"Sudah kuat jalan?"
"Sudah, hyung...."
Taeyong mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya untuk memasukkan baju bajunya kembali ke dalam tas.
Haechan hanya duduk memperhatikan Taeyong yang sibuk memasukkan baju baju ke dalam tas.
Dia tersenyum kecil ketika melihat sifat keibuan Taeyong telah kembali.
Ceklek!
Seokjin masuk dengan senyum di wajahnya.
"Aku akan memeriksamu sebelum kau pulang, Haechan~ah..." Ucapnya ramah.
Taeyong tersenyum kecil dan mengangguk.
"Kalau begitu aku ke toilet dulu...."
Haechan dan Seokjin mengangguk dan membiarkan Taeyong keluar. Setelah Taeyong keluar, Seokjin menghampiri Haechan dengan wajah khawatirnya. Semetara Haechan masih tetap tenang.
"Kau yakin mau pulang? Kau baru sadar tadi pagi...." Ucap Seokjin khawatir.
Haechan tersenyum tipis.
"Aku tak ingin melewatkan hari terakhirku, hyung. Selagi mereka sudah memaafkanku, bukankah akan menyenangkan jika kami menghabiskan waktu bersama di rumah?"
Seokjin mengangguk dan mengusap kepala Haechan lembut.
"Ingin mengucapkan kata kata terakhir? Aku tak akan kembali kesini...." Goda Haechan.
Tetapi Seokjin malah menitikkan air mata dan terkekeh pelan.
"Rasa baru kemarin kau masuk sekolah dasar dan masih kecil sekali. Sekarang kau sudah semakin dewasa dan menjadi pemuda tangguh." Ujar Seokjin tulus.
"Jika kau pergi, jangan bawa beban itu lagi, Haechan~ah...."
Haechan menggeleng pelan sambil terus tersenyum.
"Tak akan."
Seokjin memeluk Haechan. Mengelus surai cokelat pemuda tangguh itu. Dengan segala beban yang dia tanggung seorang diri, kini dia sudah berhasil mendapatkan cinta para hyung nya kembali.
Ceklek!
Taeyong masuk dan tertawa melihat Seokjin dan Haechan yang tengah berpelukan.
"Kalian sedang apa?" Goda Taeyong.
"Aku maluuu!!!"
"Kami hanya melepas rindu, Taeyong~ah..."
"Arraseo! Sudah waktunya kami pamit, Jin hyung. Terima kasih untuk pertolonganmu..." Taeyong membungkuk hormat pada dokter yang pernah merawat keluarganya itu.
Seokjin tersenyum merekah sembari melihat Haechan yang begitu senang seolah tak terjadi apa apa.
Nikmati hari hari terakhirmu dengan indah, Haechan~ah...
Haechan turun dari mobil Taeyong. Menatap mansion mewah tempat dia tinggal. Tempat dimana semua kebencian itu bermula, dan dia juga harus mengakhirinya di rumah ini.
Taeyong membuka pelan pintu mansion mewah itu. Sementara Haechan ada dibelakangnya.
Ketika pintu terbuka, tampak mereka semua berhamburan keluar dan memeluk Haechan.
Haechan tersenyum ketika dia dihujani pelukan okeh orang orang yang paling dia rindukan.
"Haechan~ah, maafkan kami semua...." Lirih Doyoung sambil terus memeluk Haechan.
Haechan tersenyum senang dan membalas pelukan mereka.
"Aku merindukan kalian semua...."
"Kamin juga merindukanmu, adikku...." Ucap Johnny sambil mengacak puncak kepala Haechan pelan.
"Heyy, biarkan Haechan nya masuk. Dia lelah!" Ucap Taeyong.
"Aku tidak lelah, hyung...." Elak Haechan.
Mereka masuk ke dalam. Suasana rumah itu menjadi hangat dan hidup. Jika dulu Haechan selalu takut menapaki setiap langkah di rumah ini, kini langkahnya begitu ringan menyusul saudaranya yang lain untuk tertawa.
Haechan sedang duduk sendirian di meja makan sambil asyik melihat saudaranya yang biasa menjadi koki mereka tengah sibuk memasak.
Ada Taeyong, Jaehyun, Taeil, dan Doyoung yang sibuk menyiapkan banyak makanan kesukaan Haechan.
Di ruang tengah, tampak Mark dan Jungwoo sedang berduel game dengan Johnny sebagai suporter Mark, dan Yuta sebagai suporter Jungwoo.
Teriakan heboh mereka menggema disetiap sudut ruangan. Membuat Hati Haechan menghangat mendengarnya.
Sudah lama aku tak senyaman ini di rumah.
Rumah yang seharusnya menjadi tempatku berteduh....
Rumah yang seharusnya menjadi ruangan yang dipenuhi tawaku...
Rumah tempatku bahagia....
Kini telah kembali....
Haechan bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Jaehyun dari belakang seperti yang biasa dia lakukan dari kecil.
"Aku lapar..." Jaehyun yang membeku di tempat, sontak tertawa melihat tingkah Haechan yang begitu menggemaskan.
Taeyong juga tertawa melihat hal itu. Dia tahu betul kebiasaan Haechan dari kecil.
"Sebentar lagi akan ada banyak makanan yang bisa kau santap sesuka hatimu." Ucap Taeil diselenggarakan tawanya.
"Saranghae uri hyungie..."
"Nado saranghae Haechanie...." Balas Jaehyun tulus.
Haechan naik ke kamarnya. Duduk dimeja belajar itu dan menulis yang menjadi kegiatan kesukaannya.
Siapa menatap langit sore yang begitu cerah. Tangan lentiknya terus bergerak diatas kertas.
Matanya lantas membuka album yang selalu dia simpan.
Haechan membuka buku yang Jungwoo hadiahkan untuknya.
"HAECHAN, AYO MAKAN!!!" Haechan tersenyum dan menyelipkan apa yang baru saja dia tulis ke dalam buku yang Jungwoo berikan.
Haechan turub kebawah dan memperhatikan para hyung nya yang hendak berkumpul di meja makan.
"Wahhh, sepertinya semua ini enak!" Ucap Jungwoo semangat.
"Eoh? Hyung! Kenapa ada sup rumput laut?" Tanya Haechan bingung.
Doyoung tersenyum ramah dan lantas bernyanyi diikuti yang lainnya.
"Saengil chuka hamnida..... Saengil chuka hambida, sarahaneun uri Haechanie... Saengil chuka hamnida!!!"
Haechan tersenyum harus ketika semua hyung nya menyanyikan selamt ulang tahun.
"Terakhir kali kami merayakannya, itu tak menyenangkan. Jadi ayo kita rayakan sekarang!" Ujar Mark semangat.
Haechan menggeleng dan menangis. Dia begitu terharu dengan kejutan yang disiapkan untuknya.
"Owwhhh, dia menangis!!!" Goda Taeil yang membuat mereka semua memeluk Haechan.
"Gomawo hyung....."
"Tentu saja Haechanie, mari kita lupakan masalah itu. Anggap hari ini ulang tahunmu, kita harus bahagia!!!" Pekik Yuta senang.
Haechan duduk di tengah tengah mereka. Dia membuat permohonan sebelum meniup lilin kue ulang tahunnya.
Tuhan, aku harap aku bisa bahagia seperti ini selamanya.....
Haechan meniup lilin yang berbentuk angka 18 itu. Seketika yang lain bertepuk tangan sambil tak bisa menahan air matanya.
"Saengil chukkae uri Haechanie!!!"
Mereka lantas makan bersama sambil dipenuhi canda tawa. Tak ada raut wajahnya sedih dari siapapun yang duduk di meja makan itu.
"Heyy, ayo kita semua tidur di ruang tengah!" Usul Mark.
"Iya, kita geser sofa di ruang tengah dan kita bentangkan kasur tipis. Kita semua bisa tidur bersama sambil menonton film di televisi!"
Taeyong mengangguk setuju dengan usul Mark. Haechan juga menyetujuinya.
Setidaknya, dia bisa menikmati malam malam terakhirnya bersama semua hyung yang dia sayangi.
Mereka kini menggelar kasur tipis diatas lantai di depan televisi. Tampak Yuta yang langsung membentangkan tubuhnya di kasur itu.
"Yuta hyung, geser!!!" Ucap Jungwoo kesal.
Yuta tertawa dan menggeser tubuhnya.
Mereka terbaring di atas kasur tipis itu bersama.
Dimulai dari Johnny, Doyoung, Taeil, Taeyong, Haechan, Jaehyun, Yuta, Mark, dan Jungwoo. Untung ruang tengah mereka cukup luas.
"Sudah jam berapa?" Tanya Doyoung.
"Jam 11 malam...." Jawab Jungwoo di seberang sana sambil melihat Jam tangannya.
"Ahhh, aku masih belum mengantuk...."
"Aku juga..."
"Tidur lah!" Ucap Taeil tegas.
"Wae? Lagipula besok hari minggu...." Elak Doyoung.
"Haechan~ah, kau mau jalan jalan besok?" Tanya Taeyong pada Haechan.
Haechan menggeleng.
"Aku ingin di rumah saja bersama kalian...."
Mereka semua mengangguk dan tertawa.
"Ya... Terserah si maknae saja!" Goda Jaehyun.
"Maknae nomor 1!" Tambah Johnny.
Haechan mengerucutkan bibirnya sebal dan memeluk Taeyong disebelahnya.
Jaehyun yang juga ada disebelah Haechan lantas cemburu.
"Yakk, Haechan! Peluk hyung juga!!!"
"Sirheo, Jaehyun hyung nakal!" Sementara Taeyong menjulurkan lidahnya pada Jaehyun. Mengejek lelaki itu.
Jaehyun mendesis kesal dan memalingkan wajahnya.
Haechan tertawa pelan melihat Jaehyun yang ngambek begitu.
Haechan lantas berpindah dan memeluk Jaehyun.
"Aku hanya bercanda..." Ejeknya.
Jaehyun lantas tertawa dan membalas pelukan Haechan.
Malam itu, Haechan tertidur diatas pelukan saudara saudaranya yang begitu hangat dan nyaman.
Seandainya tiap malam Haechan bisa merasakan semua itu...
_______
Yoooo chingudeul!!!!
Selamat menikmati gambar makanan diatas.
Nanti author kirim go food ke rumah kalian masih masing!
(¯'v´¯)
' .¸. ´
☻/
/▌
/ |
╬═♥╬
╬♥═╬
╬♥═╬
╬═♥╬
╬═♥╬
╬♥═╬
╬♥═╬
╬♥═╬
╬♥═╬
Voment juseyo!
Lop u all 💚💚💚💚