My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.6K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
๐Ÿฅณ[MY DAY] TERBIT๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐Ÿ’–

02. Hyunsuk

875 134 162
By HyunsukID

07;00kst

“Kau sudah menyiapkan semuanya, bukan?” Sekali lagi Hyemi memastikan. Ia tak mau bekal Hyunsuk sampai ketinggalan.

“Bibi, kau tak perlu menyiapkan apa pun untukku.” Sambil mengunyah Hyunsuk mengangguk dengan mulut penuh.

Wanita paruh baya itu tersenyum, jemarinya bergerak menutup resleting tas Hyunsuk sebelum pergi ke dapur. “Kau akan kelaparan nanti.”

“Tapi uangku tak akan habis hanya karena untuk membeli makanan, Bi.”

Mendengar penuturan Hyunsuk, mata gadis di seberangnya dengan cepat memicing, “Dasar pamer! Lagi pula siapa yang menanyakan uangmu?”

“Apa salahnya jika memberitahu? Kalau butuh bilang saja. Sini mendekat! Mau kuberi berapa, hm?”

“Tidak mau ya, Monyet!”

Yang harus mereka lakukan cukup tenang dan nikmati sarapan begitu seharusnya. Tapi karena ketidakcocokkan Hyunsuk dan Heejin, pagi yang cerah ini diawali dengan kekacauan.

Mereka sedang berkumpul untuk sarapan pagi. Hyemi, putrinya dan juga Hyunsuk. Ayah Heejin tak ikut karena sudah berangkat pagi-pagi sekali. Di meja bundar ini, dua anak berseragam sekolah duduk berhadapan sambil melayangkan tatapan kebencian.

“Aku nggak sudi nyentuh uangmu! Asal kau tahu, uang seperti itu tak berlaku di sini.”

“Kau sungguh sebodoh itu? Dolar ini jika ditukarkan, kau akan dapat banyak.”

Heejin berdiri, hendak membentak tapi tak jadi karena ibunya keburu datang. Keduanya berpura-pura tak terjadi apa-apa. Dari belakang Hyemi memegang pundak Hyunsuk, mengusap rambutnya lembut layaknya putra kandung sendiri. “Bawalah ini ... Kau tidak akan menemukan makanan di sekolah nanti, di sana hanya ada camilan untuk dibeli,” jelasnya memberi tahu.

“Di sini tidak ada kantin? Atau restoran umum begitu?”

Heejin mendesis. “Kau kira ada restoran? Atau jangan-jangan kau berpikir ada mall juga, ya?” Gadis itu mengejek sambil tertawa.

Dengan polos Hyunsuk menjawab, “Memangnya tidak ada?”

“Astaga Hyunsuk!” Tawa Heejin pecah. Demi ubur-ubur yang tak bisa hidup di darat, kali ini Heejin benar-benar dibuat terkejut sungguhan.

Dia benar-benar tidak tahu? Astaga kenapa bagus sekali menggoda Hyunsuk, dan lihat wajah itu.

Heejin terpaku sejenak, melihat binaran di mata Hyunsuk membuatnya jadi lupa diri. Dengan cepat Heejin sadar.

“Asal kau tahu ya, Anak Manja! Satu-satunya bangunan bertingkat di sini, itu hanya dimiliki oleh tempat yang kau tiduri itu. Selainnya tidak ada, restoran, mall atau apa pun yang kau maksud.”

“Lalu, bagaimana bisa kau hidup di tempat seperti ini?”

Tawa Heejin memudar. Mulut Hyunsuk memang tidak memiliki sopan santun, dia malah mencibir kehidupan Heejin.

“Hei, urusi saja hukumanmu! Lagi pula kau juga akan seterusnya hidup di sini,” balasnya tak kalah kesal.

“Sudah-sudah! Heejin, tolong maklumi Hyunsuk. Dia baru pertama kali di sini, beritahulah dengan baik!” Pembelaan Hyemi akhirnya menghentikan perdebatan.

Sementara itu Hyunsuk mengangguk dibuat-buat, semakin terlihat menyebalkan di mata Heejin. Gadis itu melirik tajam sebelum mengambil tas lalu pergi. “Aku tidak mau berangkat dengannya!”

Kiyeopta ... Kau terlihat seperti anak TK, Heejin-ssi.” Suara berat Hyunsuk menghentikan langkahnya. Heejin berbalik, menemukan kedua mata yang berbeda dari sebelumnya, tatapan merendahkan dari pria itu.

Untuk beberapa detik keduanya saling menatap tajam.

Jeon Hyemi yang merasa aneh, dengan sekali deham membuyarkan suasana ketegangan. Kemudian memasangkan tas Hyunsuk dan membuatnya berdiri, menyuruh mereka berdua segera berangkat.

Sebelum keluar, Hyemi menarik lengan Heejin agar gadis itu mendekat. “Heejin, kau masih ingat pembicaraan kita kemarin, bukan?” bisiknya menekan semua kata.

Mengingat hal itu, Heejin menjawabnya lemas, “Iya, Ibu .... “

Masih dengan cara malas-malasan, Heejin berpamitan lalu diikuti Hyunsuk dari belakang.

Mereka tidak memerlukan kendaraan untuk sampai ke tujuan. Tempatnya bersekolah tidaklah jauh, untuk sampai hanya memerlukan waktu sekitar delapan menit.

Ayah dan Ibu Heejin juga sudah membicarakan ini pada Hyunsuk, awalnya Hyunsuk keberatan karna delapan menit bukanlah waktu yang singkat untuk berjalan kaki.

Tetapi setelah menjalankannya sendiri, ia baru sadar ternyata tidaklah buruk berjalan kaki di pagi hari. Ditambah udara yang ia hirup saat ini membuat segar seluruh tubuhnya, begitu pun dengan pemandangan sekitar yang mampu memanjakan mata.

“Di sekolah nanti, aku tidak mau kita terlihat akrab,” Heejin tiba-tiba berbicara. Mengalihkan fokus Hyunsuk yang sedang terapi pernapasan, dia melirik Heejin dari ekor mata.

 “Memangnya kenapa?”

“Tidak papa, ikuti saja!” jawabnya singkat kemudian mempercepat langkah, meninggalkan Hyunsuk.

“Hei!! Lagi pula aku juga tidak tertarik akrab denganmu!”

[****]

08:00kst 🕚

Murid kelas 10 mendadak geger mencari tempat duduknya masing-masing. Wali kelas memasuki ruangan diikuti seorang siswa wajah baru membuntuti sang guru.

Semua mata tertuju padanya. “Siapa dia?”

“Selamat pagi, Anak-anak.”

“Pagi, Pak ....”

“Perkenalkan dirimu, Nak.” Guru itu mempersilakan Hyunsuk bicara.

Anyeonghaseyeo, nama saya Choi Hyunsuk. Murid baru di sini. Mohon kerja samanya, terima kasih.”

Setelah perkenalan itu, sang guru menunjuk tempat kosong untuk Hyunsuk tempati. Murid lain duduk berpasangan, kecuali Hyunsuk karena jumlahnya menjadi ganjil, jadi dia duduk sendiri.

Hyunsuk mengamati kelasnya saat ini, tempatnya lebih kecil dari kelasnya dulu. Lumayan untuk kenyamanannya, rapi dan juga bersih. Hyunsuk terlonjak saat melihat Heejin berada di seberangnya, menatap dirinya sambil melayangkan dua jari seolah hendak mencolok kedua mata Hyunsuk.

Mereka sama-sama duduk di barisan belakang, hanya terhalang dua meja dari sebelahnya.

 Jadi... kelasnya tidak terpisah? Pikir Hyunsuk.

Benar. Di sini hanya ada satu ruangan untuk masing-masing kelas, tidak terbagi seperti biasanya, dikarenakan siswa-siswinya yang sedikit, sangat tidak memerlukan pembagian kelas. Hanya ada 24 murid, menjadi 25 ditambah Hyunsuk. Tidak ada pembagian kelas.

Hyunsuk’s pov.

Istirahat kelas. Padahal, pagi tadi aku sudah berangan-angan keluar dari kelas untuk menampakkan diri, berjalan gagah melewati kelas lain dan membuat mereka semua terpesona.

Mendadak, nyaliku menciut saat mengingat bahwa aku bukan siapa-siapa di sini. Mereka tidak tahu aku anak dari seorang direktur, mereka pun tak tahu hal mencengangkan apa yang pernahku buat hingga akhirnya memiliki kekuatan tersendiri di sekolah lamaku.

Singkatnya, mereka tak tahu bahwa aku adalah pemimpin dari sebuah Geng ternama yang dijuluki sebagai si kejam namun penuh karisma, TREASURE.

Itu dulu ... Saat aku masih di sekolah lamaku.

Sedangkan mereka yang ada di sini tak mengenaliku sama sekali, bahkan tak ada satu pun yang memedulikan keberadaanku.

Masih duduk di bangku pojok yang mengenaskan ini, aku memilih diam menuliskan tinta tak terarah pada buku di meja, malas ....

“Hah... Sungguh asing.”

Beberapa saat kemudian, aku mendengar derap langkah kaki mendekat ke arahku.

3rd pov.

Dari sisi lain Heejin melihat Hyunsuk sedang menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangan yang terlipat di atas meja. Ia tahu apa yang tengah dirasakan pemuda itu.

 Ada kebanggaan tersendiri saat melihatnya secara langsung, dia suka melihat Hyunsuk seperti dalam keadaan tak bernyawa.

Heejin menarik ujung bibirnya. ”Kurasa hukuman ayahnya memang berhasil.”

 La Mii teman sebangkunya menoleh. “Apa?”

“Tidak, bukan apa-apa” Heejin lalu mengalihkan pandangannya lagi.

Tapi seketika senyuman itu memudar tatkala ada kelompok berandal tak asing menghampiri meja Hyunsuk. Mereka adalah para senior. Seo Changbin yang sedang berjalan memimpin, dua pengikut setianya Han Jisung dan Felix, serta 4 pemuda lain yang Heejin tak ketahui namanya.

Rutinitas geng tidak berguna itu adalah mencari siswa-siswi yang dapat dibuli, sepertinya kabar anak baru sudah sampai ke kelas mereka.

Biasanya mereka akan melakukan hal seperti, menguji seberapa beraninya anak itu. Jika benar-benar tangguh dia akan diajak bergabung. Tapi jika sebaliknya dialah yang akan jadi bahan bulian.

“Kau mau bergabung denganku?” tawar Changbin.

Hyunsuk mendongak menemukan ada sekitar 7 anak saat ini berada di hadapannya. Bergabung? Dia pikir dia sedang berbicara dengan siapa untuk dijadikan anak buah.

Hyunsuk menegakkan duduknya, mengepang kedua kakinya mengamati Changbin dengan wajah menilai.

Salah satu anak yang berdiri di belakang Changbin lantas menghampiri Hyunsuk, merangkulnya. “Kau harus tahu pemandangan di sekitar sini, ayo kuajak berkeliling,” ajaknya dengan wajah berbinar. Pemuda bernama Han itu membuat Hyunsuk enggan menolak karena nada bicaranya yang ceria.

Berbeda dari wajah anak yang mengajaknya bicara, Seo Changbin. Hyunsuk bisa merasakan aura menyebalkan dari pria itu.


Changbin


Han


Felix

Setelah Hyunsuk berjalan melewati setengah dari anak-anak itu, mereka yang dilewati terlihat membisikkan sesuatu lalu tersenyum aneh.

Heejin melihat semuanya dengan jelas, gadis itu sungguh muak dengan ciri khas Changbin yang begitu kampungan, dan apa ini? Kenapa Hyunsuk diam saja. Seharusnya dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukankah dia juga mantan dari bos geng pembuli?

Heejin mengedikkan bahu, mencoba tuk abai. Mungkin saja Hyunsuk punya rencana sendiri, tidak mungkin manusia itu diam saja ketika ditindas, pikiran itu membuat Heejin lega.

15;00kst

Tadinya Heejin memang sempat lega melihat raut wajah Hyunsuk yang terlihat biasa saja ketika memasuki kelas, sampai pelajaran habis pun tak ada yang mengganjal.

Akan tetapi tepat saat bel kepulangan dibunyikan, mendadak ia menaruh kecurigaan melihat Hyunsuk mengemasi barang-barangnya dengan begitu bersemangat. Heejin masih berusaha berpikir positif. Setelah usai dengan barang-barangnya, Hyunsuk pergi ke luar dari kelas.

Masa bodoh, Heejin berusaha tidak peduli.
Tapi sialnya, kenapa ia harus mendengar percakapan dua laki-laki yang baru saja melewatinya sambil cekikikan menyebut nama Hyunsuk. Heejin tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi apakah itu, pertanda buruk?

“Haish! Apa anak itu memang benar-benar bodoh?” Heejin menggerutu kesal sambil memasukkan semua alat tulis sembarang lalu bergegas pergi.

Untuk menyusul Hyunsuk tentunya.

Tanpa berpikir panjang Heejin berhambur keluar mencari keberadaan Hyunsuk. Tapi sayang, gadis itu terlambat mencegah Hyunsuk bertemu dengan senior itu. Tak apa, masih ada cara lain.

Heejin tak peduli, mau di depan para seniornya sekalipun Heejin akan berani untuk melarang Hyunsuk mengikuti mereka.

“Hah ... Hahhh ....”

Dengan tas yang keteteran, rambut berantakan Heejin menghampiri Hyunsuk. Jangan lupa nafasnya yang naik turun akibat berlari.

Hyunsuk yang sedang asyik mengobrol itu pun menoleh, sungguh terkejut saat mendapati Heejin dalam keadaan membungkuk di depannya.

“Hyunsuk ... Jangan pernah ikuti mereka ... hhuh? Sekarang, cepatlah pulang ... ayo!!” Dengan posisi masih membungkuk, Heejin meraih ujung seragam Hyunsuk yang tak terkancingi dengan benar.

“Apa? Ada apa denganmu?!” Hyunsuk tak mengerti.

“Kubilang ayo pulang sekarang!” Ajakan Heejin sedikit memaksa. Dia menarik pergelangan Hyunsuk membawanya menjauh dari kerumunan itu.

Namun dengan cepat Hyunsuk menghempas genggaman Heejin. “Kenapa melarangku?”

“Kau ingin aku membicarakan orang yang bahkan orangnya ada di sini?”

“Lalu kenapa?! Kau bilang kita jangan terlihat akrab di sekolah. Dan sekarang, kau sadar apa yang sedang kau lakukan?”

Sekarang, Heejin kehilangan kata-kata, ia tak dapat menjawab ucapan Hyunsuk karena memang sempat mengatakan hal itu, tapi seharusnya bukan begini.

“Hyun, akan kuceritakan nanti, sekarang pulang denganku!” Heejin mendekat dan berbicara setenang mungkin, bahkan sekarang ia dapat melihat tatapan tajam yang dilemparkan oleh Changbin tepat di belakang Hyunsuk.

Melihat ada adegan drama di sini, Changbin menyela, “Aaah ... Hyunsuk ... Sepertinya kau dilarang pacarmu, mungkin kita bertemu lain kali saja, ya?”

Heejin melihat dengan jelas, Changbin merubah mimik wajahnya seakan dia merasa bersalah dan sangat menyayangkan. Heejin tidak bodoh, ia tahu Chan hanya pura-pura untuk mengelabuhi Hyunsuk, dan sekali lagi Hyunsuk masuk dalam perangkapnya.

“Tidak! Dia bukan pacarku. Aku tidak mengenalnya.”  Singkat, padat, jelas dan menohok.

Sekarang Heejin marah. Bukan, bukan karena Hyunsuk tidak menganggapnya pacar, tapi ada apa dengan tidak mengenalnya, lalu apa arti dirinya selama ini ikut mengurus kebutuhannya.

Lupakan! Kenapa Heejin masih berdiri di sini dan diam saja dipermalukan? Benar. Ia tak ingin menjadikan masalah semakin panjang.

“Oke, ikuti saja mereka. Aku akan pulang sendiri.”

Sekarang, Heejin tidak peduli. Sangat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti, itu adalah keputusan Hyunsuk sendiri.

Dengan langkah terhentak, Heejin meninggalkan semua yang ada di sana. Jantungnya bergemuruh kesal, dia sungguh merasa sangat tidak dianggap penting.

Selamat menikmati harimu, Choi Hyunsuk.

.

.

.

.

.


To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank ๐Ÿฅ‡ #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
87K 8.7K 37
FIKSI
412K 30.6K 40
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG
15.6K 1.2K 30
[17+] [ producer universe ] FIKSI YA CINTAKU!! #DaMar Genre? Kayak isi es cendol, banyak macam, semua gue tabrakin :))))