InstaJrah (Instagram Hijrah)

Por agustine2208

5.6K 689 219

Kehilangan orang tua membuat Hinata tidak patah semangat. Justru ia bisa menjadi gadis mandiri diusia remajan... Más

⭐Bab 1⭐
⭐Bab 3⭐
⭐Bab 4⭐
⭐Bab 5⭐
⭐Bab 6⭐
⭐Bab 7⭐
⭐Bab 8⭐
⭐Bab 9⭐
⭐Bab 10⭐
⭐Bab 11⭐
⭐Bab 12⭐
⭐Bab 13⭐
⭐ Bab 14⭐
⭐Bab 15⭐
⭐Bab 16⭐
⭐Bab 17⭐
⭐Bab 18⭐
⭐Bab 19⭐
⭐Bab 20⭐
⭐Bab 21⭐
⭐Bab 22⭐
⭐Bab 23⭐
⭐Bab 24⭐
⭐Bab 25⭐
⭐Bab 26⭐
⭐Bab 27⭐
⭐Bab 28⭐
⭐Bab 29⭐
⭐Bab 30⭐

⭐Bab 2⭐

565 45 21
Por agustine2208




Pagi ini terasa begitu panas. Selesai dengan rutinitas, Hinata pun bergegas menyiapkan sarapan. Meskipun hanya roti tawar dan segelas susu, itu sudah cukup menjadi pengganjal perut.

Hanabi dan Neji pun keluar dari kamar masing-masing dan siap menyantap roti mereka.

Setelah sarapan Neji pun langsung mengantarkan kedua adiknya ke sekolah. Hanabi yang lebih dulu sampai, sebab sekolahnya lebih dekat dari rumah.

Mobil putih itu pun kembali meluncur menuju Tokyo High School berada. Tidak henti-hentinya netra bulan Neji menatap sang adik yang sedari tadi terus diam.

Ia tahu Hinata memang anak yang tidak banyak bicara, tetapi, jika dengan keluarganya gadis itu pasti sedikit lebih terbuka. Namun, entah kenapa sekarang ia seperti merapat mulutnya kuat-kuat.

"Apa ada yang kamu pikirkan? Nii-san tidak tenang kalau melihatmu seperti ini," ungkap Neji pada akhirnya.

Hinata terlonjak kaget lalu menoleh sekilas pada sang kakak.

"Tidak ada apa-apa. Nata, hanya sedikit tidak enak badan saja."

"Kalau begitu kamu tidak usah sekolah saja."

"Iie-iie-iie. Hinata baik-baik saja sungguh. Nii-san tidak usah berlebihan." Paniknya.

Neji pun mengangkat kedua sudut bibir melihat tingkah adiknya ini.

"Baiklah kalau begitu. Kita sudah sampai, yang rajin sekolahnya jangan terus memikirkan pemuda itu."

Seketika tangan yang hendak menyalami punggung tangan sang kakak pun terhenti di udara.

Bagaimana bisa kakaknya ini sangat peka terhadap keadaannya? Hinata harus berhati-hati lagi mulai sekarang.

Neji lalu kecil menyaksikan raut muka terkejut sang adik kedua.

"Sudahlah pergi sana nanti terlambat," lanjut Neji menyadarkan.

Setelah berpamitan Hinata pun keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam bangunan sekolah.

Liburan musim panas telah usai. Semua anak-anak sekolah kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa. Begitu pula dengan Hinata. Baru kemarin memulai lagi kehidupan sosialnya, ia merasa was-was. Tentu saja alasannya karena pemuda pemilik senyum cerah tersebut.

Langkah kaki terus berjalan memasuki gerbang. Tidak lama kemudian, iris nya seketika melebar tat kala mendapati sosok bertubuh tinggi tegap itu tengah berjalan di depan.

Diam-diam ia pun mengikuti ke mana pemuda itu pergi. Sampai mereka pun tiba di halaman belakang sekolah.

Kedua kaki yang terbungkus sepatu terdiam melihatnya menghentikan laju berjalan. Netra bulan itu masih setia memandangi punggung tegap di sana. Seketika rona merah mencuat di kedua pipi bulatnya.

Tidak lama setelah itu dahinya mengerut saat samar-samar mendengar suara seseorang. Ia pun menggeser dirinya sedikit ke sebelah kiri dan kembali, sepasang manik bulan melebar kala menyaksikan dua insan kini menjadi objek perhatian sang pemuda.

Hinata tahu apa yang tengah terjadi pada mereka. Gadis berambut sebahu dengan pemuda raven tersebut tengah saling mengungkapkan perasaan. Ia pun langsung bersembunyi di balik pohon tat kala sosok yang sedari tadi ia perhatikan mendekati mereka.

"Ja-jadi Sakura-chan kamu menyukai, Sasuke?" Gugup pemuda itu.

"Naruto, ini sudah menjadi keputusan ku," kata gadis bernama lengkap Hasna Sakura tadi.

"Lalu, bagaimana dengan perasaanku? Aku sangat menyukaimu."

Mendengar pernyataan itu seperti ribuan jarum menghujani hatinya begitu saja. Hinata hanya mampu mengepal kedua tangan erat, berusaha menahan diri dari guncangan hebat.

Ia tidak menyangka jika pemuda yang selama ini diam-diam dikagumi, juga diam-diam menyukai gadis lain.

"Aku tidak bermaksud, tidak menghargai perasaan mu. Hanya saja, dari awal aku sudah menyukai Sasuke," jelas Sakura lagi.

"Aku minta maaf," cela si pemuda satu lagi, Rafka Sasuke.

Tanpa mengatakan apa pun lagi Naruto melenggang pergi dari sana. Hinata yang menyaksikan adegan tersebut tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa pemuda yang dikaguminya selama ini dikhianati oleh gadis yang disukainya juga sahabatnya sendiri? Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kali ini.

"Pasti sulit untuk Naruto-kun menerima semua ini," gumam Hinata sembari melihat kepergian sang pemuda.

⭐⭐⭐

Hinata sudah tiba di kelas. Ruangan belajar mengajar itu masih terlihat sepi tidak banyak murid berada di sana.

Hinata pun duduk di kursi memandangi lapangan luas di balik jendela yang setiap saat menjadi tumpuan pandangannya setelah pemuda itu.

Di tengah-tengah kesendirian, ia bisa mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan ke arahnya, disusul dengan kursi digeser membuatnya menolehkan kepala ke samping kanan.

Pandangan mereka bertemu, senyum yang begitu ia sukai kembali diperlihatkan olehnya.

Lagi dan lagi jantungnya berdegup kencang.

"Na-Na-Naruto-kun," cicitnya amat sangat terkejut terlebih bayangan beberapa menit lalu masih segar dalam ingatan.

"Ohayou Hinata."

"O-ohayou," gugupnya seperti biasa.

Hening melanda Hinata teringat kembali pada saat kejadian beberapa saat lalu. Entah kenapa pemuda itu lebih terlambat masuk ke kelas.

Ia tidak mengerti kenapa pemuda yang duduk sejajar dengannya ini terlihat baik-baik saja. Bahkan dirinya sudah sangat mengkhawatirnya.

"Na-Naruto-kun." Panggil Hinata kemudian.

"Ha'i."

"Daijyobu?"

Tentu saja pertanyaan itu mengundang kerut di kening lebarnya. Naruto tidak mengerti kenapa Hinata berkata seperti tadi. Apa ia terlihat tidak baik-baik saja? Pikir Naruto berkecamuk.

"Aku?" Hinata mengangguk sekilas. "Tentu aku baik-baik saja. Apa aku terlihat sakit?"

Mendengar itu Hinata terdiam memikirkan jawaban yang pas, sampai.

"I-tu tadi aku-"

"Assalamu'alaikum Hinata, ohayou. Ohayou Naruto." Gadis berkuncir ponytail ini mengganggu keakraban mereka.

"Wa'alaikumsalam, Ino. Ohayou"

Hinata pun tidak melanjutkan perkataannya dan setelah itu bel masuk berbunyi. Mereka bergegas menyiapkan diri untuk pembelajaran hari ini.

Sore menjadi waktu favoritnya. Langit senja seperti menggambarkan mengenai dirinya dan juga pemuda itu. Semburat orange dan lavender melebur menjadi satu membentuk lukisan Tuhan yang begitu indah. Tuhan tidak pernah salah memberikan alam untuk dinikmati bagi setiap hamba-Nya.

Navisha Hinata, menjadi salah satu dari jutaan umat di dunia ini mengagumi senja di sore hari.

Sepulang sekolah ia sering menepi di tepi sungai duduk beralaskan rumput liar menikmati waktu sendirian. Namun, kali ini ia ditemani sahabatnya.

"Postingan kamu yang kemarin, itu pasti untuk Naruto kan, Nat?" ucap Ino yang tengah menikmati es krim.

"Kamu memang paling mengerti." Hinata tidak bisa mengelak lagi.

"Aku tahu apa yang sedang kamu rasakan. Kita kan sudah berteman sejak kecil, jadi aku tahu semuanya tentangmu."

Hinata terkekeh pelan dibuatnya. "Arigatou."

"Aku akan mendukungmu apa pun yang menurutmu terbaik."

Hinata terharu mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir sahabatnya.

"Hontou ni arigatou Ino-chan." Ino mengangguk-anggukan kepala, senang.

Setelah puas menikmati senja mereka pun memutuskan untuk pulang.

Malam menjadi peneman seorang Hinata yang kembali sibuk berselancar di dunia maya. Beberapa postingan dari orang-orang yang tadi pagi mengusik ketenangan pun kembali membuatnya kelimpungan. Karena itu menyangkut orang yang dikaguminya.

Sakura, teman sekelasnya baru saja memposting satu foto dirinya dengan caption "Maafkan aku, bukan maksudku untuk menyakitimu tapi hatiku tidak memilihmu." Dan berbagai komentar memenuhi unggahannya termasuk Naruto di dalamnya.

Pada saat ibu jari Hinata me-refresh kembali beranda, postingan baru pun terlihat. Sosok pemuda yang sedari tadi terus memenuhi pikiran mengunggah foto dirinya juga yang bercaption, "Apalah dayaku saat kau memilih dia daripada aku."

Seketika sakit menyerang dada. Ia tidak bisa diam saja membiarkan postingan itu terus ditatap. Hinata memberanikan diri untuk memberikan komentar padanya. Ia pun menulis "Yang sabar yah Naru." Mewakili sekelumit perasaan akan dirinya.

"Aku harap kamu tahu jika di sini ada seseorang yang mengkhawatirkan mu," gumamnya penuh harap.

Tbc....

Seguir leyendo

También te gustarán

237K 19.2K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
53.5K 3.8K 38
langsung aja..gak bisa bikin deskripsi cerita kalau mau baca langsung ke prolog ya
1.7M 151K 76
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
119K 12K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...