My Stupid Brothers โœ”

Oleh hinamorihika_

518K 72.6K 16.9K

Terkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam... Lebih Banyak

0. Tujuh Anak Setan
1. Mau Ikut Pergi
2. Bertdey Surprais
3. Bertdey Surprais (2)
4. Chaos
5. Sisi Lain Jaemin
6. Nana Lagi, Nana Terus
8. Nana Sakit? OMG!
9. Arena
10. Dibalik Topeng
11. Saga and Their Own Friends
12. Meet Grandpa
13. The Truth Untold
14. Nobody Normal
15. Mahasiswa Baru
16. Satu Persatu
17. The Fact?
18. Be Careful!
19. Who Are You?
20. Hospital
21. Sebuah Petunjuk
22. Saga vs Pradipta
23. Turn Back Time
24. Saga's New Member
25. The Day When She Knows
26. Haechan and His Nana
27. Laut dan Langit Sore
28. Mencoba Memperbaiki
29. Tentang Fakta
30. Terkuak
31. Keributan Saga
32. Adrian Jisung Saga
33. A Dark Night
34. Everything Gonna be Okay?
35. Baikan
36. Finally!
37. Menutup Lembar Terakhir
Epilogue : Final (A ver)
Epilogue : Final (B ver)

7. Adhyaska dan Adhynata

17.3K 2.4K 483
Oleh hinamorihika_

18 tahun lalu, Anastasia Irene melahirkan sepasang anak kembar lelaki yang menggemaskan. Gembul, lucu, dan penuh cinta. Mereka bahkan baru lahir tetapi orang-orang sudah tahu bahwa definisi matahari dan cinta akan menjadi pelengkap keluarga Saga.

Namanya Adhyaska Haechan Saga dan Adhynata Jaemin Saga.

Mereka kembar non-identik seperti kembar sebelumnya. Jarak antara kelahiran si kakak dan adik cukup jauh, sekitar empat jam melalui proses persalinan normal. Mungkin si adik sudah tahu penderitaan apa yang akan menyambutnya di dunia, jadi menolak untuk dilahirkan meski ujung-ujungnya tetap lahir juga.

Si kakak bernama Haechan, berkulit eksotis dengan pipi gembul dan bobot lebih berat. Si adik bernama Jaemin, berkulit pucat dengan mata bulat dan bobot lebih kecil. Mungkin asupan selama di rahim lebih banyak dikonsumsi Haechan? Tetapi yang paling penting, keduanya lahir dengan selamat serta sehat tanpa kekurangan suatu apapun, kecuali akhlak dan adab yang tertinggal di ari-ari.

Mereka kembar, tetapi berbeda. Hal itu sudah terlihat jelas sejak kecil saat masa dimana bayi mulai berkembang. Haechan lebih cepat dalam perkembangan motorik, dimana ia sudah bisa berlari dan mengacau seisi rumah sementara Jaemin baru merambat pelan-pelan dengan berpegangan pada dinding atau pinggiran sofa. Jaemin lebih cepat dalam perkembangan retorik, dimana ia sudah memiliki kosa kata yang cukup banyak sementara Haechan baru bisa berbicara satu dua kata.

Haechan kecil senang mengganggu ketiga kakak-kakaknya sampai menangis, terutama Renjun. Entah apa yang membuat Haechan begitu senang mengusili anak nomor dua itu. Biasanya jika sudah sangat kesal atau capek menangis, Renjun memukul kepala Haechan hingga ganti ia yang menangis. Kalau sudah begitu, Haechan akan mengadu pada Jaemin sembari menunjuk-nunjuk Renjun. Lantas Jaemin ganti memukul Renjun, tetapi Renjun hanya diam tidak membalas.

Pilih kasih sejak dini.

Jika Haechan kecil senang mengacau, maka Jaemin kecil hanya duduk tenang memperhatikan dua adik kembarnya yang baru lahir. Jaemin sudah memiliki insting seorang kakak yang kuat sejak kecil, jadi sering turut membantu Irene mengawasi adik bayi atau mengajak mereka bermain. Terkadang Haechan suka cemburu jika Jaemin lebih memperhatikan Chenle Jisung daripada dirinya.

"Naaa 'ma Chan! No no Dek, ma Chan ja! Na yang Chan, no Dek!" Begitulah yang berusaha diucapkan Haechan yang belum genap tiga tahun pada Jaemin. (Nana sama Echan. No no Adek, sama Echan aja. Nana sayang Echan, no Adek.)

Coba yang ngaku bundanya Echan, nih anaknya lagi minta perhatian.

Perbedaan antara Haechan dan Jaemin semakin terasa saat keduanya mulai memasuki pra-sekolah. Haechan dengan mudah berbaur dengan anak-anak sekelasnya, bermain dan membuat teman baru. Sementara Jaemin hanya duduk sendiri bersama lego atau buku gambar, terkadang Bu Guru turut menemani di sebelahnya.

Semakin besar, semakin terlihat bahwa sepasang anak kembar ini begitu berbeda. Haechan mempunyai teman yang banyak dan beragam, hampir satu sekolah mengenal si supel Adhyaska yang serupa matahari. Haechan juga mempunyai bakat di bidang tarik suara, acap kali mengikuti perlombaan menyanyi di berbagai kesempatan. Meski nilai di sekolah biasa saja, tetapi keunggulan Haechan dalam bergaul tetap menjadi poin utama yang mencolok.

Jaemin adalah sebaliknya. Dia lebih banyak diam dan menyendiri, berbicara seperlunya dan tidak nyaman pada lingkungan baru. Bahkan terkadang anak sekelasnya tidak menyadari keberadaannya yang terlalu diam dan sunyi. Temannya hanya itu-itu saja, Jaemin sendiri yang membatasi diri dengan orang-orang yang masuk dalam hidupnya. Tetapi ia pintar dalam berbagai macam pelajaran, baik akademik maupun non-akademik. Nilai-nilainya selalu nyaris sempurna dan tak jarang ia ditunjuk untuk mengikuti olimpiade.

Jika Haechan adalah ekstrovert, maka Jaemin adalah introvert. Jika Haechan menyapa duluan, maka Jaemin harus disapa duluan. Jika Haechan memiliki teman dari berbagai penjuru kelas, maka Jaemin hanya memiliki Hyunjin, Felix, dan Yeji sebagai teman dekat. Oh, Ryujin juga.

Maka dari itu, saat saudara-saudaranya dengan telak menjauhkan Jaemin dari keempat sohibnya, Jaemin merasa hidupnya mendadak kosong.

"Kamu marah?"

Jaemin yang tengah mengerjakan PR, menggeleng kecil. Haechan menghela napas, menarik kursi meja belajarnya sendiri dan mendekat kearah saudara yang paling ia sayangi.

"Aku serius, Na. Kamu marah waktu aku bilang jangan deket-deket mereka lagi?"

Beginilah Haechan dan Jaemin jika hanya berdua dan terlibat perbincangan cukup serius. Penggunaan aku-kamu juga tutur kata yang lebih lembut akan keluar.

"Aku bukannya marah, Chan." Jaemin mengalihkan pandangannya menuju sang kembaran. "Aku cuma.. Kesel? Kamu tau kan kalo temen aku cuma mereka berempat dari SMP."

"Na, sekali-kali bikin temen baru nggak ada salahnya kok."

"I did. Tapi yang bisa bikin aku terbuka, cuma mereka. Kamu tau kan seberapa susahnya aku buat nerima orang lain masuk ke hidupku?"

Haechan hanya mengangguk, membiarkan sang kembaran melanjutkan bicaranya. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Jaemin dengan lembut.

"Seberapa banyak aku nyoba buat bikin pertemanan baru, nyatanya aku selalu kembali lagi ke mereka. Cuma mereka yang temenan sama aku karena aku Adhynata Jaemin, bukan karena tampang atau kekayaan. Mereka nggak pernah manfaatin aku demi kepentingan pribadi, yang ada mereka malah ngajak aku buat seneng-seneng."

Haechan menghela napas. "Tapi seneng-seneng versi mereka itu, kurang baik menurut kita."

"Kita? Maksudnya kamu sama yang lain kan?" Jaemin mengernyit. "Aku seneng kok, dan menurutku fine-fine aja. Lagipula mereka juga tau batasku sampai mana, nggak ada maksa-maksa."

"Adhynata."

"Adhyaska." Jaemin menggerakan kepalanya agar tangan Haechan menyingkir. "Aku nggak suka ya kalo posesifmu mulai kumat. Kamu sendiri yang nyuruh aku buat bikin pertemanan, tapi kamu juga yang larang aku ini itu."

"Kamu selalu ngasih yang terbaik buat kita. Jadi nggak ada salahnya kan kita juga mau yang terbaik buat kamu?" Haechan memegang kedua pundak Jaemin, suaranya mulai merendah. "Aku yang tau apa yang terbaik buat kamu, Jaemin."

Jaemin. Bukan Nana.

"Chan," Jaemin mulai menunjukkan raut kesal. "I'm a fucking 18 years old teen, not a baby anymore! Aku udah bisa nentuin apa yang terbaik buat diriku sendiri, aku udah bisa memilah mana yang baik atau buruk. Chan, kita seumuran tapi kamu berlagak kaya orang paling tua yang tau segalanya. Aku nggak suka itu, kamu tau kan?"

"Na maksudku—"

"Mending kamu diluar dulu deh, tidur sama Bang Mark atau adek-adek. Aku capek selalu berantemin hal yang sama dengan kamu."

Haechan terdiam sebentar, menatap Jaemin yang kini mengalihkan pandangannya kembali ke buku. Hal yang memicu pertengkaran mereka bukan tentang mainan atau wanita yang sama, melainkan sifat Haechan yang cukup berlebihan kepada Jaemin. Jaemin itu tidak suka dikekang, tetapi Haechan seakan tidak memberi ruang bagi Jaemin untuk bereksplorasi pada hidup.

Jadi Haechan mengalah dan segera berdiri. Tangannya menepuk sayang pucuk rambut sang adik kembar. "Jangan belajar sampe larut, kamu udah kecapekan. Aku nggak suka ngeliat kantong mata kamu, jadi jam sepuluh langsung istirahat ya. Aku ada di kamar Bang Mark kalo butuh sesuatu." Kemudian benar-benar melangkah keluar untuk menginvasi kamar sang kakak tertua.

Meninggalkan Jaemin yang perlahan menempelkan keningnya pada meja.

••••

"Kamu itu beda banget sama Nata ya."

Haechan yang sedang menyedot es di depan gerbang SD-nya sembari menunggu jemputan, hanya mengerjap heran mendengar tutur kata dari salah satu teman sekelasnya.

"Hah? Beda gimana?"

Anak sipit bernama Yoshi itu membalas. "Kalian kembar tapi bedaa banget! Kamu tuh kaya matahari, bikin kita ketawa terus. Tapi Nata malah suram banget."

Hari itu Jaemin tidak masuk sekolah karena sakit, jadi Yoshi bebas berbicara apapun pada Haechan. Anak kelas empat SD itu tidak usah takut ditatap sinis oleh Jaemin hanya karena membicarakannya.

"Tapi Nana enggak suram kok," Jawab Haechan polos. "Dia baiiikk banget! Sering bantuin aku ngerjain PR trus bikinin makan kalo saudara-saudaraku laper. Nana juga sayang banget sama semuanya."

Yoshi menggeleng kecil. "Ih Aska, bukan gitu maksudku! Maksudku, Nata tuh aneh soalnya cuma duduk doang di pojokan enggak ngapa-ngapain. Ga kaya kamu yang suka bercanda sama main sana sini." Yoshi ikut menyedot es plastikan yang dibelinya bersama Haechan. "Nata emang gapunya temen ya?"

Haechan mengernyit. "Lho? Kamu kan temennya Nana, Yosh! Temenku berarti temen Nana juga."

Yoshi menggeleng kuat. "Nggak mau! Aku nggak suka berteman sama orang aneh kaya Nata."

Haechan seketika berhenti meminum es.

Tiga tahun kemudian, saat menginjak bangku SMP, pertanyaan yang sama terulang dengan orang yang berbeda.

"Asli, lo sama Nata beda banget. Kaya bukan kembar."

Haechan tengah menegak rakus sebotol akua saat teman satu klubnya mengajak bicara. Soobin datang dan berujar santai sembari mengusak rambutnya yang lepek dengan handuk kecil. Mereka sedang mendapat istirahat dari kegiatan ekskul futsal.

"Huh? Ya beda lah," Haechan menutup botolnya sembari melirik malas. "Lu beli kolor sepuluh ribu tiga aja beda kan."

"Bukan gitu bodoch," Soobin menengok ke arah Jaemin yang duduk anteng di bawah pohon sembari membaca komik. Tentu saja menunggu Haechan selesai latihan untuk pulang bersama. "Nata tuh cakep, ga kaya lo."

"Setan."

"Ga ga, gua canda." Soobin buru-buru menghindar saat Haechan hendak melempar bola ke wajahnya. "Maksud gua tuh, lo sama Nata kaya bertolak belakang banget. Ibarat lo siang, Nata tuh malem."

Haechan mengendik sembari nyomot gorengan yang dibawa oleh kapten mereka. "Dah banyak yang bilang gitu."

"Tapi gua kasian sama Nata." Soobin ikut mencomot pisang goreng dari dalam plastik setelah berebutan sama Sunwoo, si kapten futsal. "Gua duluan anjir!"

"Kasian kenapa?"

"Nata tuh sering diomongin sama anak kelasan," Ujar Soobin sembari menggigit gorengan. Soobin memang sekelas dengan Jaemin, sementara Haechan berada di kelas yang berbeda. "Pada ngatain Nata apatis dan kerjaannya caper doang ke guru sama anak cewek. Soalnya Nata emang ramahnya ke cewek doang, giliran ke cowok kaya ogah-ogahan gitu. Gue aja kadang dicuekin. Kalo ga inget dia tuh kembaran lo, udah gua kata-katain."

Haechan rasanya ingin membanting seseorang.

•••••


"Abah, cucumu nikah."

"SIAPA YANG MAU NIKAH HEH?!!"

"MAS JENO!! KATANYA MAU CEPET-CEPET KAWIN! MARAHIN KAK NAA!!!"

"Iihh Leleeee, nikah tau bukan kawin!"

"Huh? Bedanya nikah sama kawin apa, Dek?"

"Jadi adik-adikku, kalo nikah itu menyatukan dua keluarga yang berbeda. Kalo kawin itu menyatukan dua kela—"

BRUK

Jaemin melempar Renjun dengan teflon bekas menumis kangkung. Kena jidatnya dikit.

"ANJING!"

"Oh? Mulai berani ngomong kotor ya lo Mas?"

Seperti biasa, pagi hari keluarga Saga selalu dipenuhi keributan. Mark bahkan sudah ribut berteriak-teriak mencari laptopnya karena ada kelas pagi. Saat Jaemin turun tangan untuk membantu, ternyata laptopnya sudah masuk ke dalam tas.

Chenle dan Jisung dengan puas menertawakan Renjun yang pasrah tergeletak di lantai setelah dilempar teflon panas. Lebay sih sebenarnya, tetapi memang sudah makanan sehari-hari. Sementara Jeno sibuk merekam aib kembarannya untuk dimasukkan ke instastory dan fleet.

Haechan hanya membantu Jaemin dalam diam, tidak mengeluarkan  sepatah katapun sejak bangun tidur.

Bahkan hingga keempat anak termuda Saga sudah sampai sekolah, Haechan tetap tidak berbicara. Padahal biasanya ia akan ribut dengan si kembar bungsu dan berakhir kena omelan Jaemin karena tidak fokus menyetir. Tetapi tadi ia hanya diam saat Chenle Jisung mulai bergelut di bangku belakang dan Jaemin hanya memutar bola mata, malas memisahkan.

Haechan tidak terlalu banyak menempel dengan Jaemin hari ini, bahkan ia membiarkan Felix berbincang pada Jaemin dengan damai tanpa pelototan tajam seperti kemarin-kemarin. Jaemin tentu sudah menyadari sikap aneh Haechan dari pagi, tetapi tidak berbicara apapun.

"Mau pulang bareng gue gak?" Ajak Felix saat Jaemin memasukkan buku ke loker setelah bel pulang berbunyi. "Mau main sama si kembar Pradipta di Bintaro, ada Mita juga. Mau ikut?"

"Gak." Itu bukan Jaemin, melainkan Haechan yang mendadak ada di sebelah mereka. Kelas sudah kosong, hanya menyisakan tiga anak adam ini. "Nana bisa main sama gue dan sodara-sodaranya."

Felix menghela napas. Dia bukan orang yang pemaksa seperti Hyunjin dan Yeji, jadi dengan cepat menyerah dan melambaikan tangan. "Yaudah, gue duluan ya."

"Lio, gue ikut." Jaemin hendak menyusul tetapi cengkraman pada tangan kirinya menghentikan langkah pemuda itu. "Chan, lepasin!"

Bukannya melepas, cengkraman Haechan semakin kencang dan membuat Jaemin merintih kesakitan karena sumpah, tenaga kakak kembarnya itu tidak main-main.

"Chan, gue cuma—"

"Berhenti jadi pembangkang, bisa?"

Jaemin tertegun. Pembangkang, katanya? Haha, lucu sekali.

"Pembangkang, lo bilang? Gue cuma mau main sama temen gue dan lo bilang gue pembangkang? Ha, seriously? Jangan atur gue terus!"

Jaemin berontak dan berhasil melepas genggaman Haechan. Tangan kanannya mengusap pelan pergelangan kirinya yang terasa nyeri, bahkan selingkar cetak merah terlihat di kulitnya. Jaemin buru-buru menyambar tasnya dan hendak melangkah keluar kelas sebelum suara Haechan terdengar.

"Berani lo nyusul Lio, gaada akhir yang baik buat temen-temen lo."

Langkah Jaemin seketika terhenti. Adhyaska Haechan Saga, si matahari yang terkenal dengan sifat ceria dan mudah bergaul, adalah orang yang tidak pernah bermain-main dengan ancaman yang terlontar dari mulutnya. Sosok anak Saga yang sanggup melakukan apapun demi mempertahankan apa yang menjadi miliknya, meski dengan cara kotor.

Koneksi Haechan cukup luas dan tidak sulit untuknya menyingkirkan apa yang menjadi pengganggu.

Jaemin menunduk, memandang sepatunya yang sudah nyaris berada di luar garis pintu. Tangannya mencengkram erat tali tas punggung hingga buku-buku jemarinya memutih. Giginya bergemeletuk menahan amarah.

Haechan mendekat dan membalik tubuh Jaemin agar menghadapnya. Pemuda didepannya menunduk dan membuat ia tidak tahu ekspresi apa yang terdapat di wajah itu, tetapi Haechan tidak peduli. Tangannya melingkar pada tubuh kurus Jaemin dan mendekapnya dengan erat. Jaemin tidak bereaksi apapun, membiarkan Haechan menepuk-nepuk belakang kepalanya dengan pelan.

"Good boy, hm?"

Sedari kecil, Haechan paling tidak suka berbagi. Apa yang menjadi miliknya, maka akan terus menjadi miliknya. Orang lain tidak boleh menyentuh apalagi merebutnya. Semakin orang lain berusaha mengambilnya, semakin Haechan melawan dengan cara apapun.

Dan Adhynata Jaemin, adalah satu yang utama.

"Ayo pulang. Lele sama Adek udah nunggu."

Setiap orang mempunyai celah, tidak ada yang sempurna. Termasuk Haechan, yang tidak akan berpikir dua kali untuk menghancurkan seseorang yang berani mengambil Jaemin dari sisinya.

Jangan pernah percaya pada wajah maupun sifatnya. Beruang yang lucu sekalipun tetap mematikan.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

200K 17.6K 31
โ€ผ๏ธ FOLLOW SEBELUM BACA โ€ผ๏ธ โ€ขโ€ขSedang Open POโ€ขโ€ข [Sudah end + part masih lengkap] Kejora Ratu Aulia, wanita paruh baya yang membesarkan ketujuh putranya...
699K 74.3K 44
[don't forget to follow brillantemine] โ”€ haechan and his universe have been lost. โš ๏ธ post about : mentalillness, depression, blood, traumatic, self...
363K 57.6K 35
Apa yang bisa didapat dari soonggok rumah roboh ?? Authornya nulis pas lagi mabok drachin 'go ahead' jadi rada-rada mirip, kalau kata orang mah โœจ ter...
698K 40.4K 55
[BROTHERSHIP STORY] ๐Ÿšซ Bukan bxb, yaoi, ataupun bl Update sesuai mood dan kalau lagi ada ide โ€ผ๏ธ Ceritanya cuma oneshoot-twoshoot, tapi kadang lebih