ALAÏA

By radexn

22M 2.2M 4.9M

[available on offline/online bookstores; gramedia, shopee, etc.] ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ ❝ Dia pergi, membawa da... More

Prolog
1. Hey, Nona
2. Kabur
3. Kembali ke Rumah
4. Dekat
5. Lebih Nyaman
6. Laut
7. Hanya Alaia
8. Berdua
9. Mungkin Salah
10. Feels
11. Dua Rasa
12. Dilema
13. Pernah Ada
14. Kamu
15. Gelora Asa
16. Gone
17. Nuansa Bening
18. Lensa
19. Dua Garis
20. Langit
21. Young Married
22. Anger
23. Bittersweet Feeling
24. Lost
25. Badai Rasa
26. Goddess
27. Jalan Kita
28. Hampir
29. The Blue
30. Dark Sky
31. Confused
32. Satu Bintang
33. Siren
34. Mrs. Raja
35. Euphoria
36. Laut dan Alaïa
37. Wheezy
38. Celah Adiwarna
39. Aqua
40. Baby Daddy
42. Insecure
43. One Wish
44. Jika Aku Pergi
45. Rumit
46. Langit Ketika Hujan
47. Mermaid
48. Something From The Past
49. Reincarnation
50. Hey, Baby
51. Pudar
52. Cahaya Halilintar
53. Black and Pink
55. Happy Mamiw
56. Permainan Langit
57. Badai
58. Amatheia Effect
59. Rest in Love
60. Bintang
61. Di Bawah Purnama
62. Death Note
63. Glitch
64. Langit Shaka Raja
65. Bye
66. Sekali Lagi
67. Half-Blood
68. Deep Sea
Vote Cover ALAÏA
69. Terang [END]
PRE-ORDER ALAÏA DIBUKA!
Extra Chapter
ALAÏA 2
SECRET CHAPTER ⚠️🔞
AMBERLEY
ALAÏA 3
ALAÏA UNIVERSE: "SCENIC"

54. Harta, Tahta, Alaia

211K 24.8K 36K
By radexn

"Aku belum siap kalau nanti kamu pilih dia yang baru." —Alaïa Narelle

"Ngomong opo toh? Tuh, liat anak-anak. Sesempurna itu masa Mamiwnya insecure terus?" —Langit Shaka Raja

54. HARTA, TAHTA, ALAIA
🔞

Kyra sudah menunggu sejak lima belas menit lalu di kafe langganannya. Ia tengah menikmati toast sambil sesekali melirik ponsel untuk mengecek apakah ada notifikasi. Di luar sana, hujan sudah mereda dan tersisa rintik halus gerimis.

Keadaan kafe terbilang sepi mungkin karena tadi hujan turun sangat lebat sehingga orang-orang malas keluar rumah, bahkan untuk sekadar mampir ke tempat ini. Pandangan Kyra beralih ke jendela yang berembun, masih terdiam dengan udara sejuk yang menemani kesendiriannya. Coklat hangat itu tersisa setengah.

Sekitar tiga menit berlalu, bunyi lonceng terdengar kala pintu terbuka. Spontan Kyra nengok ke sana dan melihat seseorang masuk. Intranya menajam saat menyadari siapa orang tersebut.

"Loh?" Orang tadi tiba-tiba menoleh.

Kyra mengernyit tipis dan menunduk seraya meraih minuman dia. Ketika Kyra menyesapi coklat, Bastian bergerak ke arahnya dengan senyum begitu lebar yang menandakan ia sangat senang.

"Hai, Kakak Cantik. Ketemu lagi, nih. Kayaknya kita berjodoh," kekeh Bastian sembari duduk di hadapan Kyra.

Cewek itu bisa tersedak air kalau tak mampu mengontrol diri. Ia menaruh minumannya dan menatap tajam Bastian. Sudah dijutekin pun Bastian tetap memberi senyum termanisnya untuk Kyra.

"Cantik ...," sebut Bastian dengan nada.

"Bukan kuingin mengganggumu. Tapi apa arti merindu selalu?" lanjutnya.

"Walau mentari terbit di utara. Hatiku hanya untukmu ...." Bastian terus bernyanyi.

"Ada hati yang termanis dan penuh cinta. Tentu saja 'kan kubalas seisi jiwa. Tiada lagi, tiada lagi yang ganggu kita ... ini kesungguhan, sungguh aku sayang kamu. Aseeek!" Cowok itu tepuk tangan begitu hebohnya.

Dia yang nyanyi, dia juga yang bersorak layaknya penonton. Sayangnya, Kyra tak menanggapi Bastian serius. Ia tetap cuek sambil berkutat dengan minuman.

"Apa sih?" decak Kyra, risih.

Bastian cekikikan. "Imut banget sih, Rara. Jadi pacar gue yuk?"

Belum selesai diganggu Bastian, kini Kyra didatangi satu orang lagi yang memang memiliki janji bertemuan dengannya di sini. Jantung Kyra berdegup lebih cepat dalam sekilas saat melihat wajah Daren. Ia memalingkan wajah sembari menaruh ponsel ke dalam tas.

"Ra," sapa Daren.

Posisi Bastian membelakangi Daren. Maka ketika mendengar sapaan itu, dia refleks melihat ke belakang dan matanya membulat. Di detik berikutnya, mata itu menyipit bahkan berubah nyalang kala menatap Daren.

"Heh, anak onta. Ngapain lo?" Bastian berujar ketus.

Daren juga sama kagetnya saat baru mengetahui cowok yang bersama Kyra itu Bastian. Dia berhenti di samping meja dan melirik Bastian serta Kyra bergantian. Alisny terangkat satu.

Ah, dua mantan Daren ada di sini.

"Lo ngapain sama Kyra?" Daren balik bertanya.

"Pacaran lah! Sono lo pergi aja, muka pengkhianat nggak enak diliat." Bastian menyetus.

Kyra seketika mengangkat satu tangan dengan maksud meminta dua lelaki ini untuk tidak adu mulut. Daren yang baru saja buka mulut lantas bungkam lagi. Dia dan Bastian perang lewat tatapan tanpa harus keluar suara.

"Lo ga usah deketin Kyra. Ga pantes buat lo, Bas," tutur Daren kemudian.

"Eh, curut, apa hak lo ngatur gue? Urusin tuh Lila! Ambil aje bekasan gue. Udah sering gue pake sampe ketanem banyak banget tuh benih-benih illahi." Bastian menyeletuk.

Kyra tidak nyaman mendengar ocehan dua makhluk di hadapannya ini. Dia cepat-cepat beranjak dan menjauh dari mereka tanpa mengatakan apa-apa. Melihat Kyra pergi, sontak Bastian maupun Daren memanggil.

"Mau ke mana, Sayang?" heran Bastian.

"Ra, lo balik? Tunggu dulu! Gue baru aja dateng, masa lo langsung pergi?" Daren mengejar.

Kyra tetap melaju ke pintu sambil berseru, "Selesaiin dulu urusan lo sama dia, Ren. Gue nggak mau terlibat apapun."

"Sama Bastian? Ga ada urusan apa-apa. Ga usah ditanggepin omongannya," papar Daren.

Bastian yang awalnya tetap duduk di tempat, sekarang dia ikut bergabung bersama dua orang itu. Sebelum Bastian benar-benar tiba di dekat Kyra, perempuan itu sudah keluar dari kafe dan berjalan cepat ke parkiran.

"Sayangku!" Bastian memanggil penuh dramatis.

Dia juga secara dadakan memukul lengan Daren karena berpikir dialah yang menyebabkan Kyra pergi tanpa bilang-bilang. Daren tak terima dipukul, maka dia balas mendorong bahu Bastian. Sekali lagi, Bastian menepak muka Daren tanpa dosa.

"Kalo lo ga muncul di sini, Kyra bakalan tetep anteng sama gue! Rese lo ye, ganggu orang lagi pacaran." Bastian gondok.

Daren memincing mata. "Gue udah janjian sama dia dari kemaren. Lo yang ngerusuh sampe bikin Kyra kesel kayak gitu!"

"Anjim, malah nyalahin gue. Intinya di sini yang salah lo, Jamet! Caper banget sama cewek gue!" Bastian melotot.

Lalu remaja itu membuka pintu berniat menyusul Kyra meski kemungkinan gadis itu sudah bergegas pergi dari sini. Daren hendak mencegah Bastian, namun usahanya gagal karena dia terkejut saat Bastian seketika putar badan jadi menghadapnya.

"Ngapain ikut-ikut? Lo sama Lila aja, gue udah ikhlas lahir batin. Mau lo bikin makin longgar juga gue ga urus. Jamet sama lonte itu emang cocok banget," ceplos Bastian lagi.

Daren agaknya terperangah. "Mulut lo lemes banget, Bas. Jangan rendahin cewek kayak gitu!"

"Sok pahlawan lo. Rambut tuh benerin, pirang-pirang kayak anak ayam. Geli," cibir Bastian yang kemudian berlalu dari hadapan mantan temannya itu.

⚪️ ⚪️ ⚪️

Di bawah gelapnya malam, Mavi menyembulkan kepala ke permukaan air dan mengamati sekeliling yang tentunya senyap. Di kejauhan, kelihatan lampu-lampu dari tepi pantai dan dermaga. Nyanyian ombak yang tenang membuat perasaan Mavi jauh lebih baik.

Tadi itu dia cemas kenapa ada amukan badai hingga gemuruh tak henti bersahutan di langit. Hal tersebut membuat Mavi kepikiran Alaia. Jauh dalam hatinya, ia tak bisa berbohong bahwa rindu itu nyata.

Di sini bukan cuma Mavi yang memikirkan seseorang yang kemungkinan tak bisa dimiliki. Melainkan ada satu makhluk lagi juga sedang bersembunyi di balik karang sambil menengadah ke atas, berusaha mencari cahaya dari pancaran bulan.

"Tadi Alaia marah ke Langit? Langit diapain ...," gumam Lila.

Ia kemudian berenang ke atas, tanpa ia sadar pergerakannya mendekat ke sosok pemilik ekor silver kebiruan. Rambut hitam Lila semakin panjang, begitu juga poninya yang dulu hanya sebatas kening, kini sudah mencapai bahu.

Fokus mata Lila berubah lebih jernih ketika melihat sesuatu bergerak-gerak dan bentuknya besar. Dalam sekejap, dia memeluk ekor itu untuk dia tarik ke bawah yang tentunya Mavi syok akan perbuatan Lila. Tanpa ragu Mavi menoyor jidat Lila sampai tubuh sang siren sedikit menjauh darinya.

"Kamu terlalu kurang ajar! Itu ga sopan tiba-tiba peluk bangsa lain!" Mavi mengoceh, dia kelihatannya sangat kesal.

Lila berkacak pinggang. "Kok lo berani marah-marah ke gue? Kenapa nggak takut?!"

"Karena terlalu sering ketemu, saya jadi berpikir. Buat apa saya takut sama anak nakal seperti kamu?" Mavi membalas.

"Hih, bahasa lo kayak bapak-bapak tau ga?" Lila menyambar lagi.

Mavi menjawab, "Kamu yang terlalu childish."

Hidung Lila kembang-kempis. Dia menarik lengan Mavi dan berseru, "Sini, kayaknya lo harus gue gigit!"

Untuk yang kedua kali, Mavi menepok jidat Lila. Tidak mau mendengar suara berisik siren itu, alhasil Mavi berenang cepat menjauh darinya dan enggan peduli bahkan ketika Lila memanggilnya terus.

"Biru!" seru Lila.

"Jangan ikuti saya, Hitam!" larang Mavi.

Perkataan Mavi ternyata berhasil menghentikan Lila. Dia tercenung, menatap punggung lelaki itu dengan tampang jauh lebih melas. "K-kok ... rasis?"

Mendengar itu, Mavi menoleh. Dia ikut menghentikan lajunya dan sekarang mereka berhadapan dengan jarak sekitar sepuluh meter.

"Bukan itu maksud saya. Kamu itu siren dan siren dominan serba hitam. Rambutmu, ekormu, matamu." Mavi menjelaskan secara singkat.

Lila menghampiri lagi seraya matanya tertuju ke wajah tampan Mavi. Dia mau marah, tapi sekuat mungkin meredam emosi itu. Kedua tangan Lila mengepal namun tak ada niat menyakiti makhluk di hadapannya ini.

"Makanya kenalan, biar bisa manggil pake nama." Lila berkata.

Mavi menautkan alis dengan tampang bingung. "Saya sudah tau."

"Tau apa? Nama gue?" Lila membuka mata lebar-lebar.

"Ya," jawab Mavi.

"Oh ya? Siapa?" Lila menantang.

Pandangan Mavi bergerak liar memindai tubuh Lila dari atas hingga bawah. "Di otak saya identitasmu melekat dengan nama Siren Jelek. Tukang marah."

"Astaga!" Lila terperangah, kembali melotot.

Dalam hitungan detik, Mavi sudah kabur dari depan Lila menggunakan jurus berenangnya yang secepat laju kereta.

⚪️ 🔞 ⚪️

Langit bercermin di ruang tamu sambil melihat-lihat luka di wajah dan mengusap perban pada kepalanya. Dia keluar dari toilet dan beralih ke dapur untuk minum. Oh, iya ... teman-temannya sudah pulang tanpa meninggalkan keadaan berantakan di rumah.

Sekarang Langit berjalan ke kamar. Dengan hebohnya dia memanggil Alaia seraya membuka pintu, "Sayaaa—"

"Ssst." Alaia langsung meminta Langit meredam suara.

Langit membeku sebentar dengan mata menilik ke kasur bayi yang terdapat satu makhluk kecil tertidur pulas, lalu satunya lagi sedang diberi susu oleh Alaia di kasur yang jauh lebih besar.

Maka Langit menapak pelan-pelan di lantai, bahkan ia menutup pintu begitu penuh perasaan agar tak menimbulkan bising. Usai mengunci pintu, ia kembali mengamati istrinya di sana.

Alaia tidur dengan posisi miring sambil memberikan ASI untuk Atlanna. Ia bersenandung pelan yang membuat bayinya perlahan-lahan tutup mata. Senyum Alaia sangat manis dan matanya selalu berbinar kala menatap dua bayi itu.

"Miw, mau dong." Langit datang dan merusak suasana.

Ia merangkak ke kasur untuk ikutan tidur di samping Atlanna. Pelan-pelan Langit mengusap lembut tangan mungil itu, kemudian menghirup kepala bayi yang beraroma khas. Ia juga berbisik-bisik ke Atlanna dan mengatakan betapa ia mencintainya.

"Cinta pertama kamu harus Papiw. Ga boleh yang lain," kata Langit.

Sekian menit berlalu, Atlanna mengikuti jejak Aishakar yang tidur usai kenyang minum susu. Langit mengangkat bayi itu dan meminta Alaia untuk tetap rebahan. Sambil berjalan ke kasur bayi, Langit mengecup kening serta pipi empuk itu penuh kasih sayang.

Setelah menaruh Atlanna di samping Aishakar, Langit mematikan lampu dan kembali lagi ke istrinya. Untuk beberapa waktu mereka memang sengaja menempatkan bayi-bayinya di kamar ini sebelum dipindahkan ke kamar mereka yang sebenarnya.

Alaia tengah mengancing piyamanya tapi diusik oleh Langit yang tiba-tiba menjauhkan tangan Alaia dari kancing-kancing itu. Dia duduk di dekat sang istri seraya membuka kembali kancing tersebut, terus memeluk Alaia sembari merebah di sebelahnya.

Lampu nakas membuat suasana kamar lebih kerasa romantisnya, ditambah lagi aromatherapy yang menguarkan wangi lembut penuh ketenangan. Langit bergerak turun hingga wajahnya setara dengan dada Alaia. Ini adalah kegiatan yang Langit suka, yaitu menikmati dada istrinya.

"Kamu masih nifas, ya?" Langit bertanya.

"Iya," jawab Alaia.

"Berapa lama?"

"Bunda bilang sebulan." Alaia berkata.

Langit mengangguk samar. Dia naik lagi untuk menjelajahi wajah Alaia. Perlahan Langit mencium bibir itu, lalu tersenyum, kemudian lanjut menciumnya lagi.

Posisi Langit tengkurap, sedangkan Alaia telentang dan sedikit serong ke suaminya. Mereka sama-sama memejamkan mata merasakan lembutnya bibir itu, juga menyukai hangatnya rongga mulut. Lidah Langit tidak henti bergerak di dalam sana, sekaligus mengusap rambut Alaia.

Setelah itu Langit meminta Alaia lepas piyama, tentu dituruti. Langit juga buka baju sebelum melanjutkan permainan ini. Alaia tahan napas saat Langit memegang lehernya, juga meninggalkan jejak basah di sana. Desah Alaia keluar kala Langit menghisap satu titik pada leher jenjang itu.

"Ah, Angit ...," spontan Alaia.

Remasan Langit pada dada Alaia membuat cewek itu makin menggeliat tak tenang. Rasanya tubuh Alaia makin lemas ketika Langit mendesah di telinganya, lalu menggigit pelan daun telinga itu.

Langit mendaratkan kecupan di banyak bagian wajah Alaia, seperti kening, pelipis, pipi, dagu, hidung, kelopak mata, dan berakhir di bibir. Langit memperdalam ciuman mereka hingga sama-sama kekurangan oksigen. Sambil begitu tangan Langit bergerayang di badan Alaia, menciptakan getaran menyenangkan bagi perempuan itu.

"Mmh," gumam Langit di leher Alaia.

Mereka bermain hingga waktu tak terasa terus berjalan. Sekarang Alaia minta Langit berhenti dan berganti posisi. Langit duduk dengan bersandar ke kepala kasur, kemudian Alaia naik ke pangkuannya dan langsung memeluk Langit.

"Kamu suka posisi begini, ya," kekeh Langit.

"E-em." Alaia mengangguk.

Dada Alaia benar-benar nempel ke Langit. Rasanya ... ah, mantap.

Usai melepas pelukan, Alaia mengusap wajah Langit dengan tatapan sangat dalam. Langit tutup mata ketika merasakan belaian itu. Tapi seketika melek lagi saat bibirnya dikecup sekilas oleh Alaia.

"Angit mau main itu ya ...," gumam Alaia. "Maaf, buat sekarang aku nggak bisa. Habis melahirkan nggak boleh having sex dulu."

Langit tertawa singkat tanpa buka mulut. "Iya. Aku ngerti, Sayang."

Senyum Alaia menghangatkan dada Langit. Keduanya merasakan cinta itu makin bertumbuh setiap harinya. Tentu rasa takut kehilangan juga seringkali menghampiri.

"Angit, aku harus kasih tau kamu sesuatu." Alaia berucap yang dibalas Langit dengan tatapan tanya.

Alaia menyentuh muka Langit menggunakan ibu jari. Ia mengamati secara saksama lekuk wajah yang baginya sempurna. Lalu Alaia berujar, "Umur kamu bakal bertambah ... tapi kamu jangan kaget, ya, kalau muka kamu tetep begini sampai kapanpun."

"Kok gitu?" Kernyitan muncul di dahi Langit.

"Karena ada banyak darah aku ngalir di tubuh kamu. Itu yang bikin kamu bisa liat simbol bulan di lenganku, tapi itu bikin kamu nggak bisa menua." Alaia menuturkan.

"Aku awet muda, gitu?" Langit terkejut.

"Iya," ungkap Alaia disusul anggukan kecil.

Senyum Langit melebar sedetik setelahnya. "Asik dong! Aku nggak jadi tua sendirian."

Langit senang, tapi juga bingung. Bagaimana bila orang-orang terheran melihatnya yang tidak bisa tua? Lalu nanti mereka curiga dan berasumsi Langit melakukan suntik awet muda!

"Buat bisa berubah jadi mermaid ataupun merman itu nggak mudah. Apalagi sejak lahir kamu manusia seutuhnya. Tapi, kamu itu pasangan aku. Kamu harus siap kalo sewaktu-waktu aku terpaksa bawa kamu ke laut," tutur Alaia.

Langit membuang napas berat. "Iya, Aia."

"Satu lagi ...," gantung Alaia.

"Hm?" Langit bertanya sembari mengeratkan rengkuhannya di pinggang Alaia.

"Di antara Aishakar dan Atlanna bakal ada yang jadi penerusku berkuasa di lautan. Aku bisa liat dari tingkahnya, tapi belum bisa kasih tau kamu."

⚪️⚪️ To Be Continued ⚪️⚪️

━━━━━━━━━━━━━━━━
━━━━━━━━━━━━━━━━

Terima kasih udah baca Alaia!!! Jangan lupa share & ajak temen-temen kalian buat baca juga yaaa😍🧜🏻‍♀️ kalo kamu share di ig, jangan mengandung spoiler yaa biar bisa aku repost xixi <3

💟 please kindly follow our instagram acc! bantu kami biar terus berkembang yaa. ak happy berinteraksi sama kalian di manapun ❣️
@radenchedid
@alaiaesthetic
@langitshaka
@ragascahaya

• twitter (kalo mau mutualan jgn lupa mention aku)
@radenchedid

• tiktok
@radenze

• telegram (readers-ku tersayang, yuk join!!!)
@BABYGENG

🤍⚡️🧜🏻‍♀️ see you gengbayiiii 🌧✨🌷

dor

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 480K 43
[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L...
1.1M 42.2K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
471 257 13
Caca ragu dirinya bisa selamanya untuk Lain. Meski Lain hanya menganggapnya rumput yang keseringan diinjak, tapi setidaknya sampah yang tak kalah bus...
13K 281 6
Nathan si fotografer tak sengaja bertemu dengan Ayana yang menghancurkan kacamatanya hingga pecah, apakah yang di lakukan Ayana ?