala. Gue rasa Ricky kurang fokus, dan main-main aja dari tadi. Dari tatapannya aja cuma kelihatan marah,” ucap Nai sambil menyangga wajahnya dengan satu tangan. Meskipun malas untuk menanggapinya, ia tak bisa cuek pada Sora. Jujur ia merasa takut kalau gadis ini melapor pada Ricky bahwa ia tak sopan padanya.

Satya dan Jey yang bisa mendengar obrolan mereka langsung bertatapan. Kaget dengan apa yang mereka dengar dari Sora. Mereka juga tidak menyangka jika Nai akan meresponnya dengan senyuman. Mereka memikirkannya sebenarnya mana sahabat Ricky yang asli?
"Nai, lo hebat, ya. Lewat tatapan Ricky aja lo tahu gimana perasaan dia," ucap Sora dengan wajah senang. Dua tangannya dibuat mengepal diletakkan di sisi wajahnya seolah membuat pose gemes banget deh!

"Jelas, kan gue sahabatan sama dia cukup lama. Tapi sebagian orang  ada tuh yang bisa  langsung tahu perasaannya dari gesture,” ucap Nai dengan nada yang masih santai. Ia menahan diri mati-matian untuk tidak melengos atau memutar bola matanya jemu.

Handphone Nai tiba-tiba berdering, setelahnya muncul notifikasi chat dari sang mama. Nai langsung memeriksanya.

Mata Ricky terus menatap Nai yang fokus pada handphone-nya. Ia mengira bahwa gadis itu sedang menatap foto Adimas. Bukan! Ataukah justru kembali bertukar pesan pada lelaki itu. Sialan, dia tak bisa membiarkan. Ricky langsung mengisyaratkan untuk meminta istirahat pada Saga. Setuju dengan permintaan Ricky mereka berdua kini berjalan mendekat ke arah bangku tempat duduk.

Ricky berlari kecil menuju tribun dan mengambil botol air mineralnya. Kini ia mendekati Jey yang duduk di samping Nai dan mengusirnya agar berpindah tempat duduk.
“Dih, apa sih lo. Tempat lain masih ada juga,” protes Jey yang tak terima diusir Ricky dengan cara ditapuki wajahnya.

Tetap tak menjawab, Ricky justru  terus mengusik Jey agar berpindah tempat. Pada akhirnya Jey yang merasa terganggu langsung menggeser tempat duduknya dengan perasaan dongkol. Sebaliknya, Ricky justru tersenyum tanpa rasa bersalah.

Sengaja batuk, Ricky lalu menoleh ke arah Nai. Ia menyangga dagunya sembari sesekali mengintip handphone Nai. "Apaan sih, Adimas lagi,” sindir Ricky tanpa tahu pasti isi handphone Nai.

"Adimas?” pekik Nai. “Udah ending. Gak usah dibicaraiin lagi, gak ada season duanya," ucap Nai dingin. Tak mau menghiraukan Ricky sedikit pun, matanya masih fokus pada layar handphone-nya mengetikkan balasan pada sang mama.

"Terus, itu chat sama siapa?" Ricky bertanya dengan mata yang sekali lagi menengok penasaran  handphone Nai.

"Gak boleh gitu, kan privasi." Sora mengingatkan Ricky dengan satu jarinya.

Baik Nai dan Ricky sama-sama mendongak menatap Sora. Nai merasa sedikit senang karena Sora membelanya meski di sisi lain ia juga masih kesal. Berbeda dengan Ricky yang hanya meringis dan menurut yang justru membuat Nai dua kali lipat lebih kesal. Giliran dengan Sora saja langsung menurut?

Continue Reading

You'll Also Like

764K 47.1K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
4.9K 821 37
Park MinJee selalu berpikir orang yang membuat mengenal cinta pertama kali itu sudah tak akan lagi hadir dalam kehidupannya, namun siapa sangka ketik...
246K 38.2K 35
Ketika si pemain skating bertemu si pecinta hewan. park sunghoon from enhypen written by hoonestvee, 2020. āœ° [ #1 in sunghoon (210503) ] [ #1 in enge...